I.
PENDAHULUAN
Peradaban islam ada sejak zaman Rasullah SAW. Sampai kepada abad ke
12 M. Telah berhasil membangun
beradaban-peradaban baru di dunia islam. Peradaban islam di masa lampau
belumlah banyak mengarugi lautan, hal ini dikarenakan taraf kemampuan manusia
pada saat itu belum mampu berpikir bagaimana membuat alat yang dapat dipakai
mengarungi lautan. Namun setelah manusia mampu menciptakan alat untuk mengarung
lautan peradaban manusia pun berkembang dan
semakin maju.
Begitupula dengan peradaban yang ada di indonesia sejak lama sampai
sekarang mengalami perubahan yang besar. Perubahan manusia semakain maju dengan demikian
terjadilah hubungan antar wilayah bahkan antar negara, merekapun mengadakan
hubungan persahabatan dan kerja sama dan perdagangan untuk saling membantu dalam berbagai keperluan hidup ini. Indonesia
yang dikenal sebagai sebagai penghasil rempah-rempah dan bumi indonesia sangat
subur sehinggga mengundang para pedagang
dari berbagai negara untuk datang ke indonesia melakukan kerjasama, dalam
hal ini terjadilah proses penyebaran agama islam di indonesia.
Masuknya islam di indonesia dibah oleh para saudagar baik yang dari
mekkah india maupun persia. Dengan demikian kehidupan indonesia atau agama
islam yang ada di indonesia mempunyai kemiripan dengan agama islam yang ada di
mekkah maupun india baik dari corak kebudayaan maupun mazhab yang berkembang di
indonesia. Disamping itu bangsa indonesia juga dilatar belakangi oleh politik dan ekonomi sriwijaya
yang mengalami kemunduran. Dengan kemunduran sriwijaya dimanfaatkan pula
oleh para pedagang muslim untuk
mendapatkan keuntungan politik dan perdagangannya.
II.
LATAR
BELAKANG MASALAH
1.
Kedatangan
Islam Di Indonesia.
2.
Sejarah
Awal Masuknya Islam Ke Indonesia.
3.
Perkembangan
Politik Islam di Indonesia
III.
PEMBAHASAN
A.
KEDATANGAN
ISLAM DI INDONESIA
Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan teori di atas disini akan dibahas
secara sederhana sebagi berikut :
1.
Teori
Gujarat
Teori ini dinamakan teori Gujarat bertolak dari pandangan teori
yang mengatakan asal Negara yang membawa Agama Islam ke Nusantara adalah dari
Gujarat. Adapun pelatak teori ini adalah Snouk Hurgronje lebih menitik beratkan
pandangannya ke Gujarat berdasarkan: pertama, kurangnya fakta yang menjelaskan
peranan bangsa arab dalam penyebaran agama islam ke nusantara. Kedua, hubungan
dagang Indonesia-India telah lama terjalin. Ketiga, inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di sumatra
memberikan gambaran hubungan antara sumatra dan Gujarat.
Sejalan dengan pendapat di atas ini, W.F. Stutterheim, mengatakan
masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke-13. Pendapatnya juga didasarkan pada
bukti batu nisan sultan pertama dari kerajaan samudra, yakni Malik Al-Shaleh
yang wafat pada 1297. Selanjutnya ditambahkan tentang asal Negara yang
mempengaruhi masuknya Agama Islam ke Nusantara adalah Gujarat. Dengan alasan
Islam disebarkan melalui jalan dagang antar Indonesia-cambay (Gujarat) Timur
Tenggah-Eropa.
Perkembangan perkampungan Arab mulai berkembang hal ini
mempengaruhi pula perkembangan Arab yang terdapat di sepanjang jalan
perdangangan di Asia Tenggara. Dari keteranga J.C. Van ini masuknya islam ke
Nusantara tidak terjadi pada abad ke-13 melainkan telah terjadi pada abad ke-7.
Sedangkan abad ke-13 merupakan saat perkembangan Islam.[1]
2.
