Friday, May 13, 2016

Makalah Tafsir science Ayat tentang Matahari



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Al-qur’an datang dengan membawa dimensi-dimensi baru dalam studi tentang agama, serta mengajak manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah yang Mahapencipta. Melalui perhatian yang mendalam terhadap ayat-ayat kauniyah manusia akan merasakan kekuatan hakiki alam semesta yang terkandung dalam al-Qur’an. Manusia dapa melakukan penelitian dan observasi terhadap fenomena alam semesta kemudian dilanjutkan melakukan refleksi yang mendalam mengenai rahasia dan keajaibanNya.
Alqur’an telah memberikan motivasi bagi pengembangan pengetahuan umat Islam. Kemudian seandainya nanti ditemukan kecocokan kandungan ayat al-Qur’an dengan hasil observasi yang dilakukan oleh scientis, maka hal itu harus dipahami sebagai kemukjizatan al-Qur’an (i’jaz ‘ilmy). Termasuk ayat kauniyah yang berbicara mengenai matahari.
Seperti yang telah diketahui, matahari mempunyai peran sangat penting dalam sistem tata surya. Selain sebagai pusat peredaran benda-benda langit, ia berfungsi sebagai kontrol stabilitas peredaran Bumi yang berarti juga mengontrol terjadinya siang dan malam, tahun serta mengontrol planet lainnya. Banyak manfaat yang telah diambil Bumi untuk keberlangsungan makhluk hidup di dalamnya.

B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami himpun dalam makalah ini adalah : Bagaimana ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang matahari?










BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian Matahari
Matahari merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup yang ada dibumi, baik berupa manusia hewan, maupun tumbuh tumbuhan. Panas matahari yang dipancarkan ke segala arah penjuru bumi baik langsung maupun tidak langsung maupun tidak langsung merupakan penyebab semua kehidupan di atas bumi.
Matahari sebagai benda angkasa yang mempunyai garis tengah 1.391.000 km merupakan bola api yang terus menerus berpijar dengan suhu 60000 C, bahkan di bagian dalamnya mencapai 5.000.0000  C ini disebabkan oleh adanya peluruhan zat kimia yang dikandungnya. Matahari merupakan pusat tata surya, dimana semua benda angkasa berputar mengelilinginya. Perputaran itu terjadi karena adanya daya tarik antara benda benda angkasa tersebut satu sama lain. Adanya daya tarik antara dua benda tersebut tidak mengakibatkan terjadinya benturan satu sama lain, bahkan sebaliknya mengakibatkan terjadinya keseimbangan di antara benda benda tersebut.[1]
Terdapat lidah api yang menjulur dari permukaan matahari. Api itu menjulur sampai pada ketinggian 500 ribu kilometer dan terus menerus memuntahkan energy 168.400 tenaga kuda permeter persegi. Dari energy sebesar itu, hanya satu per dua juta saja yang sampai ke bumi. Matahari hanya sebuah bintang kecil. Ia tak termasuk kategori bintang besar.[2]
2.    Term matahari
وَالضُّحَىٰ
Demi waktu matahari sepenggalahan naik.(Q.S Ad Dhuha : 1)
وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا                  
Demi matahari dan cahayanya di pagi hari (Q.S As syams : 1)
أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ
Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? (Q.S Al A’raf: 98)
Ayat ini dijelaskan oleh M. Quraish Shihab dalam bukunya Al Lubab, bahwa yang dimaksud Cahaya yang naik sepenggalah, adalah yang cahayanya ketika itu memancar menerangi seluruh penjuru tetapi dalam saat yang sama ia tidak terlalu terik, sehingga tidak mengakibatkan gangguan sedikitpun, bahkan panasnya memberikan kesegaran, kenyamanan, dan kesehatan.[3]
وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا
dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari). (Q.S An Naba : 13)
Ketika membicarakan matahari, Al Qur’an mendiskripsikannya sebagai “siraj” (pelita). Sesuatu tidak dikatakan pelita kecuali ia memiliki panas dan bisa menyinari. Dua sifat ini sesuai dengan matahari yang bisa memancarkan panas dan cahaya ke bumi.[4]
3.    Orbit matahari
Mengenai rotasi matahari, para ahli sepakat bahwa matahari berputar pada sumbunya atau porosnya. Ini disebabkan oleh karena besar massa yang dikandung di dalam matahari. Meskipun peristiwa yang kita lihat sehari hari seperti matahari mengelilingi bumi, tetapi pada prinsipnya bumilah yang berputar mengelilingi matahari dan bumi juga berputar pada sumbunya.
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Q.S Yasin: 38)
Informasi yang diberikan oleh ayat ini sesuai dengan teori ilmu pengetahuan modern yang menyatakan bahwa matahari itu berputar pada sumbunya sendiri. Rotasi matahari itu disebabkan adanya gaya gravitasi yang disebut gaya centrifugal. Sehingga ia tidak jatuh ke pusat galaksi kabut susu yang mempunyai gaya centripetal. Gaya gravitasi matahari itu juga berfungsi menahan Sembilan planet yang menjadi anggotanya. Sehingga mereka berevolusi mengelilingi matahari tersebut.[5]
Sedangkan rotasi bumi pada porosnya menyebabkan pergantian malam dan siang. Kalau saja tidak ada rotasi tersebut, tidak aka nada malam ataupun siang. Pada separuh bagian bumi yang menghadap matahari terdapat cahaya siang, sementara pada separuh yang lain terdapat malam dan kegelapan.[6]
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (Q.S Ibrahim : 33)
Kemudian ada pula fenomena yang terjadi setiap hari yang sudah dikenal sejak diciptakannya matahari dan bumi adalah fenomena terbit dan tenggelam:
رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ
Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya (Q.S Ar rahman :17)
Adapun dua tempat terbit dan dua tempat terbenamnya ditafsirkan oleh sebagian mufassir sebagai tempat terbit dan terbenam matahari pada musim dingin dan panas. Bumi, sebagaimana kita tahu menyelesaikan satu siklus revolusinya terhadap matahari selama 364,25 hari. Dari situlah terjadi perbedaan tempat dan waktu terbit dan terbenam matahari dalam siklus tahunan.
Pada masa sahabat, mereka hanya tahu bahwa matahari terbit dari sisi sebuah bukit dan terbenam dari sisi lain. Namun sains modern kemudian membuktikan bahwa setiap negeri memiliki tempat terbit dan terbenamnya sendiri sendiri. Matahari misalnya, didaerah kita terbit dari sisi bukit. Lalu, setelah beberapa menit, matahari terbit dari negeri yang lain. Begitulah seterusnya. Begitu pula yang terjadi dengan fenomena terbenam.
Semua ini menunjukkan bahwa matahari mempunyai tempat tempat terbit dan terbenam. Hal inilah yang menjadikan azan shalat di kumandangkan terus menerus di bumi sepanjang siang dan malam selama 24 jam. Azan berpindah dari satu negeri ke negeri lainnya karena bumi berputar pada porosnya selama 24 jam sekali.[7]
Matahari yang senantiasa menjaga keseimbangan secara sempurna antara daya gravitasi yang menarik unsur unsur penyusunannya ke pusat dan daya dorong ke luar yang menghasilkan lidah api sebagai akibat dari meningkatnya suhu panas di pusat matahari.
Matahari senantiasa menjaga eksistensinya sebagai gas pijar yang bisa menyala dengan sendirinya. Jika saja terjadi suatu perubahan sedikit saja pada ukuran matahari, niscaya matahari sudah meledak. Hal ini semakin menegaskan adanya keseimbangan yang sangat sempurna yang diciptakan oleh Allah untuk matahari.
Matahari juga beredar dengan kecepatan terntentu untuk jangka waktu tertentu. Dan ia akan berhenti beredar pada suatu tempat tertentu dan pada waktu tertentu pula. Hal ini sebagaimana di jelaskan oleh firmanNya:
للَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu. (Q.S Ar Ra’d : 2)
Jika kekuatan di dalam inti matahari melemah, kulit permukaan matahari, kulit permukaan matahari tidak akan mampu menyandarkan dirinya pada apapun. Tubuh matahari akan berantakan dalam suatu proses yang dinamakan pengerutan (takwir):
إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ
Apabila matahari digulung
Hal itu disebabkan oleh tarik menarik gravitasi di antara bagian bagian dari matahari itu sendiri, suatu hal yang menyebabkan matahari menyusut dan mengerut dengan sangat cepat dan tiba tiba. Maka meleburlah materi materi dalam matahari, bagian bagiannya saling memasuki, dan atom atom di dalam matahari berdempetan satu sama lainya.[8]
Matahari dan bulan beredar sampai akhir masanya, yang ditandai dengan hari kiamat. Ketentuan batas waktu tersebut merupakan suatu bentuk penguasan Allah terhadap keduanya.[9]
فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ{7} وَخَسَفَ الْقَمَرُ{8} وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ {9} يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ{10} كَلَّا لَا وَزَرَ{11} إِلَىٰ رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ{12}
)7)Maka apabila mata terbelalak (ketakutan),)8(dan apabila bulan telah hilang cahayanya,)9(dan matahari dan bulan dikumpulkan,)10(pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?)11(sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! (12)Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.  )Q.S Al Qiyamah : 7-12)
4.    Larangan Menyembah Matahari
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah. (Q.S Fushilat 37)
Allah swt. Berfirman mengingatkan hamba-hambanya atas kekuasaan besarnya dengan menunjuk kepada penciptaan malam dan siang, malam dengan gelapnya dan siang dengan terangnya yang datang silih berganti tiada jemu-jemunya, penciptaan matahari dan bulan yang beredar dalam orbitnya secara teratur dan oleh Allah manusia diingatkan bahwa kedua benda itu adalah juga makhluk Allah yang tidak patut disembah. Dan jika hamba-hambanya dimuka bumi yang enggan sujud kepada-Nya, maka para malaikat yang berada disisi-Nya siang dan malam bertasbih dan bertahmid serta bersujud kepada-Nya tiada jemu-jemunya.[10]
Kemudian Allah juga berfirman dalam surat Fatir ayat 13:
يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.
5. Manfaat matahari
1). Untuk perhitungan
فَالِقُ الْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Q.S Al An’am : 96)
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Q.S Yunus : 5)
2). Matahari itu saling bertarikan dengan bumi kita diami, hal itu menyebabkan planet ini senantiasa mengorbit keliling bola api itu. Selanjutnya orbit itu menjamin ketentraman wujud bumi hingga tidak melayang jauh mengembara di angkasa luas.[11] Seandainya tidak ada tarikan matahari terhadap bumi, tentu bumi sudah keluar dari orbitnya yang melingkari matahari dan ia terdorong menuju angkasa raya yang tidak karuan gelap, dan beku.[12]
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ ۖ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ ۖ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۗ أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S Az zumar : 5)
3). Matahari senantiasa mengirim panas ke permukaan bumi hingga dengan itu berlangsung kehidupan yang berkelanjutan. Dengan rotasi, bumi menghadapkan pemukaannya bergiliran terhadap matahari maka dengan itu terjadilah pergantian malam dan siang, dan dengan itu juga terdapatlah gerak udara dan awan yang membawa hujan.[13]
Mana yang menghadap matahari menjadi terang (siang) dan mana yang membelakang matahari menjadi gelap gulita (malam). Karena peredaran bumi keliling matahari, terjadilah musim dingin dan musim panas, kecuali di daerah khatulistiwa. Terjadinya musim dingin karena malam lebih lama dari siang dan begitu sebaliknya. Semua itu berjalan dengan tetap dan serba teratur, menjadi bukti bahwa Allah pencipta alam ini Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.[14]
إِنَّ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ
Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S Yunus : 6)















BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Matahari yang merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup yang ada dibumi, baik berupa manusia hewan, maupun tumbuh tumbuhan. Panas matahari yang dipancarkan ke segala arah penjuru bumi baik langsung maupun tidak langsung maupun tidak langsung merupakan penyebab semua kehidupan di atas bumi.
Ketika membicarakan matahari, Al Qur’an mendiskripsikannya sebagai “siraj” (pelita). Sesuatu tidak dikatakan pelita kecuali ia me miliki panas dan bisa menyinari. Dua sifat ini sesuai dengan matahari yang bisa memancarkan panas dan cahaya ke bumi.
Adanya matahari bumi yang kita diami menjadi lebih indah karena cahayanya. Hidup menjadi lebih seimbang dengan adanya perhitungan jam, hari, minggu, bulan, dan tahun. Bukan hanya untuk manusia, namun manfaat matahari juga di rasakan oleh tumbuhan dan hewan.
Matahari yang mempunyai begitu banyak manfaat dan diciptakan dengan sangat detail dan sempurna membuat sebagian orang terlena dan memuja matahari. Sedangkan mereka tak sadar bahwa matahari sendiri di ciptakan oleh Sang Maha Sempurna Allah SWT yang juga menciptakan manusia. Matahari adalah contoh kecil dari salah satu tanda Keagungan dan KebesaranNya. Sesungguhnya Maha Besar Allah dengan segala penciptaanNya.
B.  PENUTUP
Demikianlah makalah ini yang dapat penulis hadirkan. Semoga makalah ini dapat bermanfa’at dan menambah pengetahuan penulis khususnya, dan bagi para pembaca umumnya.
Kami menyadari ketidak sempurnaan dan banyaknya kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat di harapkan untuk perbaikan makalah ini.







