Friday, May 20, 2016

Makalah Study Kitab Tafsir Klasik tentang Madarik At-Tanzil Wa Haqa’iq At-Ta’wil Karya An-Nasafi



MADARIK AT-TANZIL WA HAQA’IQ AT-TA’WIL
KARYA AN-NASAFI


A.     Pengenalan Kitab
1.      Nama Kitab: Tafsir al-Qur’an al-Jalil al-Musamma bi “Madarik at-Tanzil wa Haqa’iq at-Ta’wil.”[1]
2.      Nama Penulis:
Abu Barakah, Abdullah bin Ahmad bin Mahmud an-Nasafi. Lebih dikenal dengan nama An-Nasafi.
3.      Penerbit: Dar al-Fikr
4.      Kota Penerbit: Beirut, Lebanon
5.      Tahun Terbit: Tahun 1995M.
6.      Jumlah Juz/Jilid: 4 Juz/2Jilid
No
Juz/Jilid
Surat
Hlm
1
I
Al-Fatihah- al-Isra’
331
2
II
Al-Kahfi – an-Nas
338

B. Biografi Penulis
                        Nama lengkap an-Nasafi adalah Hafidz ad-Din Abu al-Barakat, ‘Abdullah bin Ahmad bin Mahmud an-Nasfiy, al-Hanafiy al-Asy’ariy. Beliau lahir di Nasaf, kota Sind yang terletak di antara Jihun dan Samarqand. Beliau adalah ahli tafsir kenamaan yang merupakan salah satu di antara sekian ulama dari kalangan Hanafiah, di mana mereka membidangi fiqih, ushul fiqih, akidah dan tafsir.[2]
                        Beliau hidup di kalangan ulama ahli fiqih, ushul fiqih, akidah dan tafsir, sehingga beliau mempunyai peluang dalam membentuk dan memcari potensi yang ia miliki, oleh karena itulah beliau berhasil merangkum pelbagai metodologi riset yang ada. Dengan menggunakan rasionalitas ulama kalam, dialektika ahli ushul dan konklusi sarjana fiqh. Bedanya, Nasafiy mempunyai karakter metodologi yang independen dalam karya-karyanya.
                         Dan di samping itu juga ada beberapa informasi yang didapatkan oleh gur-gurunya seperti ; Syams Al-‘Aimmah Al-Kurdi, Ahmad bin Muhammad Al-‘itabi, dll. Karena keuletannya, beliau sudah mencetak beberapa buku di antaranya : “Umdah Al-Aqaid fi al-al-Kalam, Manar Al-Anwar fi Ushul al-Fiqh, Al-Kafi fi Syarh al-Waqifi fi al-Fiqh al-Hanafi, Kanz ad-Daqaiq fi Fiqh al-Hanafiy, Kasyf al-Asrar.[3] Sebagian besar karyanya telah dicetak hingga ia dikenal sebagai ahli tafsir, faqih, pakar dalam bidang teologi dan ushul fiqh.
                        Imam An-Nasafiy tidak begitu beda dengan ulama kebanyakan, sosok yang zuhud, saleh dan taqwa, di samping itu aktif dalam kegiatan ilmiah, pengkajian dan penelitian, ia merupakan pakar kenamaan di masanya dan masa sesudahnya.
Beliau wafat pada tahun 710 H/1310M. di kota ‘Aidzaj yang terletak di antara Khuzistan dan Asfahan.[4]

C. Tafsir Madarik at-Tanzil wa Haqa’iq at-Takwil
1.      Latar Belakang Penulisan Tafsir
                        Tafsir an-Nasafiy ini merupakan tafsir ilmiy independen, tidak panjang bertele-tele juga tidak pendek yang sempit. An-Nasafiy banyak mengambil pelajaran dari Tafsir al-Baidhawiy  dalam hal kedalaman makna dan pemahaman,  dan dari Tafsir al-Kasysyaf dalam hal bahasa dan perbedaan pendapat.
                        Beliau menjelaskan alasan di balik penulisan kitab tafsir ini dalam sebuah ungkapan: “Adalah seorang yang pintanya sangat sulit bagiku untuk tidak memperkenankannya menulis sebuah buku yang netral tentang penakwilan. Di samping menghimpun bentuk-bentuk i’rab, qiraat, badi’ dan penunjukan-penunjukan yang tersirat. Sarat dengan pendapat ahlu sunnah dan tidak dimuati kekeliruan ahli bid’ah dan kesesatan, yang tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek….sampai akhirnya aku memenuhinya dalam waktu yang singkat.[5]

