TAFSIR
AL-QUR’AN AL-ADZIM
KARYA IBN KATSIR
A. Gambaran
Fisik Kitab
2.
Nama Penulis: ‘Imad ad-Din Abu al-Fida’, Isma’il bin Umar bin Katsir
al-Qurasyi al-Busyrawi ad-Dimasyqi, al-Fakih al-Muarrikh, al-Mufassir
asy-Syafi’i. Dikenal dengan nama Ibn Katsir.
3.
Penerbit: Dar al-Kutub
al-Ilmiah
4.
Kota Penerbit:
Beirut, Lebanon
5.
Tahun Terbit: 2012
6. Jumlah
Juz/Jilid: 4 Juz/Jilid
No
|
Juz/Jilid
|
Surat
|
Hlm
|
1
|
I
|
al-Fatihah – an-Nisa’
|
576.
|
2
|
II
|
Al-Ma’idah –an-Nahl
|
567
|
3
|
III
|
Al-Isra’ – Yasin
|
549.
|
4
|
IV
|
As-Shaffat – an-Nas
|
551
|
B. Biografi
Mufassir
Nama lengkap
Ibn Katsir adalah ‘Imad ad-Din Abu al-Fida, Isma’il bin Umar bin Katsir (bin
Dhau’ ibnu Katsir bin Zar’i Al-Bashri Ad-Dimasyqi), al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi,
al-Faqih al-Muarrikh al-Mufassir asy-Syafi’i. Ibnu Katsir dilahirkan di Basrah
(Syam) pada tahun 700 Hijriyah, dan meninggal dunia pada usia 74 tahun di bulan
Sya’ban tahun 774 Hijriyah.[2]
Ayahnya
berasal dari Bashra, bernama Abu Hafsh Umar ibn Katsir, salah seorang alim
di kotanya, imam dan khatib di kampungnya. Ayahnya wafat
ketika Ibn Katsir berumur tiga
tahun. Selanjutnya kakaknya bernama Abdul Wahab yang mendidik dan mengasuh Ibn Katsir kecil,
dan membawanya ke Basrah, Damaskus. Pada saat itu, beliau berguru pada
ulama-ulama besar di Damaskus. Beliau menuju ke Damaskus untuk mencari ilmu, belajar
kitab-kitab fiqh, hadis, tafsir, sejarah dan bahasa, hingga ia dapat menguasai
banyak ilmu. Beliau banyak belajar dari Ibn Taimiyah.[3]
Beliau berguru
dengan lebih dari dua puluh ulama besar Syam antaranya:
1. Al-Hafiz Abu al-Hajjaj al-Mizzi:
Yusuf bin Abdul Rahman bin Yusuf bin Abdul Malik (wafat tahun 742H) yang
merupakan alim dalam ilmu sejarah, hadits, dan biografi. Beliau adalah pengarang
kitab Tahdhib al-kamal fi Asma’ al-Rijal’. Gurunya kagum dengan beliau sehingga
menihkahkan Ibnu Katsir dengan anak perempuannya Zainab.
2. Ibnu Taymiyyah (wafat tahun 728H)
Al-Mizzi sangat menyayangi Ibnu Taymiyyah sehingga beliau dimakamkan bersebelahan
kubur Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Katsir mewasiatkan supaya beliau dikebumikan
bersebelahan kedua gurunya ini. Setelah mengutip ilmu yang banyak, Ibnu Katsir
menjadi orang alim yang terkenal. Beliau mengajar tafsir di Masjid Umawi di
Damsyik dan menjadi guru di Madrasah Umm al-Salih dan Dar al-Hadits dan
tempat-tempat pengajian yang lain sehingga beliau meninggal dunia.[4]
Di antara karya tulisnya:
a. Al-Bidayah wa An-Nihayah, dalam
bidang sejarah. Kitab ini termasuk referensi terpenting bagi sejarawan
b. Al-Kawakib Ad-Darari, dalam bidang
sejarah, semacam ringkasan dari Al-Bidayah wa An-Nihayah
c. Tafsir
Al-Quran Al-Adzim
d. Al-Ijtihad
wa Thalab Al-Jihad
e. Jami’
Al-Masanid
f. As-Sunnah
Al-Hadi Li Aqwami Sunan
g. Al-Wadih An-Nafis fi Manaqib
Al-Imam Muhammad bin Idris.[5]
Ibnu Katsir
adalah seorang ulama yang beraliran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan
mengikuti manhaj Salafush Shalihd alam beragama, baik itu dalam
masalah aqidah, ibadah maupun akhlak. Kesimpulan seperti itu dapat dibuktikan
melalui hasil karyanya yang banyak, termasuk di dalamnya kitab Tafsir
al-Qur’an al-Adzim.