Teori
Makkah
Dalam teori ini Hamka lebih mendasarkan pandangannya pada peranan
bangsa Arab sebagai pembawa Agama Islam ke Indonesia. Gujarat dinyatakan
sebagai tempat singgah semata, dan
makkah sebagi pusat, atau Mesir sebagai pengambilan ajaran Islam. Ia
menambahkan pengamatan pada masalah manzhab Syafi’i, sebagai mazhab yang
istimewa di Makkah dan mempunyai pengaruh yang besar di Indonesia. Tetapi titik
analsisnya pada permasalahan perdagangan yang dibaca adalah barang yang
didagang dan jalan perdagangannya.
Sebaliknya penglihatan penelitian hamka lebih tajam sampai permasalahan mazhab
yang menjadi bagian laporan kunjungan Ibnu Battutah ke Nusantara.
Guna dapat mengetahui lebih lanjut mengenai pendapat waktu masuknya
Islam di Nusantara pada abad ke-7, perlu penjelasan tentang peranan bangsa Arab
dalam perdagangan di Asia yang dimulai
sejak abad ke-2 SM. Peranan ini tidak dibicarakan oleh penganut teori Gujarat.
Tinjauan tentang teori Gujarat mengharuskan peranan bangsa Arab dalam perdagangan
dan kekuasaan di lautan, yang telah lama mengenal samudera Indonesia daripada
bangsa-bangsa lainnya.
Informasi sejarah menjelaskan bahwa bangsa Arab telah sampai ke
Ceylon pada abad ke-2 SM. Memang tidak dijelaskan lebih lanjut tentang
sampainya ke Indonesia. Tetapi bila kita hubungkan dengan penjelasan
kepustakaan Arab Kuno yang menyebutkan Al-Hind yang berarti India dan
pulau-pulau yang sebelah timurnya sampai ke Cina, dan Indonesia pun disebut
sebagai pulau-pulau Cina, besar kemungkinan pada abad ke-2 SM bangsa Arab telah
sampai ke Indonesia hanya penyebutnya sebagia pulau-pulau Cina atau Al-Hind.[2]
Bila memang telah ada antara hubungan bangsa Arab dengan Indonesia
sejak abad ke-2 SM, Maka bangsa Arab merupakan bangsa Asing yang pertama datang
ke nusantara. Berdasarkan keterangan yang dikemukakan oleh D.H. Burger dan
Prajudi Atmosudirdjo, bangsa dan Cina baru mengadakan hubungan dengan Indonesia
pada abad ke-1 M. Sedangkan hubungan Arab dan Cina terjadi jauh lebih lama,
melalui jalan darat menggunakan kapal sahara jalan darat ini sering disebut
sebagai jalan sutera, berlangsung sejak 500 SM.
Timbulnya perkampungan Arab baik dipantai barat Sumatra ataupun di
Asia Tenggara dan kanton, di tunjang oleh kekuatan laut Arab. Fakta ini
memberikan bukti telah terjadi hubungan Indonesia Arab jauh sebelum abad ke-13.[3]
B.
SEJARAH
AWAL MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Menurut seminar masuknya Islam di Indonesia di medan tahun 1963,
Islam masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 M.
Seminar masuknya Islam di Indonesia tersebut menghasilkan keputusan
sebagai berikut :
1.
Menurut
sumber-sumber yang kita ketahui, Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke
Indonesia pada abad pertama hijriah(abad ke-7) langsung dari Arab.
2.
Daerah
yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatra, dan bahwa setelah
terbentuknya masyarakat Islam, maka Raja Islam yang pertama berada di Aceh.
3.
Dalam
proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Indonesia aktif mengambil bagian.
4.
Mubaligh-mubaligh
Islam yang pertama-tama itu sebagai penyiar Islam juga sebagai saudagar.
5.
Penyiaran
Islam di Indonesia dilakukan denga cara damai.
6.
Kedatangan
Islam di Indonesia, membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam
membentuk kepribadian bangsa Indonesia.