2.      Format Tafsir
a.      Sistematika Tafsir
      Tafsir an-Nasafi ini tidak berbeda dengan tafsir-tafsir yang lain dalam susunan uraian tafsirnya. An-Nasafiy mengawali tafsirnya dengan mengemukakan ayat atau beberapa ayat yang akan ditafsirkan, kemudian menguraikan makna ayat tersebut dari aspek bahasa dan beberapa pendapat yang yang terkait, baik dari hadis maupun pendapat ulama lain.[6]

b.      Metode Tafsir
            Melihat sistematika tafsirnya, maka an-Nasafiy di dalam menyususn tafsirnya tergolong menggunakan metode ijmaliy yaitu menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan urutan mushaf al-Qur’an yang dijelaskan dalam penjelasan secara global. Tafsir ini merupakan ringkasan dari al-Kassyaf dan Al-Baidhawiy beliau meringkasnya dari segi kebahasaan dan pendapat-pendapat yang terkait dengan uraian yang sederhana tidak panjang lebar sebagaimana tafsir tahliliy.

c.       Corak Tafsir
                        Tafsir ini dipandang sebagai ringkasan dari tafsir al-Kasysyaf dan tafsir al-Baidhawiy, satu di antara sekian tafsir yang dikategorikan sebagai tafsir ilmiah yang cermat, tidak berbelit hingga membosankan dan tidak terlalu ringkas hingga memiliki banyak kekurangan.
            Kebanyakan dari penjelasan beliau menggunakan ra’yu atau yang biasa dikenal dengan tafsir bil ra’yi. Dan sebagian kecil menyebutkan menjelaskan dengan menggunakan hadis Nabi Saw. Meskipun dalam penjelasan beliau terdapat penafsiran ayat secara ma’tsur, tetapi itu hanya sedikit. [7]

3.      Komentar Terhadap Tafsir
                        Di dalam tafsirnya, an-Nasafiy memiliki sedikit penjelasan terhadap banyak pendapat yang berkenaan ayat-ayat yang menjadi hujjah beragam aliran. Beliau hanya menyebutkan dan terkesan enggan menjelaskan, ia seakan berasumsi dengan popularitas pendapat-pendapat tersebut di banyak kalangan dan kelanggengannya.
                        Meskipun beliau sangat berhati-hati terkait dengan cerita israiliyat, namun di dalam tafsirnya masih didapati kisah israiliyyat.[8]


                [1]Tafsir ini telah diterbitkan dengan beberapa versi antara lain: Beirut: Maktabah al-Ghazali, 5 jilid; Kairo: Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah, 4 Juz 2 jilid; Kairo: Matba’ah al-Istiqamah, 4 jilid, 1374H. Lihat Muhammad ‘Ali Iyaziy, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum (Teheran: Muassasah at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wazarah ats-Tasaqafah wa al-Irsyad al-Islamiy, 1373), hlm. 634.
                [2]Iyazi, Al-Mufassirun…, hlm. 635
                [3]Iyazi, al-Mufassirun…, hlm. 635.
[4]Mani’ Abdul Halim Mahmud, Manahij al-Mufassirin (Kairo: Dar al-Kitab al-Mishri, 1978) hlm. 215.
                [5] Mahmud, Manahij… hlm. 217.
                [6]Lihat lampiran Abdullah bin Ahmad bin Mahmud an-Nasafi, Madarik at-Tanzil wa Haqa’iq at-Ta’wil (Beirut: Dar al-Fikr, 1995). 
                [7]Iyazi, al-Mufassirun…,  hlm. 635
                [8] Mahmud, Manahij… hlm. 218-220.

No comments:

Post a Comment