Friday, May 13, 2016

Makalah Hermeneutik DILTHEY : Hermeneutik sebagai Geisteswissenschaften



DILTHEY : Hermeneutik sebagai Geisteswissenschaften
Setelah Schleiermacher meninggal tahun 1834, pengembangan hermeneutika umum berkurang. Tetapi pemikiran tersebut mundur kedalam lingkaran batas-batas satu disiplin partikuler dan menjadi penafsiran historis, filologis, atau hukum ketimbang hermeneutika umum sebagai seni pemahamam. Mendekati abad ke-19 M, filsuf berbakat dan seorang sejarahan sastra Wilhelm Dilthey (1822-1911 M), melihat hermeneutika sebagai pundasi Geisteswissenschaften- yaitu semua ilmu sosial dan kemanusiaan, semua disiplin yang menafsirkan ekspresi-ekspresi “kehidupan batin manusia” baik dalam bentuk ekspresi isyarat (sikap), prilaku historis, kodifikasi hukum, karya seni atau sastra.
Tujuan Dilthey mengenai hermeneumatika adalah mengembangkan metode memperoleh interpretasi “obyektifitas yang valid” dari “ekspresi kehidupan-batin”. Ia bereaksi keras terhadap kecenderungan study manusia yang secara picik mengadopsi norma-norma dan cara berpikir dari ilmu alam dan menggunakan untuk studi manusia.
Agar dapat memahami hermeneunika Dilthey, pertama kali kita harus mengklarifikasi konteks problem dan tujuan utamanya yang terus ia upayakan untuk menemukan suatu basis metodelogi bagi Geisteswissenschaften. Ini mencakup pemahaman berhubungan dengan :
1.      Pandangan Dilthey terhadap sejarah.
2.      Orientasi filsafat hidupnya.
Merumuskan metodelogi yang tepat bagi sains yang terfokus pada pemahaman ekspresi manusia sosial dan humanis. Pertama kali di lihat Dilthey adalah adanya kebutuhan untuk beralih dari persepektif reduksionis dan mekanistis ilmu-ilmu alam, adanya keinginan untuk menemukan suatu pendekatan yang memadai terhadap keutuhan fenomena. Ini berarti untuk menemukan basis bagi suatu metodelogi  tertentu di lihat sebagai :
1.      Sebuah problem epistimologi.
2.      Persoalan mendalami konsepsi kita terhadap kesadaran sejarah, dan
3.      Kebutuhan untuk memahami ekspresi dari luar “kehidupan itu sendiri”.
Bagi Dilthey, segala bentuk basis metafisis yang di gunakan untuk menggambarkan apa yang terjadi ketika kita memahami sebuah fenomena kemanusiaan di tolak sejak permulaan, karena ia hampir tidak dapat menghasilkan hal-hal yang secara universal di pandang sebagai kebenaran.  Lebih dari itu problem sebenarnya adalah menentukan jenis pengetahuan apa dan jenis pemahaman apa yang secara khusus tepat untuk memahami manusia.
Obyek ilmu-ilmu kemanusiaan tidak seharusnya memahami kehidupan dalam terminologi katagori ekstrinsik tetapi harus dari katagori-katagori intrintik yang di dapat dalam kehidupan itu sendiri. Dilthey memberi catatan secara tegas bahwa “di dalam tabir ‘subyek pengetahuan’ yang di konstruks oleh locke, hume, dan khant, tidak mengalirkan darah yang sebenarnya.”
Kehidupan bagi Dilthey; tidak lah berarti kembali kembali kepada landasan atau sumber mistis keseluruhan hidup baik manusia atau non manusia, atau beberapa bentuk energi fisik fondasional. Lebih dari itu kehidupan di lihat dalam terminologi “makna”; kehidupan adalah “pengalaman manusia yang di kenal dari dalam”. Kita lihat sentimen anti metafisis dalam penolakan Dilthey untuk memperlakukan dunia fenomenal sebagai hal semata-mata tampak : “Di balik kehidupan, pemikiran, tidak akan jalan”.
Formula Hermeneutika Dilthey :
“Ilmu termasuk kajian manusia, “ ujar di Dilthey, “hanya obyeknya dapat kita akses melalui suatu prosedur yang di dasarkan atas hubungan sistematis antara hidup, ekspresi dan pemahaman.”
A.     Penglaman
Terdapat dua kata dalam bahasa jerman yang menunjukkan pada arti kata “pengalaman”: Erfahrung dan Erlebnis. Dilthey menggunakan kata yang lebih spesifik dan terbatas yakni Erlebnis, yang di turunkan dari kata kerja Erleben (mengalami khususnya dalam urusan-urusan individual). Dengan demikian, pengalaman dalam bahasa Jerman sama dengan kata kerja” hidup”, suatu bentuk empati yang mensugestikan peristiwa hidup langsung yang di dapati dalam keseharian. Erlebnis sebagai kata benda tunggal sebenarnya tidak ada dalam bahasa Jerman sebelumpenggunaan yang di lakukan Dilthey dalam makna yang spesifik, meskipun bentuk jamaknya Erlebnisse sudah muncul dalam pemikiran Goethe yang di yakini di derivasi Dilthey.