Pendapat senada tentang masuknya Islam di Indonesia dikemukakan
oleh Thomas W. Arnold dalam the preaching Islam, ia mengatakat, “mungkin Agama
ini telah dibawa kemari oleh pedagang-pedagang Arab sejak abad-abad pertama
hijriah, lama sebelum kita memiliki catatan
ssejarah dimana sebenarnya pengaruh mereka telah mulai terasa.
Menurut literatur kuno tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada
sebuah perkampungan arab Islam di pesisr pantai sumatra. Jadi hanya 9 tahun
sejak rasulullah saw memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir
pantai sumatra sudah terdapat sebuah perkampungan Islam. Akat tetapi, pada
priode ini islam belum berkembang secara menyeluruh dan hanya beberapa wilayah
yang sudah memeluk Islam, misalnya sebagian sumatra dan sebagian pantai utara
jawa.
Adapun perkembangan selanjutnya, Islam berkembang secara lebih
besar pada abad ke 12 M. Menurut para sejarawan Islam masuk ke Indonesia
melalui beberapa jalur, sehingga dengan cepat dapat diterima oleh masyrakat
Indonesia.[4]
Jalur-jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam yang mula-mula
di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Melalui Jalur Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdangan.
Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan
bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Mereka yang melalukan dakwah
islam, sekaligus menjadi pedagang.
2. Melalui jalur perkawinan
Dengan melalui jalur perkawinan, para menyebar Islam melakukan
perkawinan dengan penduduk pribumi. Melalaui jalur perkawianan mereka telah
menanamkan cikal bakal kader-kader Islam.
3. Melaui jalur tasawuf
Para penyebar Islam juga terkenal sebagai pengajar-pengajar
tasawuf. Oleh karena itu, penyebaran Islam kepada masyarakat Indonesia melalui
jalur tasawuf atau mistik ini mudah diterima karena sesuai dengan alam pikiran
masyarakat indonesia. Misalnya, menggunakan Ilmu-ilmu riyadhat dan kesaktian
dalam proses penyebaran Islam kepada penduduk setempat.
4. Melalui jalur pendidikan
Dalam Islamisasi di Indonesia ini, juga dilakukan melalui jalur
pendidikan seperti pesantren, surau, masjid dan lain-lain yang dilakukan oleh
guru-guru Agama, Kyai dan Ulama.
5. Melalui jalur kesenian
Para penyebar Islam juga menggunakan kesenian dalam rangka
penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra, dan berbagai kesenian
lainnya.
6. Melalui jalur politik
Para penyebar Islam juga menggunakan pendekatan politik dalam
penyebaran Islam. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
indonesia. Demi kepentingan politik,
kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam.
Kemenangan-kemenangan secara politik banyak menarik penduduk kerajaan yang
bukan Islam memeluk Islam.[5]
C.
PERKEMBANGAN
POLITIK ISLAM DI INDONESIA.
1.
Sebelum
Kemerdekaan.
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke
tujuh sampai abad ke delapan masehi. Ini mungkin didasarkan kepada penemuan
batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun dileran
dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan seorang
musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya
ke negeri Cina pada tahun 1345 M. Agama islam yang bermahzab Syafi’I telah
mantap disana selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke
XIII di anggap sebagai awal masuknya agama islam ke Indonesia. Daerah yang
pertama-pertama dikunjungi ialah :
a. Pesisir Utara pulau
Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai bisa mendirikan
kerajaan islam pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara.
b. Pesisir Utara pulau Jawa
kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan
Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit.
Adapun
tahapan-tahapan “masa” yang dilalui atau pergerakan sebelum kemerdekaan, yakni :
a.
Pada
Masa Kesultanan
Daerah yang sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha
adalah daerah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di Jawa. Agama
islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama, social dan politik
penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut agama islam itu telah
menunjukkan dalam bentuk yang lebih murni. Dikerajaan tersebut agama islam
tertanam kuat sampai Indonesia merdeka. Salah satu buktinya yaiut banyaknya
nama-nama islam dan peninggalan-peninggalan yang bernilai keIslaman.
