Friday, May 20, 2016

Makalah Study Kitab Tafsir Klasik tentang Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim Karya Ibn Katsir



  TAFSIR AL-QUR’AN AL-ADZIM
KARYA IBN KATSIR


A.     Gambaran Fisik Kitab
1.      Nama Kitab: Tafsir al-Qur’an al-Adzim. Dikenal dengan nama Tafsir Ibn Katsir.[1]
2.      Nama Penulis: ‘Imad ad-Din Abu al-Fida’, Isma’il bin Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Busyrawi ad-Dimasyqi, al-Fakih al-Muarrikh, al-Mufassir asy-Syafi’i. Dikenal dengan nama Ibn Katsir.
3.      Penerbit: Dar al-Kutub al-Ilmiah
4.      Kota Penerbit: Beirut, Lebanon
5.      Tahun Terbit: 2012
6.      Jumlah Juz/Jilid: 4 Juz/Jilid

No
Juz/Jilid
Surat
Hlm
1
I
al-Fatihah – an-Nisa’
576.
2
II
Al-Ma’idah –an-Nahl
567
3
III
Al-Isra’ – Yasin
549.
4
IV
As-Shaffat – an-Nas
551


B.  Biografi Mufassir
      Nama lengkap Ibn Katsir adalah ‘Imad ad-Din Abu al-Fida, Isma’il bin Umar bin Katsir (bin Dhau’ ibnu Katsir bin Zar’i Al-Bashri Ad-Dimasyqi), al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi, al-Faqih al-Muarrikh al-Mufassir  asy-Syafi’i. Ibnu Katsir dilahirkan di Basrah (Syam) pada tahun 700 Hijriyah, dan meninggal dunia pada usia 74 tahun di bulan Sya’ban tahun 774 Hijriyah.[2]
      Ayahnya berasal dari Bashra, bernama Abu Hafsh Umar ibn Katsir, salah seorang alim di kotanya, imam dan khatib di kampungnya.  Ayahnya wafat ketika Ibn  Katsir berumur tiga tahun. Selanjutnya kakaknya bernama Abdul Wahab yang mendidik dan mengasuh Ibn Katsir kecil, dan membawanya ke Basrah, Damaskus. Pada saat itu, beliau berguru pada ulama-ulama besar di Damaskus.  Beliau  menuju ke Damaskus untuk mencari ilmu, belajar kitab-kitab fiqh, hadis, tafsir, sejarah dan bahasa, hingga ia dapat menguasai banyak ilmu. Beliau banyak belajar dari Ibn Taimiyah.[3]
      Beliau berguru dengan lebih dari dua puluh ulama besar Syam antaranya:
1.   Al-Hafiz Abu al-Hajjaj al-Mizzi: Yusuf bin Abdul Rahman bin Yusuf bin Abdul Malik (wafat tahun 742H) yang merupakan alim dalam ilmu sejarah, hadits, dan biografi. Beliau adalah pengarang kitab Tahdhib al-kamal fi Asma’ al-Rijal’. Gurunya kagum dengan beliau sehingga menihkahkan Ibnu Katsir dengan anak perempuannya Zainab.
2.   Ibnu Taymiyyah (wafat tahun 728H) Al-Mizzi sangat menyayangi Ibnu Taymiyyah sehingga beliau dimakamkan bersebelahan kubur Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Katsir mewasiatkan supaya beliau dikebumikan bersebelahan kedua gurunya ini. Setelah mengutip ilmu yang banyak, Ibnu Katsir menjadi orang alim yang terkenal. Beliau mengajar tafsir di Masjid Umawi di Damsyik dan menjadi guru di Madrasah Umm al-Salih dan Dar al-Hadits dan tempat-tempat pengajian yang lain sehingga beliau meninggal dunia.[4]
Di antara karya tulisnya:
a.  Al-Bidayah wa An-Nihayah, dalam bidang sejarah. Kitab ini termasuk referensi terpenting bagi sejarawan
b.  Al-Kawakib Ad-Darari, dalam bidang sejarah, semacam ringkasan dari Al-Bidayah wa An-Nihayah
c.  Tafsir Al-Quran Al-Adzim
d.  Al-Ijtihad wa Thalab Al-Jihad
e.  Jami’ Al-Masanid
f.   As-Sunnah Al-Hadi Li Aqwami Sunan
g.   Al-Wadih An-Nafis fi Manaqib Al-Imam Muhammad bin Idris.[5]
     Ibnu Katsir adalah seorang ulama yang beraliran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan mengikuti manhaj Salafush Shalihd alam beragama, baik itu dalam masalah aqidah, ibadah maupun akhlak. Kesimpulan seperti itu dapat dibuktikan melalui hasil karyanya yang banyak, termasuk di dalamnya kitab Tafsir al-Qur’an al-Adzim.
      Pada akhir usianya beliau diuji dengan kehilangan pandangan (buta). Ibnu al-Jazari salah seorang murid dari Ibnu Katsir memberitahu Ibnu Katsir berpesan kepadanya: Aku masih tetap menulis kitab (Jami’ al-Masanid) pada waktu malam dengan cahaya yang semakin meredup sehingga mengakibatkan pandanganku semakin melemah.[6]

