Friday, May 20, 2016

Makalah Study Kitab Tafsir Klasik tentang Al-Kasysyaf ‘An Haqaiq Al-Tanzil Wa ‘Uyun Al-Aqawil Fi Wujuh Al-Ta’wil Karya Al-Zamakhsyari



AL-KASYSYAF ‘AN HAQAIQ AL-TANZIL WA ‘UYUN AL-AQAWIL FI WUJUH AL-TA’WIL
KARYA AL-ZAMAKHSYARI


A.     Pengenalan Kitab
1.      Nama Kitab:
            Al-Kasysyaf ‘an Haqa’iq Ghawamid at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuh at-Ta’wil. Lebih dikenal dengan al-Kasysyaf.
2.      Nama Penulis:
            Nama lengkap Abu al-Qasim Mahmud bin Muhammad  bin ‘Umar az-Zamakhsyari. Lebih dikenal dengan nama az-Zamakhsyari (467H/1075M.- 538H/1144M.).[1]
3.      Penerbit: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
4.      Kota Penerbit: Beirut, Lebanon
5.      Tahun Terbit: 1995M
6.      Jumlah Juz/Jilid: 4 Jilid
No
Juz/Jilid
Isi
Hlm
1
I
al-Fatihah - al-Maidah
569
2
II
al-An’am - al-Anbiya’
587
3
III
al-Hajj - al-Hujurat
572
4
IV
Qaf - al-Nas
306

B.     Biografi al-Zamakhsyari (w. 538 H)
            Nama lengkap al-Zamakhsyari ialah Mahmud bin Muhammad bin ‘Umar al-Khawarizmi, al-Zamakhsyari. Beliau lahir di Zamakhsyar, sebuah kota kecil di Khawarizmi pada hari rabu 27 Rajab 467 H./18 Maret 1075 M.[2]
            Beliau mulai belajar di negeri sendiri dari orang tuanya yang pandai dalam hal qira’at, tulisan dan hafalan al-Qur’an, kemudian melanjutkan ke Bukhara untuk belajar berbagai ilmu pengetahuan seperti Ushul Fiqh, Hadis, Tafsir, Tauhid, Mantiq, Falsafah. Kemudian beliau pergi ke Naisabur, Khurasa, Isfahan dan Mesir.
            Dari perjalanannya menuntut ilmu, beliau berguru kepada banyak ulama, di antaranya Mansyur Abi Mudlar dalam bidang Adab,[3] Mahmud bin Jarir al-Isfahaniy (w. 507H) dalam bidang Adab, ilmu I’rab, Ilmu Kalam, Tauhid aliran Mu’tazilah. Beliau belajar pada Abu ‘Ali ad-Dlarir, as-Sadid al-Khaiyyati dalam bidang Fiqh, al-Hakim al-Jasymiy az-Zaidiy al-Mu’taziliy dan Rukn ad-Din Muhammad al-Ushuliy.[4]
            Pada tahun 502 H. beliau pergi ke Mekah dan menetap cukup lama sehingga memperoleh julukan Jar Allah (Tetangga Allah). Dan di sana pula ia menulis tafsirannya, al-Kasysyaf ‘an Haqa’iq at-Tanzil wa Uyanil Aqawil fi Wujuh at Ta’wil.[5]
            Beliau dikenal sebagai yang berambisi memperoleh kedudukan di pemerintahan. Setelah merasa tidak berhasil dan kecewa melihat orang-orang yang dari segi ilmu dan akhlaq lebih rendah dari dirinya diberi jabatan-jabatan yang tinggi oleh penguasa, sementara ia sendiri tidak mendapatkannya walaupun telah dipromosikan oleh guru yang sangat dihormatinya, Abu Mudlar. Setidaknya ada dua kemungkinan mengapa al-Zamakhsyari selalu gagal dalam mewujudkan keinginannya duduk di pemerintahan. Kemungkinan pertama: kerena ia bukan saja dari ahli bahasa dan sastra Arab saja, tetapi juga seorang tokoh Mu’tazilah yang sangat demonstratif dalam menyebar-luaskan fahamnya, dan ini membawa dampak kurang disenangi oleh beberapa kalangan yang tidak berafiliasi pada Mu’tazilah. Kedua: Mungkin juga karena kurang didukung kondisi jasmaninya, beliau memiliki cacat fisik, yaitu kehilangan satu kakinya semenjak kecil.
            Beliau membujang seumur hidup. Sebagian besar waktunya diabadikan untuk ilmu dan menyebarluaskan faham yang dianutnya, seperti sering dilakukan kalangan Mu’tazilah pendahulunya. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila penulis biografinya mencatat kurang lebih 50 buah karya tulisannya yang mencaku berbagai bidang. Sebagian karya al-Zamakhsyari ada yang masih dalam bentuk manuskrip. Beliau wafat di Jurnaniyah, Khawarijmi, pada malam ‘Arafah tahun 538 H.
            Beliau seorang yang ahli dalam  bahasa dan tata bahasa Arab, sastra dan tafsir. Keahliannya dalam bahasa Arab diakui oleh para ahli bahasa. Beliau menganut muktazilah dalam aqidah, bermadzhab Hanafi dan fiqh. Untuk mendukung  aqidah dan madzhabnya, beliau mengarang tafsir al-Kasysyaf. Di dalam tafsirnya ini terlihat jelas kepandaian az-Zamkhsyari. Beliau  telah menghimpunkan dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an untuk membantu Muktazilah dan menolak lawan-lawannya.[6]
            Beliau telah berhasil menyingkap tabir keindahan al-Qur’an dan balaghahnya yang menarik bila ditinjau dari sudut ilmu balaghah, ilmu al-Bayan, sastra, nahwu dan sharaf. Kitabnya ini menjadi rujukan oleh orang dalam bahasa. Beliau adalah orang yang unggul dalam dua macam ilmu khusus al-Qur’an, yaitu ilmu ma’ani dan ilmu bayan.[7]
            Karya-karya az-Zamakhsyari meliputi berbagai bidang, antara lain:
  1. Bidang tafsir: al-Kasysyaf ‘an Haqaiq al-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Ta’wil terdiri dari 4 jilid.
  2. Bidang Hadis: al-Fa’iq fi Garib al-Hadis.
  3. Bidang Fiqih: al-Ra’id fi al-Faraid.
  4. Bidang Ilmu Bumi: al-Jibal wa al-Amkinah.
  5. Bidang Akhlaq: Mutasyabih Asma al-Ruwat, al-Kalim al-Nabawig fi al-Mawa’iz al-Nasa’ib al-Kibar al-Nasa’ib al-Sigar, Maqamat fi al-Mawa’iz, Kitab fi Manaqib al-Imam Abi Hanifah.
  6. Bidang sastra: Diwan Rasa’il, Diwan al-Tamsil, Tasliyat al-Darir.
  7. Bidang ilmu Nahwu: al-Namuzaj fi al-Nahw, Syarh al-Kitab Sibawaih, Syarh al-Mufassal fi al-Nahw.
  8. Bidang Bahasa: Asas al-Balaghah, Jawahir al-Lughah, al-Ajnas, Muqadimah al-Adab fi al-Lughah.[8]