Dikerjaan Banjar dengan masuk islamnya raja banjar. Perkembangan
islam selanjutnya tidak begitu sulit, raja menunjukkan fasilitas dan kemudahan
lainnya yang hasilnya membawa kepada kehidupan masyarakat Banjar yang
benar-benar bersendikan islam. Secara konkrit kehidupan keagamaan di kerajaan
Banjar ini diwujudkan dengan adanya Mufti dan Qadhi atas jasa Muhammad Arsyad
Al-Banjari yang ahli dalam bidang Fiqih dan Tasawuf.
Islam di Jawa, pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan jawa,
ia banyak memberikan kelonggaran pada sistem kepercayaan yang dianut agama
Hindu-Budha. Hal ini memberikan kemudahan dalam islamisasi atau paling tidak
mengurangi kesulitan-kesulitan. Para wali terutama Wali Songo sangatlah berjasa
dalam pengembangan agama islam di pulau Jawa.
b.
Pada
Masa Penjajahan
Kolonial belum berani mencampuri masalah islam, karena mereka belum
mengetahui ajaran islam dan bahasa Arab, juga belum mengetahui sistem social
islam. Pada tahun 1808 pemerintah Belanda mengeluarkan instruksi kepada para
bupati agar urusan agama tidak diganggu, dan pemuka-pemuka agama dibiarkan
untuk memutuskan perkara-perkara dibidang perkawinan dan kewarisan.
Setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi penasehat
urusan Pribumi dan Arab, pemerintahan Belanda lebih berani membuat
kebijaksanaan mengenai masalah islam di Indonesia, karena Snouck mempunyai
pengalaman dalam penelitian lapangan di negeri Arab, Jawa, dan Aceh. Lalu ia
mengemukakan gagasannya yang dikenal dengan politik islamnya. Dengan politik
itu, ia membagi masalah islam dalam tiga kategori :
a) Bidang agama murni atau ibadah
Pemerintahan
kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat islam untuk melaksanakan agamanya
sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.
b) Bidang sosial kemasyarakatan
Hukum
islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan adapt kebiasaan.
c) Bidang politik
Orang
islam dilarang membahas hukum islam, baik Al-Qur’an maupun Sunnah yang
menerangkan tentang politik kenegaraan dan ketata negaraan.
c.
Masa
Penjajahan Belanda
Pada tahun 1755 VOC berhasil menjadi pemegang hegemoni politik
pulau jawa dengan perjanjian Giyanti, karena itu raja jawa kehilangan kekuasaan
politiknya. Bahkan, kewibawaan raja sangat tergantung pada VOC. Campur tangan
colonial terhadap kehidupan makin meluas, sehingga ulama-ulama keratin sebagai
penasihat raja-raja tersingkir. Rakyat kehilangan kepimpinannya, sementara
penguasaan colonial sangat menghimpit kehidupan mereka. Eksploitasi hasil bumi
rakyat untuk kepentingan pemerintah colonial belanda merajalela, penggusuran
dan perampasan tanah milik rakyat untuk kepentingan pemerintah sangat di
galakkan. Raja-raja tradisional jarang membantu rakyat, bahkan setelah
mendapatkan gaji mereka memihak kepada tuannya (belanda). Rakyat ketakutan dan
kesulitan menghadapi penindasan ini terjadi sampai abad ke-14. Dalam kondisi
rakyat mencerai pemimpin non formal (para ulama, kyai, atau bangsawan) yang
masih memerhatikan mereka. Pusat kekuatan politik berpindah dari istana ke
luar, salah satunya kepesantren-pesantren yang kemudian menjadi basis
perlawanan.
Dalam kondosi seperti itu rakyat bergabung kepada pemimpin non
formal para kyai, ulama’, dan bangsawan yang menggalang rakyat untuk melawan
dan berjuang atas nama agama.Terjadilah Perang Padri (1821-1837), dipelopori
Imam Bonjol dibantu delapan ulama’ yang bergelar Harimau Nan Salapan, Perang
Aceh (1873-1904) dipimpin panglima Polim yang di dukung para ulama’, haji dan
Muslim Aceh.[6]
d.