C.     Tafsir al-Qur’an al-Adzim
1.      Latar Belakang Penulisan Tafsir
            Ibnu Katsir menyusun kitab tafsirnya yang diberi judul Tafsir al-Qur’an al-Adzim. Kitab tafsir ini pernah digabung dalam penerbitannya denganMa’alim At-Tanzil karya Al-Baghawi, tetapi juga pernah diterbitkan secara independen dalam empat jilid berukuran besar. [7]
            Dalam pendahuluan kitabnya beliau menjelaskan urgensi tafsir, para ulama tafsir dari sahabat dan tabi’in, dan metode tafsir yang paling baik. Beliau mengatakan dalam pendahuluan kitab tafsirnya, bahwa kewajiban yang terpikul di pundak para ulama ialah menyelidiki makna-makna kalamullah dan menafsirkannya, menggali dari sumber-sumbernya serta mempelajari hal tersebut dan mengajarkannya.
Allah SWT. mencela sikap kaum ahli kitab, karena mereka berpaling dari Kitab Allah yang diturunkan kepada mereka, mengejar keduniawiaan serta menghimpunnya, dan sibuk dengan semua hal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. melalui kitab-Nya.
Maka sudah menjadi kewajiban bagi kaum muslim untuk menghentikan semua perbuatan yang menyebabkan mereka (kaum ahli kitab) dicela oleh Allah SWT, mengerjakan hal-hal yang diperintahkan-Nya, yaitu memepelajari Kitab Allah yang diturunkan kepada kita, mengajarkannya, memahaminya dan memberikan pengertian tentangnya.[8]

2.      Format Tafsir
a.      Sistematika Tafsir
            Ibn Katsir  di dalam menyusun tafsirnya yang pertama adalah menyebutkan ayat terlebih dahulu, kemudian menjelaskan makna secara umum, selanjutnya menafsirkannya dengan ayat, hadits, perkataan sahabat dan tabi’in. Terkadang beliau menjelaskan seputar hukum yang berkiatan dengan ayat, dengan dukungan ayat/dalil lain dari al-Qur’an dan hadits serta dilengkapi dengan pendapat para ahli fiqh disertai dalilnya apabila masalah tersebut diperselisihkan di antara mereka, selanjutnya beliau melakukan tarjih (memilih dan menguatkan) salah satu pendapat tersebut.

b.      Metode Tafsir
            Dalam penulisan kitab ini Ibnu Katsir menggunakan metode tafsir tahlili. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan penafsiran ayat dengan cara analitis atau menafsirkan ayat-ayat di dalam Al-Quran dengan mengemukakan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang di tafsirkannya.
        Dalam tafsirnya Ibnu Katsir menggunakan hadits dan riwayat, menggunakan ilmu Jarh wa Ta’dil, melakukan komparasi berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya, serta mempertegas kualitas riwayat-riwayat hadits yang shahih dan yang dhaif. Terkait dengan israiliyat, Beliau memiliki daya kritis yang tinggi terhadap cerita-cerita israiliyat yang banyak tersebar dalam kitab-kitab tafsir bil ma’tsur, baik secara global maupun mendetail. Beliau selalu memaparkan masalah-masalah hukum yang ada dalam berbagai madzhab, kemudian mediskusikannya secara komprehansif.[9]
             
