Friday, May 20, 2016

Makalah Study Kitab Tafsir Klasik tentang Ahkam Al- Qur’an Karya Al-Jashshas




B. AHKAM AL- QUR’AN
KARYA AL-JASHSHAS

A.     Pengenalan Kitab
1.      Nama Kitab: Ahkam al-Qur’an
2.      Nama Penulis:
Nama lengkap: Abu Bakr Ahmad bin ‘Ali Ar-Razi al-Jashshash. Lebih dikenal dengan sebutan al-Jashshash (305H. - 370 H.)
3.      Penerbit: Dar al-Fikr.[1]
4.      Kota Penerbit: Beirut
5.      Tahun Terbit: t.th.
6.      Jumlah Jilid/Juz: 3 Juz

NO
JILID/JUZ
MATERI
HLM
1
I
Al-Fatihah – al-Baqarah
644
2
II
Ali Imran – al-Maidah
616
3
III
Al-An’am - al-Falaq
648

B. Biografi Mufassir,
Al-Jashash nama lengkapnya adalah Abu Bakr Ahmad bin ‘Ali Al-Razi, yang terkenal dengan sebutan Al-Jashash,[2] karena dalam mencari nafkah hidup ia bekerja sebagai pembuat dan penjual kapur rumah.[3] Beliau adalah seorang ahli tafsir dan ahli ushul fiqh ternama, lahir di Baghdad tahun 305 H.,  imam pengikut madzhab Hanafi, dan kepadanya pula akhir pegangan para sahabatnya. Beliau wafat pada tahun 370 H.
Al-Jashshash hidup pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan ulama yang ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dalam sejarah pendidikannya, beliau pergi mencari ilmu ke berbagai kota terkenal pada masanya.[4]  Beliau berguru kepada Abu Sahal Al-Zujaj, Abu Al-Hasan Al-Harakhi, dan kepada orang ahli fiqh lainnya pada saat itu. Proses belajarnya menetap di Baghdad, dan perjalanan mencari ilmunyapun berakhir di sana. Belajar  tentang Zuhud kepada al-Karakhi dan mengambil manfaat darinya. Saat beliau mencapai maqam Zuhud, di minta untuk menjadi seorang penghulu (qadli), tapi beliau menolak, dan ketika di minta lagi ia tetap menolaknya.[5]          Al-Jashash terkenal sebagai salah seorang imam fikh Hanafi pada abad ke 14 M, dan kitabnya, Ahkam Al-Quran, dipandang sebagai kitab fikih terpenting, terutama bagi pengikut mazhab Hanafi. Al-Jashash terlalu fanatik buta terhadap mazhab Hanafi sehingga mendorongnya untuk memaksa-maksakan penafsiran ayat dan penakwilannya, guna mendukung mazhabnya, ia sangat ekstrim dalam menyanggah mereka yang tidak sependapat dengannya dan bahkan berlebih-lebihan dalam menta’wilkan ayat sehingga menyebabkan pembaca tidak suka meneruskan bacaannya, karena ungkapan-ungkapannya dalam membicarakan mazhab lain sangat pedas.[6]
Di samping kegiatan belajar mengajar, kegiatan ilmiah yang ditekuninya adalah menuliskan karya-karyanya dalam bentuk buku atau kitab, diantaranya adalah:
1. Ushul Al-Fiqh
2. Ahkam Al-Qur’an
3. Syarah Mukhtashar Al-Karkhi
4. Syarah Mukhtashar Al-Tahawi
5. Syarah jami’ Al-Saghir Wa Al-Jami’ Al-Kabir
6. Syarah Asma’ Al-Husna
7. Jawab Al-Masa’il Waradat ‘Alaihi.
8. Adab al-Qadla’. [7]
Berdasarkan sekian karyanya yang ada, Beliau tergolong seorang ulama pilihan yang alim. Banyak ulama lain yang mengembalikan permasalahan yang berkaitan dengan mazhab Hanafi kepada beliau berdasarkan bukti dan dalil yang ada.[8]

C. Tafsir Ahkam al-Qur’an
1. Latar Belakang Penulisan
2. Format Tafsir
a. Sistematika Tafsir
            Dari aspek sistematika, Tafsir Ahkam al-Qur’an ini lebih  terlihat sebagai kitab fiqh daripada kitab tafsir, karena disusun berdasarkan bab-bab sebagaimana bab dalam kitab fiqh. Sebagai contoh adalah Tafsir surat an-Nisa’ yang tersusun dalam beberapa bab sebagai berikut:
1.      Bab penyerahan harta anak yatim dan larangan merusaknya.
2.      Bab perkawinan anak kecil
3.      Bab Pemberian mahar oleh perempuan kepada suaminya.
4.      Bab penyerahan harta kepada orang yang bodoh
5.      Bab penyerahan harta kepada anak yatim.
6.      Bab wali memanfaatkan harta anak yatim.
7.      Dan seterusnya.[9]
            Di dalam menyusun tafsirnya, al-Jashash terlebih dulu mengemukakan ayat atau beberapa ayat yang terkait dengan hukum-hukum cabang (fiqh), kemudian menjelaskan makna dengan atsar (hadis Nabi saw., pendapat sahabat dan tabi’in) dan memaparkan masalah fiqh yang berhubungan dengannya, baik hubungan dekat maupun jauh, mengemukakan berbagai perbedaan pendapat antar mazhab.[10]

