DILTHEY : Hermeneutik sebagai Geisteswissenschaften
Setelah Schleiermacher meninggal
tahun 1834, pengembangan hermeneutika umum berkurang. Tetapi pemikiran tersebut
mundur kedalam lingkaran batas-batas satu disiplin partikuler dan menjadi
penafsiran historis, filologis, atau hukum ketimbang hermeneutika umum sebagai
seni pemahamam. Mendekati abad ke-19 M, filsuf berbakat dan seorang sejarahan
sastra Wilhelm Dilthey (1822-1911 M), melihat hermeneutika sebagai pundasi Geisteswissenschaften-
yaitu semua ilmu sosial dan kemanusiaan, semua disiplin yang menafsirkan
ekspresi-ekspresi “kehidupan batin manusia” baik dalam bentuk ekspresi isyarat
(sikap), prilaku historis, kodifikasi hukum, karya seni atau sastra.
Tujuan Dilthey mengenai
hermeneumatika adalah mengembangkan metode memperoleh interpretasi
“obyektifitas yang valid” dari “ekspresi kehidupan-batin”. Ia bereaksi keras
terhadap kecenderungan study manusia yang secara picik mengadopsi norma-norma
dan cara berpikir dari ilmu alam dan menggunakan untuk studi manusia.
Agar dapat memahami hermeneunika
Dilthey, pertama kali kita harus mengklarifikasi konteks problem dan tujuan
utamanya yang terus ia upayakan untuk menemukan suatu basis metodelogi bagi Geisteswissenschaften.
Ini mencakup pemahaman berhubungan dengan :
1.
Pandangan Dilthey terhadap sejarah.
2.
Orientasi filsafat hidupnya.
Merumuskan metodelogi yang tepat bagi
sains yang terfokus pada pemahaman ekspresi manusia sosial dan humanis. Pertama
kali di lihat Dilthey adalah adanya kebutuhan untuk beralih dari persepektif
reduksionis dan mekanistis ilmu-ilmu alam, adanya keinginan untuk menemukan
suatu pendekatan yang memadai terhadap keutuhan fenomena. Ini berarti untuk
menemukan basis bagi suatu metodelogi
tertentu di lihat sebagai :
1.
Sebuah problem epistimologi.
2.
Persoalan mendalami konsepsi kita terhadap kesadaran
sejarah, dan
3.
Kebutuhan untuk memahami ekspresi dari luar “kehidupan
itu sendiri”.
Bagi Dilthey, segala bentuk basis
metafisis yang di gunakan untuk menggambarkan apa yang terjadi ketika kita memahami
sebuah fenomena kemanusiaan di tolak sejak permulaan, karena ia hampir tidak
dapat menghasilkan hal-hal yang secara universal di pandang sebagai
kebenaran. Lebih dari itu problem
sebenarnya adalah menentukan jenis pengetahuan apa dan jenis pemahaman apa yang
secara khusus tepat untuk memahami manusia.
Obyek ilmu-ilmu kemanusiaan tidak
seharusnya memahami kehidupan dalam terminologi katagori ekstrinsik tetapi
harus dari katagori-katagori intrintik yang di dapat dalam kehidupan itu
sendiri. Dilthey memberi catatan secara tegas bahwa “di dalam tabir ‘subyek
pengetahuan’ yang di konstruks oleh locke, hume, dan khant, tidak mengalirkan
darah yang sebenarnya.”
Kehidupan bagi Dilthey; tidak lah
berarti kembali kembali kepada landasan atau sumber mistis keseluruhan hidup
baik manusia atau non manusia, atau beberapa bentuk energi fisik fondasional.
Lebih dari itu kehidupan di lihat dalam terminologi “makna”; kehidupan adalah
“pengalaman manusia yang di kenal dari dalam”. Kita lihat sentimen anti
metafisis dalam penolakan Dilthey untuk memperlakukan dunia fenomenal sebagai
hal semata-mata tampak : “Di balik kehidupan, pemikiran, tidak akan jalan”.
Formula Hermeneutika Dilthey :
“Ilmu termasuk kajian manusia, “ ujar
di Dilthey, “hanya obyeknya dapat kita akses melalui suatu prosedur yang di
dasarkan atas hubungan sistematis antara hidup, ekspresi dan pemahaman.”
A.
Penglaman
Terdapat dua kata dalam bahasa jerman
yang menunjukkan pada arti kata “pengalaman”: Erfahrung dan Erlebnis.
Dilthey menggunakan kata yang lebih spesifik dan terbatas yakni Erlebnis, yang
di turunkan dari kata kerja Erleben (mengalami khususnya dalam
urusan-urusan individual). Dengan demikian, pengalaman dalam bahasa Jerman sama
dengan kata kerja” hidup”, suatu bentuk empati yang mensugestikan peristiwa
hidup langsung yang di dapati dalam keseharian. Erlebnis sebagai kata
benda tunggal sebenarnya tidak ada dalam bahasa Jerman sebelumpenggunaan yang
di lakukan Dilthey dalam makna yang spesifik, meskipun bentuk jamaknya Erlebnisse
sudah muncul dalam pemikiran Goethe yang di yakini di derivasi Dilthey.