DAFTAR ISI
Hs., Fachruddin, Ensiklopedia Al Qur’an Jilid 2, Jakarta: Pt Rineka Cipta.
Ichwan, Mohammad Nor, Tafsir ‘Ilmiy Memahami Al Qur’an Melalui Pendekatan Sains Modern, Jogjakarta: Menara Kudus Jogja, 2004.
Katsir, Ibnu, Tafsir Ibnu Katsir, Terj. H. Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy, Surabaya: Bina Ilmu, 1992.
Quraish, Shihab, M., Al Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran Dari Surah Surah Al Qur’an, Tangerang : Lentera Hati, 2012.
Syamsu, Nazwar, Al Qur’an Dasar Tanya Jawab Ilmiah, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1980.
Tharayyarah, Nadiah,  Buku Pintar Sains Dalam Al Qur’an : Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, Terj. M. Zaenal Arifin Dkk, Jakarta : Zaman, 2013.


[1] Mohammad Nor Ichwan, Tafsir ‘Ilmiy Memahami Al Qur’an Melalui Pendekatan Sains Modern, (Jogjakarta: Menara Kudus Jogja,2004), Hal 211
[2] Nadiah Tharayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al Qur’an : Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, terj. M. Zaenal Arifin Dkk, (Jakarta : Zaman, 2013), Hal 408
[3] M. Quraish Shihab, AL LUBAB Makna, Tujuan, Dan Pelajaran Dari Surah Surah Al Qur’an, (Tangerang : Lentera Hati, 2012), Hal 666
[4] Nadiah Tharayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al Qur’an : Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, terj. M. Zaenal Arifin Dkk, (Jakarta : Zaman, 2013), Hal 410
[5] Mohammad Nor Ichwan, Tafsir ‘Ilmiy Memahami Al Qur’an Melalui Pendekatan Sains Modern, (Jogjakarta: Menara Kudus Jogja,2004), Hal 211
[6] Nadiah Tharayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al Qur’an : Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, terj. M. Zaenal Arifin Dkk, (Jakarta : Zaman, 2013), Hal 424
[7] Nadiah Tharayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al Qur’an : Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, terj. M. Zaenal Arifin Dkk, (Jakarta : Zaman, 2013), Hal 423
[8] Nadiah Tharayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al Qur’an : Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, terj. M. Zaenal Arifin Dkk, (Jakarta : Zaman, 2013), Hal 149
[9] Nadiah Tharayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al Qur’an : Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, terj. M. Zaenal Arifin Dkk, (Jakarta : Zaman, 2013), Hal 417
[10] Ibnu katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Terj. H. Salim Bahreisy Dan H. Said Bahreisy, (Surabaya: Bina Ilmu, 1992), Hal 163
[11] Nazwar Syamsu,AL QUR’AN DASAR TANYA JAWAB ILMIAH,( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1980), Hal 39
[12] Nadiah Tharayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al Qur’an : Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, terj. M. Zaenal Arifin Dkk, (Jakarta : Zaman, 2013), Hal 415
[13] Nazwar Syamsu,AL QUR’AN DASAR TANYA JAWAB ILMIAH, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1980), Hal 39
[14] Fachruddin Hs., Ensiklopedia Al Qur’an Jilid 2, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), Hal 60

No comments:

Post a Comment