Friday, May 20, 2016

Makalah Study Kitab Tafsir Klasik tentang An-Nukat Wa Al-‘Uyun Karya Al-Mawardi



AN-NUKAT WA AL-UYUN
KARYA AL-MAWARDI

A.     Pengenalan Kitab
1.      Nama Kitab:
An-Nukat wa al-Uyun. Lebih dikenal dengan nama Tafsir al-Mawardi.
2.      Nama Penulis:
            Nama lengkap Abu Al-Hasan bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Basri As-Syafi’i. Lebih dikenal dengan nama al-Mawardi (364H./975M. – 450H./1058M.)
3.      Penerbit: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah.[1]
4.      Kota Penerbit: Beirut, Lebanon
5.      Tahun Terbit: Tahun 1412H./1992M.
6.      Jumlah Juz/Jilid: 6 Jilid

No
Jilid
Materi
Hlm
1
I
Al-Fatihah, Al-Baqarah – an-Nisa’
548
2
II
Al-Maidah – Hud
512
3
III
Yusuf – al-Anbiya’
477
4
IV
Al-Hajj – al-Fatir
480
5
V
Yasin – as-Shaf
531
6
VI
Al-Jumu’ah – an-Nas
472

B. Biografi al-Mawardi
            Al-Mawardi nama lengkapnya (Qadhi al-Qudhat, Abu al-Hasan) Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Basri, as-Syafi’i. Lebih dikenal dengan nama al-Mawardi. Para ahli sejarah dan tabaqat memberi gelar kepada beliau dengan sebutan Al-Mawardi, Qadi al-Qudhat, Al-Basri dan Al-Syafi’i. Nama Al-Mawardi dinisbahkan kepada ma’ al wardi (air mawar) karena orang tuanya adalah penjual air mawar.[2] Gelar Qadi al-Qudhat disebabkan beliau seorang ketua hakim yang alim dalam bidang fiqh. Gelar ini diterima pada tahun 429 hijrah. Gelar al-Basri ialah kerana beliau lahir di Basrah. Sementara nama penggantinya (nama kinayah) ialah Abu al-Hasan.[3]
Beliau dilahirkan di Basrah pada tahun 364 H. /974 M. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai perhatian yang besar kepada ilmu pengetahuan. Beliau wafat pada hari Selasa, 30 Rabi’ul Awwal 450 H./27 Mei 1058M. dalam usia 86 tahun. Al-Khatib Al-Baghdadi bertindak sebagai imam pada salat jenazah beliau. Banyak para pembesar dan ulama yang menghadiri pemakaman beliau saat dimakamkan di perkuburan Bab Harb di Baghdad.[4]
            Beliau hidup pada saat kemunduran dinasti Abbasiyah, kekhalifahan yang berpusat di Baghdad sedang mengalami degradasi yang berakibat melemahnya sistem pemerintahan yang berakhir pada jatuhnya Daulah Abbasyiyah pada tahun 656H.            Jatuhnya Daulah Abbasiyah dengan Baghdad sebagai pusat peradaban Islam ketika itu memberikan dampak yang sangat besar bagi dunia pendidikan. Lambat laun pusat peradaban Islam pindah dari kota Baghdad ke kota-kota lain.
Kemunduran di bidang politik tidak berpengaruh kepada perkembangan dunia pendidikan. Filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang dan melahirkan para ilmuan besar seperti Al-Farabi, Al-Mawardi, Al-Ghazali dan sebagainya, karena para pemimpin politik mempunyai perhatian yang besar pada kemajuan keilmuan. Pengaruh dari faham keagamaan Mu’tazilah yang cenderung rasional serta perkembangan paham Syi’ah yang dianut oleh para pembesar Abasyiyah dari kalangan Bani Buwaih turut mempengaruhi pola pikir mereka dalam bidang keilmuan.
Jadi boleh dikata bahwa  beliau lahir di masa kejayaan Islam, masa puncak kejayaan ilmu agama dan pengetahuan. Maka tidak mengherankan jika dengan dukungan semangat dan keluarga yang cinta ilmu, beliau tumbuh menjadi pemikir Islam yang ahli dalam berbagai bidang, seperti fiqh dan sastra dan juga politik.
Al-Mawardi menempuh pendidikan pertamanya di negeri kelahirannya sendiri, yaitu Bashrah. Di kota tersebut Al-Mawardi sempat mempelajari hadis dari beberapa ulama terkenal seperti Al-Hasan Ibnu Ali Ibnu Muhammad Ibn Al-Jabaly, Abu Khalifah Al-Jumhy, Muhammad Ibn ‘Adiy Ibnu Zuhar Al-Marzy, Muhammad Ibnu Al-Ma’aly Al-Azdy serta Ja’far bin Muhammad Ibn Al-Fadl Al-Baghdadi.
Setelah mengenyam pendidikan di kota kelahirannya, beliau pindah ke Baghdad dan bermukim di Darb Az-Za'farani. Di sini Al-Mawardi belajar hadis dan fiqh serta bergabung dengan halaqah Abu Hamid Al-Isfiroini untuk menyelesaikan studinya.[5]
Selanjutnya  beliau berpindah ke tempat lain untuk menyebarkan ilmu. Setelah cukup lama berkeliling ke berbagai tempat, beliau kembali ke Baghdad. Di kota ini beliau  mengajarkan Hadis, tafsir al-Qur'an dan menulis.[6]
Di antara karya-karya al-Mawardi adalah:
1.      Al-Ahkam as-Sulthaniyah
2.      Adab al-Wazir “Qawanin al-Wazarah wa Siyasah al-Mulk”
3.      Adab ad-Dunya wa ad-Din
4.      Adab al-Qadli
5.      Nasihah al-Mulk
6.      Al-Amtsal wa al-Hikam.[7]

