AL-KASYSYAF
‘AN HAQAIQ AL-TANZIL WA ‘UYUN AL-AQAWIL FI WUJUH AL-TA’WIL
KARYA AL-ZAMAKHSYARI
A. Pengenalan
Kitab
1.
Nama Kitab:
Al-Kasysyaf ‘an Haqa’iq Ghawamid at-Tanzil
wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuh at-Ta’wil. Lebih dikenal
dengan al-Kasysyaf.
2.
Nama Penulis:
Nama lengkap Abu al-Qasim Mahmud bin
Muhammad bin ‘Umar az-Zamakhsyari. Lebih
dikenal dengan nama az-Zamakhsyari (467H/1075M.- 538H/1144M.).[1]
3.
Penerbit: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah.
4.
Kota Penerbit: Beirut,
Lebanon
5.
Tahun Terbit: 1995M
6.
Jumlah Juz/Jilid: 4 Jilid
No
|
Juz/Jilid
|
Isi
|
Hlm
|
1
|
I
|
al-Fatihah - al-Maidah
|
569
|
2
|
II
|
al-An’am
- al-Anbiya’
|
587
|
3
|
III
|
al-Hajj - al-Hujurat
|
572
|
4
|
IV
|
Qaf - al-Nas
|
306
|
B. Biografi
al-Zamakhsyari (w. 538 H)
Nama
lengkap al-Zamakhsyari ialah Mahmud bin Muhammad bin ‘Umar al-Khawarizmi, al-Zamakhsyari.
Beliau lahir di Zamakhsyar, sebuah kota kecil di Khawarizmi pada hari rabu 27
Rajab 467 H./18 Maret 1075 M.[2]
Beliau
mulai belajar di negeri sendiri dari orang tuanya yang pandai dalam hal
qira’at, tulisan dan hafalan al-Qur’an, kemudian melanjutkan ke Bukhara untuk
belajar berbagai ilmu pengetahuan seperti Ushul Fiqh, Hadis, Tafsir, Tauhid,
Mantiq, Falsafah. Kemudian beliau pergi ke Naisabur, Khurasa, Isfahan dan
Mesir.
Dari
perjalanannya menuntut ilmu, beliau berguru kepada banyak ulama, di antaranya Mansyur
Abi Mudlar dalam bidang Adab,[3]
Mahmud bin Jarir al-Isfahaniy (w. 507H) dalam bidang Adab, ilmu I’rab, Ilmu
Kalam, Tauhid aliran Mu’tazilah. Beliau belajar pada Abu ‘Ali ad-Dlarir,
as-Sadid al-Khaiyyati dalam bidang Fiqh, al-Hakim al-Jasymiy az-Zaidiy
al-Mu’taziliy dan Rukn ad-Din Muhammad al-Ushuliy.[4]
Pada
tahun 502 H. beliau pergi ke Mekah dan menetap cukup lama sehingga memperoleh
julukan Jar Allah (Tetangga Allah). Dan di sana pula ia menulis
tafsirannya, al-Kasysyaf ‘an Haqa’iq at-Tanzil wa Uyanil Aqawil fi
Wujuh at Ta’wil.[5]
Beliau
dikenal sebagai yang berambisi memperoleh kedudukan di pemerintahan. Setelah
merasa tidak berhasil dan kecewa melihat orang-orang yang dari segi ilmu dan
akhlaq lebih rendah dari dirinya diberi jabatan-jabatan yang tinggi oleh
penguasa, sementara ia sendiri tidak mendapatkannya walaupun telah dipromosikan
oleh guru yang sangat dihormatinya, Abu Mudlar. Setidaknya ada dua kemungkinan
mengapa al-Zamakhsyari selalu gagal dalam mewujudkan keinginannya duduk di
pemerintahan. Kemungkinan pertama: kerena ia bukan saja dari ahli bahasa dan
sastra Arab saja, tetapi juga seorang tokoh Mu’tazilah yang sangat demonstratif
dalam menyebar-luaskan fahamnya, dan ini membawa dampak kurang disenangi oleh
beberapa kalangan yang tidak berafiliasi pada Mu’tazilah. Kedua: Mungkin juga
karena kurang didukung kondisi jasmaninya, beliau memiliki cacat fisik, yaitu
kehilangan satu kakinya semenjak kecil.