Masa
Penjajahan Jepang
Sebagai penjajah, jepang jauh lebih kejam dari pada Belanda.Jepang
merampas semua harta milik rakyat untuk kepentungan perang, sehingga rakyat
matyi kelaparan.Untuk menymbung hidup, rakyat makan pisang muda atau hatinya
batang pisang, sedangkan untuk baju rakyat memakai goni. Rakyat dicekam
ketakutan kepada jepang yang kempeitei (polisi rahasia)nya terkenal sangat
ganas.
Jika pada masa belanda ada istilah “kerja rodi”, maka dizaman
menjadi “romusha”. Jika kerja rodi masih bekerja (paksa) dikampung sendiri,
maka romushadikirim jauh sampai
kepedalaman Burma dan Thailand (Muang Thai) untuk membangun jalur kereta api
yang menghubungkan Birma-Bangkok melalui Konbury.
Islam akan dihapus dan akan diganti dengan agama Shinto. Oleh
karena itu, bahasa dan aksara Arab dilarang. Walaupun nanti larangan itu
dicabut ketika jepang sudah kepepet hamper kalah. Perintah ber-seikeirei (membungkuk seperti ruku’ dalam shalat kea
rah matahari terbit di Timur kea rah Tenno Heika karena ia dianggap keturunan
Dewa Matahari Amaterasu Omikami – Tuhan jagad raya yang mengaruniai kepada ras
Yamato) dianggap sebagai suatu paksaan
untuk berbuat syirik. Dilihat darui itu jepang sebenarnya lebih kafir dari pada
Belanda, karena belanda masih tergolonhg kafir
kitabi.[7]
Untuk
mempercepat usaha itu segala cara ditempuh, yaitu dengan cara-cara sebagai
berikut :
a) Membersihkan kebudayaan Barat, kebudayaan
Islam diganti drngan kebudayaan jepang.
b) Mengubah system pendidikan
c) Membentuk barisan pemuda
d) Memobilisasi pemimpin Islam
e) Membentuk organisasi baru. diantaranya
aldalah Shumubu (Departemen Agama Buatan Jepang) dibentuk maret 1942 M dan
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dibentuk tanggal 24 Oktober 1943 M.[8]
2.
Politik
Islam Masa Kemerdekaan
a.
Masa
Revolusi
Pada tanggal 6 agustus 1945
hirosima dibopm. Tanggal m7 agustus 1945 pemerintah jepang membentuk
PPKI (panitia oersiapan kemerdekaan Indonesia). Soekarno, Hatta, dan Dr.
Radjiman diundang menemui Marsekal Terauchi di Dalai (Vietnam). Tanggal 8
agustus 1945 Mansuria diduduki Rusia. Tanggal 9 agustus 1945 Nagasaki dibom.
Hatta meminta soebardjo untuki mempersiapkan rapat PPKI yang akan diadakan tanggal 16 agustus 1945. Tanggal 15 agustus
1945 soebardjo dating kerumah hatta yang sedang membuat teks
proklamasi.Soebardjo dan hatta kemudian pergi kerumah soekarno, disana ada
beberapa pemuda yang memaksa soekarno mengumumkan kemerdekaan malam itu juga
melalui radio. Karena soekarno menolak, Wikana (juru bicara pemuda) mengancam
bahwa darah akan mengalir jika proklamasi tidak diumumkan, tetapi soekarno
tetap menolak.
Ketika Soekarno tetap menolak para pemuda kecewa, tetapi mereka
sadar tanpa Soekarno-hatta mereka tidak sanggup melancarkan revolusi. Oleh
karena itu, akhirnya Soekarno-hatta diculik. Saat mereka baru saja selesai
makan sahur tanggal 16 agustus 1945, dibawah pimpinan Soekarno, mereka dibawa
ke Rengasdengklok. Di Jakarta, ketidak hadiaran Soekarno-hatta yang mengundang
rapat PPKI menimbulkan kekhawatuiran. Namun, rupanya barisan peta (pemuda)
tidak kompak sehingga yang semula merencanakan revolusi tidak terjadi.