C.     Tafsir An-Nukat wa al-‘Uyun.
1.      Latar Belakang Penulisan Tafsir
Di dalam muqaddimah tafsirnya, al-Mawardi mengatakan bahwa ayat-ayat al-Qur’an terbagi menjadi dua jenis, yaitu ada ayat yang dzahir dan jelas (sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam), dan ada juga ayat yang tersembunyi dan sulit dipahami maknanya. Inilah yang menjadi peran khusus para ulama untuk memberikan pemahaman yang benar terhadap ayat tersebut. Lalu, al-Mawardi mengambil inisiatif untuk ikut berkontribusi dengan menulis sebuah kitab yang memuat kumpulan ta’wil dan tafsir terhadap ayat-ayat yang tersembunyi dan sulit dipahami maknanya tersebut.[8]

2.      Format Tafsir
a.      Sistematika Tafsir
            Al-Mawardi di dalam menyusun tafsirnya mengikuti tertib susunan mushaf al-Qur’an, mulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nas. Beliau memulai tafsirnya dengan menyebutkan nama surat, Makkiyah atau Madaniyah, menjelaskan riwayat-riwayat terkait dengannya, kemudian menjelaskan lafal-lafalnya serta sebab turunnya. Setelah itu beliau menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dengan pendekatan bahasa, bantuan syair-syair dan selanjutnya menguraikan berbagai pendapat terkait dengan pemaknaan ayat-ayat tersebut.[9]

b.      Metode Tafsir
            Sedangkan metode yang dipakai oleh Imam al-Mawardi dalam tafsirnya mengambil metode secara tahlili atau analisis, yaitu metode yang berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya, sesuai dengan pandangan, kecenderungan, dan keinginan mufassir yang dihidangkannya secara runtut sesuai dengan perurutan ayat-ayat dalam Mushaf. Biasanya yang dihidangkan itu mencakup pengertian umum kosakata ayat, hubungan ayat dengan ayat sebelumnya, makna global ayat, hukum yang dapat ditarik, yang tidak jarang menghadirkan aneka pendapat ulama mazhab. Ada juga yang menambahkan uraian tentang aneka Qira’at, I’rab ayat-ayat yang ditafsirkan, serta keistemawaan susunan kata-katanya. Yakni metode tafsir yang menyoroti ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala makna yang terkandung di dalamnya sesuai dengan urutan bacaan yang terdapat dalam mushaf Utsmani yaitu dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas.[10]

c.       Corak Tafsir
            Menurut bentuk atau sumbernya, tafsir Imam al-Mawardi adalah termasuk ke dalam golongan tafsir bi al-ma’tsur, yaitu sesuatu yang bersumber dari nash al-Qur’an sendiri yang berfungsi menjelaskan, memerinci terhadap sebagian ayat lainnya, dan yang bersumber dari apa yang diriwayatkan dari Rasul, para sahabat, dan para tabi’in.
            Menurut Iyaziy, tafsir al-Mawardi ini tergolong tafsir lughawi, karena seringnya beliau menjelaskan makna ayat al-Qur’an dengan pendekatan sastra melalui berbagai syair. [11]
            Namun demikian, corak bahasa bukan satu-satunya corak tafsir al-Mawradi, karena tafsir ini memiliki karakteristik dalam beberapa bidang di antaranya:
1.      Mengumpulkan berbagai pendapat salaf dan khalaf terkait makna ayat
2.      Analisis bahasa yang mendalam di dalam menjelaskan makna ayat
3.      Keahliannya dalam bidang fiqh
4.      Mengumpulkan pendapat seputar Kalam.[12]


3.      Komentar Ulama’
            Muhammad ‘Ali Iyazi menganggap bahwa tafsir al-Mawardi merupakan salah satu kitab tafsir yang penting, terbukti banyak tafsir berikutnya yang merujuk kepadanya, seperti tafsir Zad al-Mashir karya Ibn Jauzi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya al-Qurthubi.[13]





                [1]Tafsir ini dicetak beberapa kali, di antaranya: Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1412H./1992M. 6 Jilid. Kuwait: Wazarah al-Auqaf, 1402H./1982M. Lihat: Muhammad ‘Ali Iyaziy, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhu, (Teheran: Muassasah at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wazarah ats-Tasaqafah wa al-Irsyad al-Islamiy, 1373), hlm. 723.
                [2]Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 723.
                [3]Abu Al-Hasan Ali bin Muhammad bi Habib Al-Mawardi Al-Basyri, An-Nukat Wa Al-Uyun fi Tafsir Al-Qur'an Al-Karim  (Libanon: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah, 1992), jilid I, hlm. 4-9
                [4]Abi Al-Fida' Al-Hafiz Ibn Katsir, Al-Bidayah Wa An-Nihayah, (Libanon: Dar Al-Fikr, t.t), XII, hlm. 80.
                [5]Al-Mawardi belajar pertama kali di Bashrah kepada Abi Qasim as-Shaimariy. Iyaziy, Al-Mufassirun…., hlm. 723.
                [6]Al-Mawardi, An-Nukat…, I, hlm. 9-10
                [7]Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 724.
                [8] Al-Mawardi, An-Nukat…, I, hlm. 9-10
                [9]Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 726.
                [10] Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 726.  
                [11] Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 724-725.
                [12] Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 728-729.
                [13] Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 725.

No comments:

Post a Comment