C.     Tafsir Al-Kasysyaf ‘an Haqaiq Ghawamid at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuh at-Ta’wil
1.      Latar Belakang Penulisan Tafsir
            Al-Zamakhsyari menulis kitab tafsirnya yang berjudul al-Kasysyaf ‘an Haqaiq ghawamid at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Ta’wil bermula dari permintaan dari sekelompok orang yang disebut oleh az-Zamakhsyari dengan al-Fi’ah al-Najiyah al-‘Adliyah. Kelompok yang dimaksud yakni kelompok muktazilah.
 Zamakhsyari dalam tafsirnya menyebutkan bahwa yang selain Mu’tazilah (khususnya Asy’ariyah) adalah pembuat bid’ah, musuh-musuh Allah. Dia menafsirkan ayat untuk mendukung alirannya, bahkan menjelek-jelekkan aliran lain.[9]
            Berdasar desakan pengikut-pengikut Muktazilah di Makkah dan atas dorongan Abi al-Hasan ibn Hamzah ibn Wahhas, serta kesadaran dirinya sendiri, akhirnya az-Zamakhsyari berhasil menyelesaikan penulisan tafsirnya dalam waktu kurang lebih 30 bulan. Penulisan tafsir tersebut dimulai ketika ia berada di Makkah pada tahun 526 H dan selesai pada hari Senin 23 Rabiul Akhir 528 H.[10]          

2.      Sistematika Tafsir
            Tafsir al-Kasysyaf disusun berdasarkan  tartib mushafi yaitu berdasarkan urutan ayat dan surat dalam Mushaf al-Qur’ani. Terlebih dahulu az-Zamakhsyari menuliskan nama surat, tempat turunnya (Mekah atau Madinah), menjelaskan maknanya, menyebutkan nama-nama lain surat tersebut. Selanjutnya ke pembahasan mengenai bacaan dan bahasa yang mencakup nahw, sharf dan sebagainya, baru kemudian menafsirkannya dengan mengemukakan berbagai pemikiran rasional yang didukung dengan hujjah/argumentasi dan bantahan bagi pendapat yang berbeda.[11]

3.      Metode Tafsir
            Metode yang digunakan oleh al-Zamakhsyari dalam penafsirannya adalah metode tahlili yaitu meneliti makna kata-kata dan kalimat-kalimat dengan cermat. Ia juga menyingkap aspek munasabah yaitu hubungan ayat dengan ayat lainnya atau surat dengan surat lainnya.