b. Metode Tafsir
            Kitab tafsir Ahkam Al-Quran karya Al-Jashash dikategorikan pada tafsir yang menggunakan metode analisis (tahlili) yakni menafsirkan Al-Quran, ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai dengan urutan di dalam mushaf, dengan memaparkan segala aspek yang terkandung didalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-maknanya yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.           Meski demikian, di dalam praktiknya, al-Jashshash hanya memilih ayat-ayat yang terkait dengan hukum untuk kemudian ditafsirkan berdasarkan persoalan-persoalan yang terkait dengan pembahasan.[11]
            Jadi berdasarkan urutan ayat dalam al-Qur’an dan cakupan tafsirnya yang luas, adalah metode tafsir al-Jashshash termasuk tafsir Tahlili, sementara jika dikaitkan dengan pengelompokan ayat berdasarkan tema yang sama (hukum), maka tafsir ini termasuk tafsir tematis.
           
c.       Corak Tafsir
            Kitab tafsir Ahkam Al-Quran karya Al-Jashash termasuk dalam tafsir bi al-ma’tsur, yaitu menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran, dengan perkataan shahabat atau dengan apa yang dikatakan tokoh-tokoh besar tabi’in disamping itu ia juga mengemukakan beberapa pendapat berdasarkan pada pemikirannya.[12]
Di samping itu, tafsir ini juga termasuk tafsir yang bercorak fiqh, karena al-Jashash membatasi diri pada penafsiran ayat yang berhubungan dengan hukum (fiqh) dengan menjelaskan maknanya. Beliau  mengemukakan satu atau beberapa ayat lalu menjelaskan maknanya dengan hadis dan beberapa pendapat imam mazhab.[13]

3. Komentar Terhadap Tafsir
            Adz-Dzahabi menganggap Tafsir ini telah menyimpang, karena penulisnya, al-Jashash, terlalu fanatik terhadap madzhab Hanafi. Di dalam membahas masalah-masalah fiqh dan khilafiyah, beliau sering meluas dan melebar sehingga pengalihan pembicaraan sering dirasakan tidak lagi sesuai dengan pembicaraan atau penafsiran ayat.[14]
            Muhammad ‘Ali Iyaziy mengatakan bahwa Tafsir ini merupakan salah satu kitab tafsir fiqh yang penting, khususnya bagi madzhab Hanafiy.[15]


                [1]Tafsir Ahkam al-Qur’an telah dicetak oleh beberapa penerbit, seperti di Kairo: al-Matba’ah Salafiyah, 3 Jilid; Istanbul: Matba’ah al-Auqaf, 1335H.; Beirut: Dar at-Turats al-‘Arabiy, 1405H./1985M. 5 Jilid; Mesir: Matba’ah al-Bahiyyah al-Mishriyyah, 1347H., 3 Jilid. Lihat: Muhammad ‘Ali Iyaziy, Al-Muafssirun Hayatuhum wa Manhajuhum (Teheran: Muassasah at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wazarah ats-Tasaqafah wa al-Irsyad al-Islamiy, 1373), hlm. 109. Dalam buku ini penulis tunjukkan salah satu versi cetakannya, yaitu:   Abu Bakr bin ‘Ali Ar-Razi Al-Jashash, Ahkam al-Quran  (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.)
                [2]Muhammad Husain ad-Dzahabi, At-Tafsir wa Al-Mufassiruun, (Kairo: Maktabah Wahbah, t. th.), hlm. 485.
[3]Iyaziy, al-Mufassirun…, hlm. 109. Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), hlm. 485
                [4]Mani’ Abd Halim Mahmud, Manahij al-Mufassirin (Kairo; Dar al-Kutub al-Mishriy, 1978), hlm. 61.
[5]Adz-Dzahabi, at-Tafsir..., hlm. 485. Lihat Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 109-110.
[6]Manna’ Al-Qattan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an (Kairo: Maktabah Wahbah, t.th.), hlm. 366.
[7]Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 110.Tim Penulis IAIN Syarif Hidayahtullah, op.cit., hlm 486.
[8]Adz-Dzahabi, At-Tafsir…, hlm. 439
                [9]Mahmud, Manahij…, hlm. 64.
                [10]Abu Bakar bin Ali Ar-Razi Al-Jashash, Ahkamul Quran,  (Bairut: Dar al-Kutub Ilmiah, t.th.). Lihat: Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 110-111.
                [11]Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 110.
[12]Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hlm. 32-33\
[13]Al-Qattan, Mabahits.., hlm. 366-367. Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 113.
                [14]Adz-Dzahabiy, At-Tafsir…, hlm. 486.
                [15]Iyaziy, Al-Mufassirun…, hlm. 110.

No comments:

Post a Comment