AN-NUKAT WA AL-‘UYUN
KARYA
AL-MAWARDI
A. Pengenalan
Kitab
1.
Nama Kitab:
An-Nukat wa al-‘Uyun. Lebih dikenal
dengan nama Tafsir al-Mawardi.
2.
Nama Penulis:
Nama lengkap Abu Al-Hasan bin
Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Basri As-Syafi’i. Lebih dikenal dengan nama
al-Mawardi (364H./975M. – 450H./1058M.)
4.
Kota Penerbit: Beirut,
Lebanon
5.
Tahun Terbit: Tahun 1412H./1992M.
6.
Jumlah Juz/Jilid: 6 Jilid
No
|
Jilid
|
Materi
|
Hlm
|
1
|
I
|
Al-Fatihah, Al-Baqarah – an-Nisa’
|
548
|
2
|
II
|
Al-Maidah – Hud
|
512
|
3
|
III
|
Yusuf – al-Anbiya’
|
477
|
4
|
IV
|
Al-Hajj – al-Fatir
|
480
|
5
|
V
|
Yasin – as-Shaf
|
531
|
6
|
VI
|
Al-Jumu’ah – an-Nas
|
472
|
B. Biografi al-Mawardi
Al-Mawardi
nama lengkapnya (Qadhi al-Qudhat, Abu al-Hasan) Ali bin Muhammad bin Habib
Al-Mawardi Al-Basri, as-Syafi’i. Lebih dikenal dengan nama al-Mawardi. Para
ahli sejarah dan tabaqat memberi gelar kepada beliau dengan sebutan
Al-Mawardi, Qadi al-Qudhat, Al-Basri dan Al-Syafi’i. Nama Al-Mawardi
dinisbahkan kepada ma’ al wardi (air mawar) karena orang tuanya adalah
penjual air mawar.[2]
Gelar Qadi al-Qudhat disebabkan beliau seorang ketua hakim yang alim dalam
bidang fiqh. Gelar ini diterima pada tahun 429 hijrah. Gelar al-Basri ialah
kerana beliau lahir di Basrah. Sementara nama penggantinya (nama kinayah)
ialah Abu al-Hasan.[3]
Beliau
dilahirkan di Basrah pada tahun 364 H. /974 M. Beliau dibesarkan dalam keluarga
yang mempunyai perhatian yang besar kepada ilmu pengetahuan. Beliau wafat pada
hari Selasa, 30 Rabi’ul Awwal 450 H./27 Mei 1058M. dalam usia 86 tahun.
Al-Khatib Al-Baghdadi bertindak sebagai imam pada salat jenazah beliau. Banyak
para pembesar dan ulama yang menghadiri pemakaman beliau saat dimakamkan di
perkuburan Bab Harb di Baghdad.[4]
Beliau
hidup pada saat kemunduran dinasti Abbasiyah, kekhalifahan yang berpusat di
Baghdad sedang mengalami degradasi yang berakibat melemahnya sistem
pemerintahan yang berakhir pada jatuhnya Daulah Abbasyiyah pada tahun 656H. Jatuhnya Daulah Abbasiyah dengan
Baghdad sebagai pusat peradaban Islam ketika itu memberikan dampak yang sangat
besar bagi dunia pendidikan. Lambat laun pusat peradaban Islam pindah dari kota
Baghdad ke kota-kota lain.
Kemunduran di bidang
politik tidak berpengaruh kepada perkembangan dunia pendidikan. Filsafat dan
ilmu pengetahuan terus berkembang dan melahirkan para ilmuan besar seperti
Al-Farabi, Al-Mawardi, Al-Ghazali dan sebagainya, karena para pemimpin politik
mempunyai perhatian yang besar pada kemajuan keilmuan. Pengaruh dari faham
keagamaan Mu’tazilah yang cenderung rasional serta perkembangan paham Syi’ah
yang dianut oleh para pembesar Abasyiyah dari kalangan Bani Buwaih turut
mempengaruhi pola pikir mereka dalam bidang keilmuan.
Jadi boleh
dikata bahwa beliau lahir di masa kejayaan
Islam, masa puncak kejayaan ilmu agama dan pengetahuan. Maka tidak mengherankan
jika dengan dukungan semangat dan keluarga yang cinta ilmu, beliau tumbuh menjadi
pemikir Islam yang ahli dalam berbagai bidang, seperti fiqh dan sastra dan juga
politik.
Al-Mawardi menempuh
pendidikan pertamanya di negeri kelahirannya sendiri, yaitu Bashrah. Di kota
tersebut Al-Mawardi sempat mempelajari hadis dari beberapa ulama terkenal
seperti Al-Hasan Ibnu Ali Ibnu Muhammad Ibn Al-Jabaly, Abu Khalifah Al-Jumhy, Muhammad
Ibn ‘Adiy Ibnu Zuhar Al-Marzy, Muhammad Ibnu Al-Ma’aly Al-Azdy serta Ja’far bin
Muhammad Ibn Al-Fadl Al-Baghdadi.
