B. AHKAM AL-
QUR’AN
KARYA
AL-JASHSHAS
A. Pengenalan
Kitab
1.
Nama Kitab: Ahkam
al-Qur’an
2.
Nama Penulis:
Nama lengkap: Abu Bakr Ahmad bin ‘Ali Ar-Razi
al-Jashshash. Lebih dikenal dengan sebutan al-Jashshash (305H. - 370 H.)
4.
Kota Penerbit: Beirut
5.
Tahun Terbit: t.th.
6. Jumlah
Jilid/Juz: 3 Juz
NO
|
JILID/JUZ
|
MATERI
|
HLM
|
1
|
I
|
Al-Fatihah –
al-Baqarah
|
644
|
2
|
II
|
Ali Imran – al-Maidah
|
616
|
3
|
III
|
Al-An’am - al-Falaq
|
648
|
B.
Biografi Mufassir,
Al-Jashash nama
lengkapnya adalah Abu Bakr Ahmad bin ‘Ali Al-Razi, yang terkenal dengan sebutan
Al-Jashash,[2]
karena dalam mencari nafkah hidup ia bekerja sebagai pembuat dan penjual kapur
rumah.[3]
Beliau adalah seorang ahli tafsir dan ahli ushul fiqh ternama, lahir di Baghdad
tahun 305 H., imam pengikut madzhab
Hanafi, dan kepadanya pula akhir pegangan para sahabatnya. Beliau wafat pada
tahun 370 H.
Al-Jashshash
hidup pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan ulama yang ahli dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dalam sejarah pendidikannya, beliau pergi
mencari ilmu ke berbagai kota terkenal pada masanya.[4] Beliau berguru kepada Abu Sahal Al-Zujaj, Abu
Al-Hasan Al-Harakhi, dan kepada orang ahli fiqh lainnya pada saat itu. Proses
belajarnya menetap di Baghdad, dan perjalanan mencari ilmunyapun berakhir di
sana. Belajar tentang Zuhud kepada al-Karakhi
dan mengambil manfaat darinya. Saat beliau mencapai maqam Zuhud, di minta untuk
menjadi seorang penghulu (qadli), tapi beliau menolak, dan ketika di minta
lagi ia tetap menolaknya.[5] Al-Jashash terkenal sebagai salah
seorang imam fikh Hanafi pada abad ke 14 M, dan kitabnya, Ahkam Al-Quran,
dipandang sebagai kitab fikih terpenting, terutama bagi pengikut mazhab Hanafi.
Al-Jashash terlalu fanatik buta terhadap mazhab Hanafi sehingga mendorongnya
untuk memaksa-maksakan penafsiran ayat dan penakwilannya, guna mendukung
mazhabnya, ia sangat ekstrim dalam menyanggah mereka yang tidak sependapat
dengannya dan bahkan berlebih-lebihan dalam menta’wilkan ayat sehingga
menyebabkan pembaca tidak suka meneruskan bacaannya, karena
ungkapan-ungkapannya dalam membicarakan mazhab lain sangat pedas.[6]
Di samping
kegiatan belajar mengajar, kegiatan ilmiah yang ditekuninya adalah menuliskan
karya-karyanya dalam bentuk buku atau kitab, diantaranya adalah:
1. Ushul Al-Fiqh
2. Ahkam Al-Qur’an
3. Syarah Mukhtashar Al-Karkhi
4. Syarah Mukhtashar Al-Tahawi
5. Syarah jami’ Al-Saghir Wa
Al-Jami’ Al-Kabir
6. Syarah Asma’ Al-Husna
7. Jawab Al-Masa’il Waradat ‘Alaihi.
8. Adab al-Qadla’. [7]
Berdasarkan
sekian karyanya yang ada, Beliau tergolong seorang ulama pilihan yang alim.
Banyak ulama lain yang mengembalikan permasalahan yang berkaitan dengan mazhab
Hanafi kepada beliau berdasarkan bukti dan dalil yang ada.[8]
C. Tafsir Ahkam
al-Qur’an
1. Latar
Belakang Penulisan
2. Format
Tafsir
a. Sistematika
Tafsir
Dari aspek sistematika, Tafsir Ahkam
al-Qur’an ini lebih terlihat sebagai
kitab fiqh daripada kitab tafsir, karena disusun berdasarkan bab-bab
sebagaimana bab dalam kitab fiqh. Sebagai contoh adalah Tafsir surat an-Nisa’
yang tersusun dalam beberapa bab sebagai berikut:
1.
Bab penyerahan
harta anak yatim dan larangan merusaknya.
2.
Bab perkawinan
anak kecil
3.
Bab Pemberian
mahar oleh perempuan kepada suaminya.
4.
Bab penyerahan
harta kepada orang yang bodoh
5.