Pada akhir
usianya beliau diuji dengan kehilangan pandangan (buta). Ibnu al-Jazari salah
seorang murid dari Ibnu Katsir memberitahu Ibnu Katsir berpesan kepadanya: Aku
masih tetap menulis kitab (Jami’ al-Masanid) pada waktu malam
dengan cahaya yang semakin meredup sehingga mengakibatkan pandanganku semakin
melemah.[6]
C.
Tafsir al-Qur’an
al-Adzim
1.
Latar Belakang
Penulisan Tafsir
Ibnu Katsir menyusun kitab tafsirnya
yang diberi judul Tafsir al-Qur’an al-Adzim. Kitab tafsir ini pernah
digabung dalam penerbitannya denganMa’alim At-Tanzil karya
Al-Baghawi, tetapi juga pernah diterbitkan secara independen dalam empat jilid
berukuran besar. [7]
Dalam pendahuluan kitabnya beliau
menjelaskan urgensi tafsir, para ulama tafsir dari sahabat dan tabi’in, dan
metode tafsir yang paling baik. Beliau mengatakan dalam pendahuluan kitab
tafsirnya, bahwa kewajiban yang terpikul di pundak para ulama ialah menyelidiki
makna-makna kalamullah dan menafsirkannya, menggali dari sumber-sumbernya serta
mempelajari hal tersebut dan mengajarkannya.
Allah SWT. mencela sikap kaum ahli kitab,
karena mereka berpaling dari Kitab Allah yang diturunkan kepada mereka,
mengejar keduniawiaan serta menghimpunnya, dan sibuk dengan semua hal yang sama
sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. melalui
kitab-Nya.
Maka sudah menjadi kewajiban bagi kaum muslim untuk
menghentikan semua perbuatan yang menyebabkan mereka (kaum ahli kitab) dicela
oleh Allah SWT, mengerjakan hal-hal yang diperintahkan-Nya, yaitu
memepelajari Kitab Allah yang diturunkan kepada kita, mengajarkannya,
memahaminya dan memberikan pengertian tentangnya.[8]
2.
Format Tafsir
a.
Sistematika
Tafsir
Ibn
Katsir di dalam menyusun tafsirnya yang pertama adalah menyebutkan ayat
terlebih dahulu, kemudian menjelaskan makna secara umum, selanjutnya
menafsirkannya dengan ayat, hadits, perkataan sahabat dan tabi’in. Terkadang
beliau menjelaskan seputar hukum yang berkiatan dengan ayat, dengan dukungan ayat/dalil
lain dari al-Qur’an dan hadits serta dilengkapi dengan pendapat para ahli fiqh
disertai dalilnya apabila masalah tersebut diperselisihkan di antara mereka,
selanjutnya beliau melakukan tarjih (memilih dan menguatkan) salah satu
pendapat tersebut.
b.
Metode Tafsir
Dalam penulisan kitab ini Ibnu
Katsir menggunakan metode tafsir tahlili. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan penafsiran ayat dengan cara
analitis atau menafsirkan ayat-ayat di dalam Al-Quran dengan mengemukakan
segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang di tafsirkannya.