Setelah
mengenyam pendidikan di kota kelahirannya, beliau pindah ke Baghdad dan
bermukim di Darb Az-Za'farani. Di sini Al-Mawardi belajar hadis dan fiqh
serta bergabung dengan halaqah Abu Hamid Al-Isfiroini untuk
menyelesaikan studinya.[5]
Selanjutnya beliau berpindah ke tempat lain untuk
menyebarkan ilmu. Setelah cukup lama berkeliling ke berbagai tempat, beliau
kembali ke Baghdad. Di kota ini beliau mengajarkan Hadis, tafsir al-Qur'an dan menulis.[6]
Di antara
karya-karya al-Mawardi adalah:
1.
Al-Ahkam
as-Sulthaniyah
2.
Adab al-Wazir
“Qawanin al-Wazarah wa Siyasah al-Mulk”
3.
Adab ad-Dunya
wa ad-Din
4.
Adab al-Qadli
5.
Nasihah
al-Mulk
C.
Tafsir An-Nukat
wa al-‘Uyun.
1.
Latar Belakang
Penulisan Tafsir
Di dalam muqaddimah tafsirnya,
al-Mawardi mengatakan bahwa ayat-ayat al-Qur’an terbagi menjadi dua jenis,
yaitu ada ayat yang dzahir dan jelas (sehingga mudah dipahami oleh
masyarakat awam), dan ada juga ayat yang tersembunyi dan sulit dipahami maknanya.
Inilah yang menjadi peran khusus para ulama untuk memberikan pemahaman yang benar
terhadap ayat tersebut. Lalu, al-Mawardi mengambil inisiatif untuk ikut
berkontribusi dengan menulis sebuah kitab yang memuat kumpulan ta’wil dan
tafsir terhadap ayat-ayat yang tersembunyi dan sulit dipahami maknanya
tersebut.[8]
2.
Format Tafsir
a.
Sistematika
Tafsir
Al-Mawardi di dalam menyusun
tafsirnya mengikuti tertib susunan mushaf al-Qur’an, mulai dari surat
al-Fatihah sampai surat an-Nas. Beliau memulai tafsirnya dengan menyebutkan
nama surat, Makkiyah atau Madaniyah, menjelaskan riwayat-riwayat terkait
dengannya, kemudian menjelaskan lafal-lafalnya serta sebab turunnya. Setelah
itu beliau menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dengan pendekatan bahasa, bantuan
syair-syair dan selanjutnya menguraikan berbagai pendapat terkait dengan
pemaknaan ayat-ayat tersebut.[9]
b.
Metode Tafsir
Sedangkan metode yang dipakai oleh Imam al-Mawardi dalam tafsirnya
mengambil metode secara tahlili atau analisis, yaitu metode yang
berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya,
sesuai dengan pandangan, kecenderungan, dan keinginan mufassir yang
dihidangkannya secara runtut sesuai dengan perurutan ayat-ayat dalam Mushaf.
Biasanya yang dihidangkan itu mencakup pengertian umum kosakata ayat, hubungan
ayat dengan ayat sebelumnya, makna global ayat, hukum yang dapat ditarik, yang
tidak jarang menghadirkan aneka pendapat ulama mazhab. Ada juga yang menambahkan
uraian tentang aneka Qira’at, I’rab ayat-ayat yang ditafsirkan, serta
keistemawaan susunan kata-katanya. Yakni metode tafsir yang menyoroti ayat-ayat
al-Qur’an dengan memaparkan segala makna yang terkandung di dalamnya sesuai
dengan urutan bacaan yang terdapat dalam mushaf Utsmani yaitu dimulai dari
surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas.[10]
c.
Corak Tafsir
Menurut bentuk atau sumbernya, tafsir Imam al-Mawardi adalah termasuk ke
dalam golongan tafsir bi al-ma’tsur, yaitu sesuatu yang bersumber dari
nash al-Qur’an sendiri yang berfungsi menjelaskan, memerinci terhadap sebagian
ayat lainnya, dan yang bersumber dari apa yang diriwayatkan dari Rasul, para
sahabat, dan para tabi’in.
Menurut
Iyaziy, tafsir al-Mawardi ini tergolong tafsir lughawi, karena seringnya
beliau menjelaskan makna ayat al-Qur’an dengan pendekatan sastra melalui
berbagai syair. [11]
Namun
demikian, corak bahasa bukan satu-satunya corak tafsir al-Mawradi, karena
tafsir ini memiliki karakteristik dalam beberapa bidang di antaranya:
1.
Mengumpulkan
berbagai pendapat salaf dan khalaf terkait makna ayat
2.
Analisis
bahasa yang mendalam di dalam menjelaskan makna ayat
3.
Keahliannya dalam
bidang fiqh
4.
Mengumpulkan
pendapat seputar Kalam.[12]
3. Komentar
Ulama’
Muhammad ‘Ali Iyazi menganggap bahwa tafsir al-Mawardi merupakan
salah satu kitab tafsir yang penting, terbukti banyak tafsir berikutnya yang
merujuk kepadanya, seperti tafsir Zad al-Mashir karya Ibn Jauzi, al-Jami’
li Ahkam al-Qur’an karya al-Qurthubi.[13]
[1]Tafsir
ini dicetak beberapa kali, di antaranya: Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1412H./1992M. 6 Jilid. Kuwait: Wazarah al-Auqaf, 1402H./1982M. Lihat: Muhammad
‘Ali Iyaziy, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhu, (Teheran: Muassasah
at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wazarah ats-Tasaqafah wa al-Irsyad al-Islamiy, 1373),
hlm. 723.
No comments:
Post a Comment