Akhirnya, salah seorang anggota peta menceritakan kepada soebardjo dan bersedia
mengantar Soekarno-hatta ke Jakarta.
Soekarno-hatta diminta menemui Jenderal Nashimura yang dihadiri
laksamana Maeda. Nashimura mengatakan bahwa ia tidak bertanggung jawab lagi
karena panglima yang kalah perang. Oleh karena itu, akhirnya Soekarno-hatta
membuat teks proklamasi yang disetuji oleh PPKI.Pada subuh jam 3 pagi 17
agustus 1945 teks proklamasi selesai dibuat, jam 10.00 dikumandangkan di
Pegangsaan Timur 56.[9]
b.
Masa
Mempertahankan Kemerdekaan
Dalam poroses membentuk dan mempertahankan Negara yang baru dicapai
secara revolusi, Masyumi sebagai satu-satunya partai piltiuk yang berideologi
islam pada saat itu memandang bahwa masyumi harus langsung terelibat dalam
jabtan-jabatan kekuasaan Negara sebagai suatu jalan strategis untuk mewujudkan
tujuan-tujuannya. Dengan cara demikian
hokum-hukum Allah ttidak saja keluar dari ceramah-ceramah alim ulama’ dimimbar-mimbar
masjid saja, tetapi juga berasal dari pejabat-pejabat pemerintah dan menjadi
undang-undang. Untuk itu selam kehadirannya, masyumi merupakan partai yang
terlibat dalam elit pemerintahan, antara lain dengan membentuk pemerintahan
atau berkoalisi dengan poartai-partai lain, sehungga masyumi turut memainkan
peranan dalam menetukan dasar politik Indonesia.
Masyumi memernkan politik yang menentukan pada dua kabinet Natsir
April 1951, Sukiman Wiryosendjojo, kedua-duanya menjadi perdana menteri.Pada
dua kabinet itu, Menteri Agama berada idtangan KH.Wahiud Hasyim (unsure NU dalam Masyumi) sedangkan
pada kabinet Wilopo-Prawoto, KH. Fakih Usman (unsure Muhammadiyah dalam
Masyumi). Dalam kabinet Wilopo, Masyumi mendapat empat kursi dalam
pemerintahan.Pada kabinet ke-enam Burhanuddin Harahap, kembali lagi masyumi
menjadi Perdana Menteri.Kabinet ini merupakan kabinet terakhir sebelum partai
ini dibubarkan tahun 1960.Prestasi kabinet ini menghasilakan Pemilu pertama
1955 dalam sejarah Republik Indonesia, yaitu membubarkan Uni Indonesia-
Belanda.Suatu keberanian yang perlu dicatat, adalah mengembalikan wibawa
pemerintah terhadap Angkatan Darat.[10]
IV.
PENUTUP
Jikalau kita amati perjalanan Sejarah Islam di Indonesia dari masa
ke masa sejak kedatangan, proses
penyebaran sampai zaman tumbuh dan berkembangnya Kesultanan Kesultanan bahkan
mencapai keemasannya terasa telah terjadinya dinamika histories yang menggembirakan..
Di zaman Keemasan Kesultanan-Kesultanan di Indonesia sebagaimana telah
dicontohkan terutama abad ke-17 M. telah memberikan warisan sejarah yang
gemilang dalam berbagai aspek: Sosial- politik Sosial-ekonomi-perdagangan, Sosial –keagamaan dan kebudayaan, ternyata
telah memberikan citra yang dapat dibanggakan. Namun demikian setelah mulai
dimasuki pengaruh baik politik, ekonomi-perdagangan maupun system pemerintahan
maka umat Islam mengalami keresahan yang akibatnya muncul perlawanan atau
pemberontakan melwan politik penjajahan baik melalui gerakan politik mapun
gerakan keagamaan dan gerakan pendidikan. Namun upaya perjuangan masyarakat
Musilm di bawah pimpinan para ulama itu mengalami kegagalan akibat berbagai
factor antara lain: perselisihan internal yang kemudian dimasuki politik divide
et empera, pemisahan persatuan antara ulama dan umara, antara perjuangan dari
satu daerah dengan daerah lainnya belum ada persatuan, pendidikan masyarakat
yang dengan sengaja oleh pokitik Belanda dibedakan terutama menuju sekulerasmi
dengan pengawasan ketat terhadap pendidikan non-pemerintah yang berlandaskan
keagamaan dsb.