4.      Corak Tafsir
            Tafsir al-Kasysyaf merupakan tafsir dengan corak ra’yu yang paling terkenal.[12]  Sebagian besar penafsirannya berorientasi pada rasio (ra’yu). Hal itu terlihat jelas dalam penafsirannya yang banyak menggunakan isyarat yang jauh dari makna ayat dalam rangka mendukung paham Mu’tazilah dan membantah para penentangnya.
            Tafsir al-Kasysyaf juga terkenal memiliki corak bahasa, dengan ditemukannya penafsiran seputar keindahan bahasa melalui pendekatan ilmu balaghah, bayan, adab, nahw dan sharaf. Hal itu tidak terlepas dari kehebatan az-Zamakhsyari dalam kedua bidang ilmu bahasa, yaitu ilmu ma’ani dan ilmu bayan.[13]

D.     Komentar Terhadap Tafsir
            Ibnu Khaldun mengatakan bahwa di antara tafsir yang paling baik dan paling mampu mengungkapkan makna al-Qur’an dengan pendekatan bahasa dan balaghah adalah tafsir al-Kasyysaf. Hanya saja penyusunnya bermadzhab muktazilah. Dengan balaghah beliau membela madzhabnya dalam menafsirkan al-Qur’an. 
            Menurut Ibnu Khaldun, kitab al-Kasysyaf karangan Zamakhsyari ini, di samping hadis hendaklah menjadi kitab pegangan bagi orang-orang yang akan menyusun tafsir dalam mendalami bahasa, i’rab dan balaghah. Untuk meningkatkan ilmu yang dipergunakan dalam menafsirkan al-Qur’an. Orang yang menulis kitab al-Kasysyaf ini adalah seorang ahli bahasa yang terpandai di Irak. Selain dari itu yang menyusun kitab ini berbau Muktazilah dalam segi akidah. Inilah yang dijadikan hujjah bagi madzhabnya yang telah rusak itu, karena dia menerangkan ayat-ayat al-Qur’an itu dengan pendekatan bahasa.[14]
            Ignaz Goldziher mengatakan bahwa tafsir al-Kasysyaf merupakan tafsir yang sangat baik yang terkait dengan  Muktazilah.[15]























                [1]Iyaziy menulis nama lengkap az-Zamakhsyari dengan Jar Allah Abu al-Qasim, Mahmud bin ‘Umar bin Muhammad bin Ahmad  az-Zamakhsyariy. Sedangkan nama lengkap kitabnya adalah al-Kasysyaf ‘an Haqa’iq Ghawamid at-Tanzil wa ‘Uyun al-‘Aqawil fi Wujuh at-Ta’wil. Al-Kasysyaf sudah diterbitkan berulang kali oleh berbagai penerbit, di antaranya Kalkuta: al-‘Allamah li al-Inkiliziy, 1276H/1857M.; Kairo: 1281H.; Kairo: 1308H.; Kairo: al-Istiqamah, 1953M. Lihat Muhammad ‘Ali Iyaziy, Al-Muafssirun Hayatuhum wa Manhajuhum  (Teheran: Muassasah at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wazarah ats-Tsaqafah wa al-Irsyad al-Islamiy, 1373), hlm. 573-574. 
                [2]M. Husain az-Dhahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassirun (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), hlm. 304. Lihat juga Mani’ ‘Abd Halim Mahmud, Manahij al-Mufassirin (Kairo: Dar al-Kitab alMisyriy, 1978), hlm. 105-110.         
                [3]Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an (Kairo: Maktabh al-Wahbah, t.th), hlm. 375.
                [4]Iyaziy, al-Mufassirun…, hlm. 574.
                [5]al-Qattan, Mabahits…, hlm. 375.
                [6]Al-Qatthan, Mabahits…, hlm. 358
                [7]Al-Qatthan, Mabahits…, hlm. 359
                [8]Muhammad Yusuf (dkk), Studi Kitab Tafsir: Munyuarakan Teks yang Bisu (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2004), hlm. 47. Lihat: Iyaziy, al-Mufassirun…, hlm. 575.
                [9] Ignaz Goldziher, Mazahib at-Tafsir al-Islami (Kairo: Maktabah as-Sunnah al-Muhammadiyah, 1955), hlm. 140-141.
                [10]Adz-Dzahabi, at-Tafsir…, hlm. 305-306. Lihat pula Iyaziy, al-Mufassirun…, hlm. 573.
                [11]Iyaziy, al-Mufassirun…, hlm. 578.
                [12]Al-Qaththan, Mabahits…, hlm. 376.
                [13]Al-Qaththan, Mabahits…, hlm. 358-359.
                [14]Adz-Dzahabi, at-Tafsir…, hlm. 310-311, Lihat pula Al-Qatthan, Mabahits…, hlm. 359. 
                [15]Ignaz Goldziher, Mazahib…, hlm. 140-141.

No comments:

Post a Comment