Beliau
membujang seumur hidup. Sebagian besar waktunya diabadikan untuk ilmu dan
menyebarluaskan faham yang dianutnya, seperti sering dilakukan kalangan
Mu’tazilah pendahulunya. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila penulis
biografinya mencatat kurang lebih 50 buah karya tulisannya yang mencaku
berbagai bidang. Sebagian karya al-Zamakhsyari ada yang masih dalam bentuk manuskrip.
Beliau wafat di Jurnaniyah, Khawarijmi, pada malam ‘Arafah tahun 538 H.
Beliau
seorang yang ahli dalam bahasa dan tata
bahasa Arab, sastra dan tafsir. Keahliannya dalam bahasa Arab diakui oleh para
ahli bahasa. Beliau menganut muktazilah dalam aqidah, bermadzhab Hanafi dan
fiqh. Untuk mendukung aqidah dan
madzhabnya, beliau mengarang tafsir al-Kasysyaf. Di dalam tafsirnya ini
terlihat jelas kepandaian az-Zamkhsyari. Beliau telah menghimpunkan dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an
untuk membantu Muktazilah dan menolak lawan-lawannya.[6]
Beliau telah
berhasil menyingkap tabir keindahan al-Qur’an dan balaghahnya yang menarik bila
ditinjau dari sudut ilmu balaghah, ilmu al-Bayan, sastra, nahwu dan sharaf.
Kitabnya ini menjadi rujukan oleh orang dalam bahasa. Beliau adalah orang yang
unggul dalam dua macam ilmu khusus al-Qur’an, yaitu ilmu ma’ani dan ilmu
bayan.[7]
Karya-karya
az-Zamakhsyari meliputi berbagai bidang, antara lain:
- Bidang tafsir: al-Kasysyaf ‘an Haqaiq al-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Ta’wil terdiri dari 4 jilid.
- Bidang Hadis: al-Fa’iq fi Garib al-Hadis.
- Bidang Fiqih: al-Ra’id fi al-Faraid.
- Bidang Ilmu Bumi: al-Jibal wa al-Amkinah.
- Bidang Akhlaq: Mutasyabih Asma al-Ruwat, al-Kalim al-Nabawig fi al-Mawa’iz al-Nasa’ib al-Kibar al-Nasa’ib al-Sigar, Maqamat fi al-Mawa’iz, Kitab fi Manaqib al-Imam Abi Hanifah.
- Bidang sastra: Diwan Rasa’il, Diwan al-Tamsil, Tasliyat al-Darir.
- Bidang ilmu Nahwu: al-Namuzaj fi al-Nahw, Syarh al-Kitab Sibawaih, Syarh al-Mufassal fi al-Nahw.
- Bidang Bahasa: Asas al-Balaghah, Jawahir al-Lughah, al-Ajnas, Muqadimah al-Adab fi al-Lughah.[8]
C.
Tafsir Al-Kasysyaf
‘an Haqaiq Ghawamid at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuh at-Ta’wil
1.
Latar Belakang
Penulisan Tafsir
Al-Zamakhsyari
menulis kitab tafsirnya yang berjudul al-Kasysyaf ‘an Haqaiq ghawamid at-Tanzil
wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Ta’wil bermula dari permintaan dari sekelompok
orang yang disebut oleh az-Zamakhsyari dengan al-Fi’ah al-Najiyah al-‘Adliyah.
Kelompok yang dimaksud yakni kelompok muktazilah.
Zamakhsyari dalam tafsirnya menyebutkan bahwa yang selain
Mu’tazilah (khususnya Asy’ariyah) adalah pembuat bid’ah, musuh-musuh Allah. Dia
menafsirkan ayat untuk mendukung alirannya, bahkan menjelek-jelekkan aliran
lain.[9]
Berdasar desakan pengikut-pengikut Muktazilah di Makkah dan atas dorongan Abi
al-Hasan ibn Hamzah ibn Wahhas, serta kesadaran dirinya sendiri, akhirnya az-Zamakhsyari
berhasil menyelesaikan penulisan tafsirnya dalam waktu kurang lebih 30 bulan.
Penulisan tafsir tersebut dimulai ketika ia berada di Makkah pada tahun 526 H
dan selesai pada hari Senin 23 Rabiul Akhir 528 H.[10]
2.
