MADARIK AT-TANZIL WA HAQA’IQ AT-TA’WIL
KARYA AN-NASAFI
A. Pengenalan
Kitab
2.
Nama Penulis:
Abu Barakah,
Abdullah bin Ahmad bin Mahmud an-Nasafi. Lebih dikenal dengan nama An-Nasafi.
3.
Penerbit: Dar al-Fikr
4.
Kota Penerbit: Beirut,
Lebanon
5.
Tahun Terbit: Tahun 1995M.
6.
Jumlah Juz/Jilid: 4 Juz/2Jilid
No
|
Juz/Jilid
|
Surat
|
Hlm
|
1
|
I
|
Al-Fatihah- al-Isra’
|
331
|
2
|
II
|
Al-Kahfi – an-Nas
|
338
|
B. Biografi Penulis
Nama
lengkap an-Nasafi adalah Hafidz ad-Din Abu al-Barakat, ‘Abdullah bin Ahmad bin
Mahmud an-Nasfiy, al-Hanafiy al-Asy’ariy. Beliau lahir di Nasaf, kota Sind yang
terletak di antara Jihun dan Samarqand. Beliau adalah ahli tafsir kenamaan yang
merupakan salah satu di antara sekian ulama dari kalangan Hanafiah, di mana
mereka membidangi fiqih, ushul fiqih, akidah dan tafsir.[2]
Beliau
hidup di kalangan ulama ahli fiqih, ushul fiqih, akidah dan tafsir, sehingga
beliau mempunyai peluang dalam membentuk dan memcari potensi yang ia miliki,
oleh karena itulah beliau berhasil merangkum pelbagai metodologi riset yang
ada. Dengan menggunakan rasionalitas ulama kalam, dialektika ahli ushul dan
konklusi sarjana fiqh. Bedanya, Nasafiy mempunyai karakter metodologi yang
independen dalam karya-karyanya.
Dan di samping itu juga ada beberapa informasi
yang didapatkan oleh gur-gurunya seperti ; Syams Al-‘Aimmah Al-Kurdi, Ahmad
bin Muhammad Al-‘itabi, dll. Karena keuletannya, beliau sudah mencetak
beberapa buku di antaranya : “Umdah Al-Aqaid fi al-al-Kalam, Manar Al-Anwar fi
Ushul al-Fiqh, Al-Kafi fi Syarh al-Waqifi fi al-Fiqh al-Hanafi, Kanz ad-Daqaiq fi
Fiqh al-Hanafiy, Kasyf al-Asrar.[3]
Sebagian besar karyanya telah dicetak hingga ia dikenal sebagai ahli tafsir,
faqih, pakar dalam bidang teologi dan ushul fiqh.
Imam
An-Nasafiy tidak begitu beda dengan ulama kebanyakan, sosok yang zuhud, saleh
dan taqwa, di samping itu aktif dalam kegiatan ilmiah, pengkajian dan
penelitian, ia merupakan pakar kenamaan di masanya dan masa sesudahnya.
Beliau wafat pada tahun 710 H/1310M. di kota ‘Aidzaj yang terletak
di antara Khuzistan dan Asfahan.[4]
C. Tafsir Madarik at-Tanzil wa Haqa’iq at-Takwil
1.
Latar Belakang
Penulisan Tafsir
Tafsir
an-Nasafiy ini merupakan tafsir ilmiy independen, tidak panjang bertele-tele
juga tidak pendek yang sempit. An-Nasafiy banyak mengambil pelajaran dari
Tafsir al-Baidhawiy dalam hal kedalaman
makna dan pemahaman, dan dari Tafsir al-Kasysyaf
dalam hal bahasa dan perbedaan pendapat.
Beliau
menjelaskan alasan di balik penulisan kitab tafsir
ini dalam sebuah ungkapan: “Adalah seorang yang pintanya sangat sulit bagiku
untuk tidak memperkenankannya menulis sebuah buku yang netral tentang
penakwilan. Di samping menghimpun bentuk-bentuk i’rab, qiraat, badi’ dan
penunjukan-penunjukan yang tersirat. Sarat dengan pendapat ahlu sunnah dan
tidak dimuati kekeliruan ahli bid’ah dan kesesatan, yang tidak terlalu panjang
dan tidak terlalu pendek….sampai akhirnya aku memenuhinya dalam waktu yang
singkat.[5]
2.
Format Tafsir
a.
Sistematika
Tafsir
Tafsir
an-Nasafi ini tidak berbeda dengan tafsir-tafsir yang lain dalam susunan uraian
tafsirnya. An-Nasafiy mengawali tafsirnya dengan mengemukakan ayat atau
beberapa ayat yang akan ditafsirkan, kemudian menguraikan makna ayat tersebut
dari aspek bahasa dan beberapa pendapat yang yang terkait, baik dari hadis
maupun pendapat ulama lain.[6]
b.
Metode Tafsir
Melihat sistematika tafsirnya, maka
an-Nasafiy di dalam menyususn tafsirnya tergolong menggunakan metode ijmaliy
yaitu menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan urutan mushaf al-Qur’an yang
dijelaskan dalam penjelasan secara global. Tafsir ini
merupakan ringkasan dari al-Kassyaf dan Al-Baidhawiy beliau meringkasnya dari
segi kebahasaan dan pendapat-pendapat yang terkait dengan uraian yang sederhana
tidak panjang lebar sebagaimana tafsir tahliliy.
c.
Corak Tafsir
Tafsir ini dipandang
sebagai ringkasan dari tafsir al-Kasysyaf dan tafsir al-Baidhawiy, satu di
antara sekian tafsir yang dikategorikan sebagai tafsir ilmiah yang cermat,
tidak berbelit hingga membosankan dan tidak terlalu ringkas hingga memiliki
banyak kekurangan.
Kebanyakan
dari penjelasan beliau menggunakan ra’yu atau yang biasa dikenal
dengan tafsir bil ra’yi. Dan sebagian kecil menyebutkan menjelaskan dengan
menggunakan hadis Nabi Saw. Meskipun dalam
penjelasan beliau terdapat penafsiran ayat secara ma’tsur,
tetapi itu hanya sedikit. [7]
3. Komentar
Terhadap Tafsir
Di
dalam tafsirnya, an-Nasafiy memiliki sedikit penjelasan terhadap banyak
pendapat yang berkenaan ayat-ayat yang menjadi hujjah beragam aliran.
Beliau hanya menyebutkan dan terkesan enggan menjelaskan, ia seakan berasumsi
dengan popularitas pendapat-pendapat tersebut di banyak kalangan dan
kelanggengannya.
Meskipun
beliau sangat berhati-hati terkait dengan cerita israiliyat, namun di dalam
tafsirnya masih didapati kisah israiliyyat.[8]
[1]Tafsir
ini telah diterbitkan dengan beberapa versi antara lain: Beirut: Maktabah
al-Ghazali, 5 jilid; Kairo: Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah, 4 Juz 2 jilid;
Kairo: Matba’ah al-Istiqamah, 4 jilid, 1374H. Lihat Muhammad ‘Ali Iyaziy, al-Mufassirun
Hayatuhum wa Manhajuhum (Teheran: Muassasah at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wazarah
ats-Tasaqafah wa al-Irsyad al-Islamiy, 1373), hlm. 634.
[4]Mani’ Abdul
Halim Mahmud, Manahij al-Mufassirin (Kairo: Dar al-Kitab al-Mishri, 1978)
hlm. 215.
No comments:
Post a Comment