c.       Corak dan Pendekatan Tafsir
            Corak penafsiran dalam kitab Ibnu Katsir adalah menitikberatkan masalah fiqih. Beliau mengetengahkan perbedaan pendapat di kalangan ulama fiqih dan menyelami madzhab-madzhab serta dalil-dalil yang dijadikan pegangan oleh mereka, manakala membahas tentang ayat yang berkaitan dengan masalah hukum. Tetapi meski demikian, beliau mengambil cara yang pertengahan, singkat, dan tidak berlarut-larut sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan ulama fiqih ahli tafsir dalam tulisan-tulisan mereka.[10]
Tafsir Ibnu Katsir termasuk kategori tafsir bil ma’tsur. Imam Ibnu Katsir menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, al-Qur’an dengan Sunnah, dengan perkataan sahabat, perkataan tabi’in dan bahasa arab, kemudian menyimpulkan hukum-hukum dan dalil-dalil dari ayat al-Qur’an.
1.      Menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an
2.      Menafsirkan al-Qur’an dengan Sunnah
3.      Menafsirkan al-Qur’an dengan Perkataan Sahabat dan Tabi’in
4.      Menafsirkan al-Qur’an dengan Bahasa Arab
5.      Menyimpulkan Hukum-Hukum dan Dalil-Dalil dari Ayat al-Qur’an

3.  Komentar Ulama
        Ad-Dzahabi mengatakan bahwa Tafsir Ibn Katsir ini merupakan tafsir bi al-Ma’tsur yang terkenal kedua setelah tafsir at-Thabari. Penulisnya sangat ahli di dalam riwayat, sehingga menafsirkan al-Qur’an berdasarkan Hadis, Atsar yang memiliki sanad sampai pada sumbernya, sekaligus memberikan penilaian berdasarkan ilmu jarh wa ta’dil.[11]            Manna’ al-Qaththan mengatakan bahwa tafsir Ibn Katsir ini merupakan tafsir yang menduduki ranking kedua setelah tafsir ath-Thabari dalam lingkup tafsir bi al-ma’tsur.[12]





                [1]Kitab ini telah terbit berkali-kali. Terbit pertama kali di Kairo tahun 1302H, lalu tahun 1342H dalam 2 jilid, kemudian tahun 1347 H. dalam 9 jilid. Tahun 1372 H. terbit dalam 4 jilid, Tahun 1386 H. terbit di Kairo dalam 7 jilid dan tahun 1393H. dalam 8 jilid. Oleh penerbit Dar al-Fikr Beirut, kitab ini dicetak tahun 1400H/1980M dll. Lihat Muhammad ‘Ali Iyaziy, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum (Teheran: Muassasah at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wazarah ats-Tasaqafah wa al-Irsyad al-Islamiy, 1373), hlm. 303-304.
                [2]Kelahirannya ada yang menyebut tahun 701 H. Lihat Iyazi, al-Mufassirun…, hlm. 304.
                [3]Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an (Kairo Maktabah Wahbah, t,th), hlm. 355.
                [4]Solah Abdul Fatah Al-Khalidi, Ta’rifu Addarisin Bimanahijil Mufasirin cet. V (Damaskus : Dar Alqolam, 2012 M / 1433 H), hlm. 382
[5]Al-Qattan, Mabahits…, hlm. 355. Lihat: Iyazi, al-Mufassirun…, hlm. 304-305.
[6]Al-Khalidi,  Ta’rif...,  hlm. 386

                [7]M. Husain az-Dhahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassirun (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), hlm. 211
[8]Abu al-Fida Ismail ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2012), juz I hlm. 5.

                [9]Al-Qaththan, Mabahis…, hlm. 355.
                [10]Adz-Dzahabi, At-Tafsir…hlm. 214
                [11] Adz-Dzahabi, At-Tafsir…hlm. 244.
                [12]Al-Qaththan, Mabahits…, hlm. 355.

No comments:

Post a Comment