Pengalaman hidup di maknai oleh
Dilthey : apa yang terdapat dalam arus waktu satu kesatuan pada masa sekarang
karena makna kesatuannya itu merupakan entitas paling kecil yang dapat kita
tunjk sebagai sebuah pengalaman. Lebih jauh, seorang dapat menyebut setiap
kesatuan menyeluruh dari bagian-bagian hidup terikat secara bersama melalui
makna umum bagi keseluruhan hidup sebagai suatu pengalaman bahkan terpisah
antara satu dengan yang lain oleh adanya gangguan berbagai peristiwa.
B.
Ekspresi
Dalam formula pengalaman-ekpresi-pemahaman
“Ausdruck” dapat diterjemahkan dengan “ekspresi”. Penggunaan kata ini tidak
harus secara otomatis mengososiasikan Dilthey dengan teori ekspresi seni,
karena teori tersebut di bentuk dalam kata subyek-obyek. Sebagai contoh kita
mengkaitkan kata “ekspresi” hampir secara otomatis dengan perasaan; kita “mengekspresikan”
perasaan kita dan sebuah teori ekspresi seni secara umum melihat karya sebagai
representasi simbolik perasaan. Ketika Dilthey menggunakan kata Ausdruck, ia
tidak secara prinsip mangacu baik limpahan emosi atau perasaan, namun mengacu
suatu pada sesuatu lebih jauh meliputi
kedua hal tersebut. Bagi Dilthey, sebuah ekspresi terutama bukanlah merupakan
pembentukan perasaan seseorang namun lebih sebuah “ekspresi hidup”; sebuah
“ekspresi” mangacu pada ide, hukum, bentuk sosial, bahasa, dan segala sesuatu
yang merefleksikan produk kehidupan dalam kehidupan manusia. Ia bukanlah sebuah
simbol perasaan.
C.
Pemahaman
Pemahaman seprti halnya dua kata
kunci sebelumnya dalam dalam formula pengalaman-ekspresi-pemahaman Dilthey
menggunakan makna khusus. Dengan demikian, pemahaman tidak mengacu kepada
pemahaman konsepsi rasional seperti problem matematika. “Pemahaman” di
persiapkan untuk menunjuk aktifitas operasional dimana pemikiran memperoleh
“pemikiran” orang lain. Dalam pertanyaa singkat dan terkenal dari Dilthey
tentang pemikiran ini : “kita menjelaskan hakikat; orang yang kita pahami”.
Dengan begitu pemahaman merupakan proses jiwa di mana kita memperluas
pengalaman hidup manusia. Ia merupakan tindakan yang membentuk hubungan terbaik
kita dengan hidup itu sendiri. Seperti halnya pengalaman hidup (Erlebnis),
pemahaman memiliki manfaatnya yang membebaskan dari teorisasi rasional.
Pemahaman membuka dunia individu
orang kepada kita dan dengan begitu juga membuka kemungkinan-kemungkinan di
dalam hakikat itu sendiri. Pemahaman tidak semata tindakan pemikiran namun
merupakan transposisi dan pengalaman dunia kembali sebagaiman yang di temui
orang di dalam pengalaman hidupnya. Ia bukan sebuah kesadaran, prilaku
komparasi reflektif namun merupakan pengoprasian pemikiran kosong yang mencapai
suatu transposisi pra-reflektif dari seorang kepada orang lain.
Signifikansi Pemikiran Dilthey bagi hermeneutika (Kesimpulan)
Kontribusi Dilthey adalah memperluas
horizon hermeneutika dengan menempatkannya dalam konteks interpretasi di dalam
ilmu-ilmu kemanusiaan. Pemikirannya atas problem hermeneutis lebih banyak di
mulai dalam bayang-bayang psikologisme Shcleiermecher dan hanya secara perlahan
ia memahami interpretasi sebagai suatu yang fokus pada ekspresi pengalaman
hidup tanpa acuan kepada pengarangnya. Ini tujuan Dilthey yang paling mendasar.
Pertama, ia memfokuskan kepada problem interpretasi pada sebuah obyek yang
mempunyai status yang mapan, bertahan dan obyektif. Jadi ilmu-ilmu kemanusiaan dapat
menggambarkan posibilitas pengetahuan yang valid secara obyektif, karena
obyeknya sendiri secara relatif tidak berubah.
Kedua, secara jelas obyek menghajatkan
bentuk-bentuk pemahaman historis dari pada sains. Ia hanya dapat di pahami
melalui acuan dari hidup itu sendiri dalam keseluruhan historisitas dan
temporalitasnya. Penetrasi lebih dalam dari makna ekspresi hidup hanya dapat di
pahami melalui pemahaman historis.
No comments:
Post a Comment