Demikian secara garis besar nasib umat Islam di Indonesia selama
penjajahan dan bagaimana seharusnya untuk masa kini dan mendatang untuk
menumbuhkan citra kejayaan Islam kita Indonesia, mungkin perlu diusahakan:
1)
Terpeliharana uhuwah Islamiah di kalangan umat Islam Indonesia khususnya
dan
umat Islam di dunia pada umumnya;
2) Melakukan serta meningkatkan kehidupan
keagamaan bagi kehidupan dan ke-
sejahteraan
dunia dan akhirat dengan berpedoman kepada isi dan maknanya
Al-Qur’an dan Hadis serta ajaran-ajaran
dalam Syari’ah;
3) Memperjuangkan keadilan serta menegakkaanya
untuk mencapak ketertiban,
keamanan,
kenyamanan serta kebahagiaan umat Islam;
4) Mengupayakan kemajuan dalam pendidikan
keagaamaan baik formal maupun
Non-formal
demi kecerdasan umatnya serta ketakwaannya kepada Allah SWT.
5)
Memajukan bidang seni-budaya Islami melalui berbagai kegiatan di kalangan
anak-anak,
remaja serta dewasa umat Muslim.
Demikianmasalah
serta pokok-pokok berkenaan dengan thema
yang telah kamikemukakan di atas. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan
terimakasih atas segala perhatian Saudara-Saudari sekalian. Wa billahi taufik
wal hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
V.
DAFTAR
PUSAKA
Supriadi,
Dedi. Sejarah Peradaban Islam,(Bandung: CV Pustaka Setia).
Munir
Amin, Samsul. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009).
Mansur
Suryanegara, Ahamad. Menemukan Sejarah Wacana Pengerakan Islam Di
Indonesia, (Penerbit Mizan Khazanah Ilmu-Ilmu Islam).
Abdullah,
Taufik. (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Majelis Ulama
Indonesia, 1991).
Siddiqi,
Nourouzzaman. Menguak Sejarah Muslim, Suatu Kritik Metodologis,(Yogyakarta:PLP2M,
1984).
Sunanto,
Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia,(Jakarta:
Rajawali pers, 2010).
Syafi’I
Ma’arif, Ahmad. Islam Dan Politik Indonesia, Teori Belah Bambu Masa
Demokrasi Terpimpin (1959-1965), (Yogyakarta: IAIN Sunan
Kalijaga Press, 1988).
[1] Ahamad
Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah Wacana Pengerakan Islam Di Indonesia,
(Penerbit Mizan Khazanah Ilmu-Ilmu Islam), hlm. 76.
[2] Ibid.,
hlm. 83.
[3] Ibid.,
hlm. 84.
[4] Samsul
Munir Amin, Sejarah Peredaban Islam,(Jakarta: AMZAH), hlm. 303.
[5] Ibid.,
hlm. 304
[6] Taufik
Abdullah, (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Majelis Ulama
Indonesia, 1991), hlm. 139.
[7] Nourouzzaman
Siddiqi, Menguak Sejarah Muslim, Suatu Kritik Metodologis,(Yogyakarta:PLP2M,
1984), hlm.124.
[8] Musyrifah Sunanto, Sejarah
Peradaban Islam Indonesia,(Jakarta: Rajawali pers, 2010), hlm.39.
[9] Taufik
Abdullah, (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Majelis Ulama
Indonesia, 1991), hlm. 306.
[10] Ahmad
Syafi’I Ma’arif, Islam Dan Politik Indonesia, Teori Belah Bambu Masa
Demokrasi Terpimpin (1959-1965), (Yogyakarta: IAIN Sunan
Kalijaga Press, 1988), hlm.38-39.
No comments:
Post a Comment