Pengalaman hidup di maknai oleh Dilthey : apa yang terdapat dalam arus waktu satu kesatuan pada masa sekarang karena makna kesatuannya itu merupakan entitas paling kecil yang dapat kita tunjk sebagai sebuah pengalaman. Lebih jauh, seorang dapat menyebut setiap kesatuan menyeluruh dari bagian-bagian hidup terikat secara bersama melalui makna umum bagi keseluruhan hidup sebagai suatu pengalaman bahkan terpisah antara satu dengan yang lain oleh adanya gangguan berbagai peristiwa.
B.      Ekspresi
Dalam formula pengalaman-ekpresi-pemahaman “Ausdruck” dapat diterjemahkan dengan “ekspresi”. Penggunaan kata ini tidak harus secara otomatis mengososiasikan Dilthey dengan teori ekspresi seni, karena teori tersebut di bentuk dalam kata subyek-obyek. Sebagai contoh kita mengkaitkan kata “ekspresi” hampir secara otomatis dengan perasaan; kita “mengekspresikan” perasaan kita dan sebuah teori ekspresi seni secara umum melihat karya sebagai representasi simbolik perasaan. Ketika Dilthey menggunakan kata Ausdruck, ia tidak secara prinsip mangacu baik limpahan emosi atau perasaan, namun mengacu suatu pada sesuatu  lebih jauh meliputi kedua hal tersebut. Bagi Dilthey, sebuah ekspresi terutama bukanlah merupakan pembentukan perasaan seseorang namun lebih sebuah “ekspresi hidup”; sebuah “ekspresi” mangacu pada ide, hukum, bentuk sosial, bahasa, dan segala sesuatu yang merefleksikan produk kehidupan dalam kehidupan manusia. Ia bukanlah sebuah simbol perasaan.
C.      Pemahaman
Pemahaman seprti halnya dua kata kunci sebelumnya dalam dalam formula pengalaman-ekspresi-pemahaman Dilthey menggunakan makna khusus. Dengan demikian, pemahaman tidak mengacu kepada pemahaman konsepsi rasional seperti problem matematika. “Pemahaman” di persiapkan untuk menunjuk aktifitas operasional dimana pemikiran memperoleh “pemikiran” orang lain. Dalam pertanyaa singkat dan terkenal dari Dilthey tentang pemikiran ini : “kita menjelaskan hakikat; orang yang kita pahami”. Dengan begitu pemahaman merupakan proses jiwa di mana kita memperluas pengalaman hidup manusia. Ia merupakan tindakan yang membentuk hubungan terbaik kita dengan hidup itu sendiri. Seperti halnya pengalaman hidup (Erlebnis), pemahaman memiliki manfaatnya yang membebaskan dari teorisasi rasional.
Pemahaman membuka dunia individu orang kepada kita dan dengan begitu juga membuka kemungkinan-kemungkinan di dalam hakikat itu sendiri. Pemahaman tidak semata tindakan pemikiran namun merupakan transposisi dan pengalaman dunia kembali sebagaiman yang di temui orang di dalam pengalaman hidupnya. Ia bukan sebuah kesadaran, prilaku komparasi reflektif namun merupakan pengoprasian pemikiran kosong yang mencapai suatu transposisi pra-reflektif dari seorang kepada orang lain.
Signifikansi Pemikiran Dilthey bagi hermeneutika (Kesimpulan)
Kontribusi Dilthey adalah memperluas horizon hermeneutika dengan menempatkannya dalam konteks interpretasi di dalam ilmu-ilmu kemanusiaan. Pemikirannya atas problem hermeneutis lebih banyak di mulai dalam bayang-bayang psikologisme Shcleiermecher dan hanya secara perlahan ia memahami interpretasi sebagai suatu yang fokus pada ekspresi pengalaman hidup tanpa acuan kepada pengarangnya. Ini tujuan Dilthey yang paling mendasar.
Pertama, ia memfokuskan kepada problem interpretasi pada sebuah obyek yang mempunyai status yang mapan, bertahan dan obyektif. Jadi ilmu-ilmu kemanusiaan dapat menggambarkan posibilitas pengetahuan yang valid secara obyektif, karena obyeknya sendiri secara relatif tidak berubah.
Kedua, secara jelas obyek  menghajatkan bentuk-bentuk pemahaman historis dari pada sains. Ia hanya dapat di pahami melalui acuan dari hidup itu sendiri dalam keseluruhan historisitas dan temporalitasnya. Penetrasi lebih dalam dari makna ekspresi hidup hanya dapat di pahami melalui pemahaman historis.

No comments:

Post a Comment