Bab penyerahan
harta kepada anak yatim.
6.
Bab wali
memanfaatkan harta anak yatim.
7.
Dan
seterusnya.[9]
Di dalam menyusun tafsirnya,
al-Jashash terlebih dulu mengemukakan ayat atau beberapa ayat yang terkait
dengan hukum-hukum cabang (fiqh), kemudian menjelaskan makna dengan atsar
(hadis Nabi saw., pendapat sahabat dan tabi’in) dan memaparkan masalah fiqh
yang berhubungan dengannya, baik hubungan dekat maupun jauh, mengemukakan
berbagai perbedaan pendapat antar mazhab.[10]
b. Metode
Tafsir
Kitab tafsir Ahkam Al-Quran
karya Al-Jashash dikategorikan pada tafsir yang menggunakan metode analisis (tahlili)
yakni menafsirkan Al-Quran, ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai dengan
urutan di dalam mushaf, dengan memaparkan segala aspek yang terkandung didalam
ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-maknanya yang tercakup
di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan
ayat-ayat tersebut. Meski
demikian, di dalam praktiknya, al-Jashshash hanya memilih ayat-ayat yang
terkait dengan hukum untuk kemudian ditafsirkan berdasarkan persoalan-persoalan
yang terkait dengan pembahasan.[11]
Jadi berdasarkan urutan ayat dalam
al-Qur’an dan cakupan tafsirnya yang luas, adalah metode tafsir al-Jashshash
termasuk tafsir Tahlili, sementara jika dikaitkan dengan pengelompokan ayat
berdasarkan tema yang sama (hukum), maka tafsir ini termasuk tafsir tematis.
c.
Corak Tafsir
Kitab tafsir
Ahkam Al-Quran karya Al-Jashash termasuk dalam tafsir bi al-ma’tsur, yaitu
menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran, dengan perkataan shahabat atau dengan apa
yang dikatakan tokoh-tokoh besar tabi’in disamping itu ia juga mengemukakan
beberapa pendapat berdasarkan pada pemikirannya.[12]
Di samping
itu, tafsir ini juga termasuk tafsir yang bercorak fiqh, karena al-Jashash
membatasi diri pada penafsiran ayat yang berhubungan dengan hukum (fiqh) dengan
menjelaskan maknanya. Beliau mengemukakan
satu atau beberapa ayat lalu menjelaskan maknanya dengan hadis dan beberapa pendapat
imam mazhab.[13]
3. Komentar Terhadap Tafsir
Adz-Dzahabi
menganggap Tafsir ini telah menyimpang, karena penulisnya, al-Jashash, terlalu
fanatik terhadap madzhab Hanafi. Di dalam membahas masalah-masalah fiqh dan
khilafiyah, beliau sering meluas dan melebar sehingga pengalihan pembicaraan
sering dirasakan tidak lagi sesuai dengan pembicaraan atau penafsiran ayat.[14]
Muhammad
‘Ali Iyaziy mengatakan bahwa Tafsir ini merupakan salah satu kitab tafsir fiqh
yang penting, khususnya bagi madzhab Hanafiy.[15]
[1]Tafsir
Ahkam al-Qur’an telah dicetak oleh beberapa penerbit, seperti di Kairo:
al-Matba’ah Salafiyah, 3 Jilid; Istanbul: Matba’ah al-Auqaf, 1335H.; Beirut:
Dar at-Turats al-‘Arabiy, 1405H./1985M. 5 Jilid; Mesir: Matba’ah al-Bahiyyah
al-Mishriyyah, 1347H., 3 Jilid. Lihat: Muhammad ‘Ali Iyaziy, Al-Muafssirun
Hayatuhum wa Manhajuhum (Teheran: Muassasah at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wazarah
ats-Tasaqafah wa al-Irsyad al-Islamiy, 1373), hlm. 109. Dalam buku ini penulis
tunjukkan salah satu versi cetakannya, yaitu:
Abu Bakr bin ‘Ali Ar-Razi Al-Jashash, Ahkam al-Quran (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.)
[3]Iyaziy,
al-Mufassirun…, hlm. 109. Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi
Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), hlm. 485
[5]Adz-Dzahabi, at-Tafsir...,
hlm. 485. Lihat Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 109-110.
[6]Manna’ Al-Qattan,
Mabahits fi Ulum Al-Qur’an (Kairo: Maktabah Wahbah, t.th.), hlm. 366.
[7]Iyaziy, Al-Mufassirun…,
hlm. 110.Tim Penulis IAIN Syarif Hidayahtullah, op.cit., hlm 486.
[8]Adz-Dzahabi, At-Tafsir…,
hlm. 439
[12]Nashruddin
Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2000, hlm. 32-33\
[13]Al-Qattan, Mabahits.., hlm.
366-367. Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 113.
No comments:
Post a Comment