Dalam
tafsirnya Ibnu Katsir menggunakan hadits dan riwayat, menggunakan ilmu Jarh
wa Ta’dil, melakukan komparasi berbagai pendapat dan mentarjih
sebagiannya, serta mempertegas kualitas riwayat-riwayat hadits yang shahih dan
yang dhaif. Terkait dengan israiliyat, Beliau memiliki daya kritis yang tinggi
terhadap cerita-cerita israiliyat yang banyak tersebar dalam
kitab-kitab tafsir bil ma’tsur, baik secara global maupun
mendetail. Beliau selalu memaparkan masalah-masalah hukum yang ada dalam
berbagai madzhab, kemudian mediskusikannya secara komprehansif.[9]
c.
Corak dan
Pendekatan Tafsir
Corak penafsiran dalam kitab Ibnu
Katsir adalah menitikberatkan masalah fiqih. Beliau mengetengahkan perbedaan
pendapat di kalangan ulama fiqih dan menyelami madzhab-madzhab serta
dalil-dalil yang dijadikan pegangan oleh mereka, manakala membahas tentang ayat
yang berkaitan dengan masalah hukum. Tetapi meski demikian, beliau mengambil
cara yang pertengahan, singkat, dan tidak berlarut-larut sebagaimana yang
dilakukan oleh kebanyakan ulama fiqih ahli tafsir dalam tulisan-tulisan mereka.[10]
Tafsir Ibnu Katsir termasuk kategori tafsir bil
ma’tsur. Imam Ibnu Katsir menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, al-Qur’an
dengan Sunnah, dengan perkataan sahabat, perkataan tabi’in dan bahasa arab,
kemudian menyimpulkan hukum-hukum dan dalil-dalil dari ayat al-Qur’an.
1. Menafsirkan
al-Qur’an dengan al-Qur’an
2. Menafsirkan
al-Qur’an dengan Sunnah
3. Menafsirkan
al-Qur’an dengan Perkataan Sahabat dan Tabi’in
4. Menafsirkan
al-Qur’an dengan Bahasa Arab
5. Menyimpulkan
Hukum-Hukum dan Dalil-Dalil dari Ayat al-Qur’an
3. Komentar
Ulama
Ad-Dzahabi
mengatakan bahwa Tafsir Ibn Katsir ini merupakan tafsir bi al-Ma’tsur yang
terkenal kedua setelah tafsir at-Thabari. Penulisnya sangat ahli di dalam
riwayat, sehingga menafsirkan al-Qur’an berdasarkan Hadis, Atsar yang memiliki
sanad sampai pada sumbernya, sekaligus memberikan penilaian berdasarkan ilmu jarh
wa ta’dil.[11] Manna’ al-Qaththan mengatakan bahwa
tafsir Ibn Katsir ini merupakan tafsir yang menduduki ranking kedua setelah
tafsir ath-Thabari dalam lingkup tafsir bi al-ma’tsur.[12]
[1]Kitab
ini telah terbit berkali-kali. Terbit pertama kali di Kairo tahun 1302H, lalu
tahun 1342H dalam 2 jilid, kemudian tahun 1347 H. dalam 9 jilid. Tahun 1372 H.
terbit dalam 4 jilid, Tahun 1386 H. terbit di Kairo dalam 7 jilid dan tahun
1393H. dalam 8 jilid. Oleh penerbit Dar al-Fikr Beirut, kitab ini dicetak tahun
1400H/1980M dll. Lihat Muhammad ‘Ali Iyaziy, al-Mufassirun Hayatuhum wa
Manhajuhum (Teheran: Muassasah at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wazarah
ats-Tasaqafah wa al-Irsyad al-Islamiy, 1373), hlm. 303-304.
[5]Al-Qattan, Mabahits…,
hlm. 355. Lihat: Iyazi, al-Mufassirun…, hlm. 304-305.
[6]Al-Khalidi, Ta’rif..., hlm. 386
[8]Abu al-Fida Ismail ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an
al-‘Adzim (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2012), juz I hlm. 5.
No comments:
Post a Comment