Sistematika
Tafsir
Tafsir al-Kasysyaf
disusun berdasarkan tartib mushafi
yaitu berdasarkan urutan ayat dan surat dalam Mushaf al-Qur’ani. Terlebih
dahulu az-Zamakhsyari menuliskan nama surat, tempat turunnya (Mekah atau
Madinah), menjelaskan maknanya, menyebutkan nama-nama lain surat tersebut. Selanjutnya
ke pembahasan mengenai bacaan dan bahasa yang mencakup nahw, sharf
dan sebagainya, baru kemudian menafsirkannya dengan mengemukakan berbagai pemikiran
rasional yang didukung dengan hujjah/argumentasi dan bantahan bagi pendapat
yang berbeda.[11]
3.
Metode Tafsir
Metode yang digunakan oleh al-Zamakhsyari dalam
penafsirannya adalah metode tahlili yaitu meneliti makna kata-kata dan
kalimat-kalimat dengan cermat. Ia juga menyingkap aspek munasabah yaitu
hubungan ayat dengan ayat lainnya atau surat dengan surat lainnya.
4.
Corak Tafsir
Tafsir
al-Kasysyaf merupakan tafsir dengan corak ra’yu yang paling terkenal.[12] Sebagian besar penafsirannya berorientasi
pada rasio (ra’yu). Hal itu terlihat jelas dalam penafsirannya yang
banyak menggunakan isyarat yang jauh dari makna ayat dalam rangka
mendukung paham Mu’tazilah dan membantah para penentangnya.
Tafsir
al-Kasysyaf juga terkenal memiliki corak bahasa, dengan ditemukannya penafsiran
seputar keindahan bahasa melalui pendekatan ilmu balaghah, bayan, adab, nahw
dan sharaf. Hal itu tidak terlepas dari kehebatan az-Zamakhsyari dalam kedua
bidang ilmu bahasa, yaitu ilmu ma’ani dan ilmu bayan.[13]
D.
Komentar Terhadap Tafsir
Ibnu
Khaldun mengatakan bahwa di antara tafsir yang paling baik dan paling mampu
mengungkapkan makna al-Qur’an dengan pendekatan bahasa dan balaghah
adalah tafsir al-Kasyysaf. Hanya saja penyusunnya bermadzhab muktazilah.
Dengan balaghah beliau membela madzhabnya dalam menafsirkan al-Qur’an.
Menurut
Ibnu Khaldun, kitab al-Kasysyaf karangan Zamakhsyari ini, di samping hadis
hendaklah menjadi kitab pegangan bagi orang-orang yang akan menyusun tafsir
dalam mendalami bahasa, i’rab dan balaghah. Untuk meningkatkan ilmu yang
dipergunakan dalam menafsirkan al-Qur’an. Orang yang menulis kitab al-Kasysyaf
ini adalah seorang ahli bahasa yang terpandai di Irak. Selain dari itu yang
menyusun kitab ini berbau Muktazilah dalam segi akidah. Inilah yang dijadikan
hujjah bagi madzhabnya yang telah rusak itu, karena dia menerangkan ayat-ayat
al-Qur’an itu dengan pendekatan bahasa.[14]
Ignaz
Goldziher mengatakan bahwa tafsir al-Kasysyaf merupakan tafsir yang sangat
baik yang terkait dengan Muktazilah.[15]
[1]Iyaziy
menulis nama lengkap az-Zamakhsyari dengan Jar Allah Abu al-Qasim, Mahmud bin
‘Umar bin Muhammad bin Ahmad az-Zamakhsyariy.
Sedangkan nama lengkap kitabnya adalah al-Kasysyaf ‘an Haqa’iq Ghawamid
at-Tanzil wa ‘Uyun al-‘Aqawil fi Wujuh at-Ta’wil. Al-Kasysyaf sudah
diterbitkan berulang kali oleh berbagai penerbit, di antaranya Kalkuta:
al-‘Allamah li al-Inkiliziy, 1276H/1857M.; Kairo: 1281H.; Kairo: 1308H.; Kairo:
al-Istiqamah, 1953M. Lihat Muhammad ‘Ali Iyaziy, Al-Muafssirun Hayatuhum wa
Manhajuhum (Teheran: Muassasah
at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wazarah ats-Tsaqafah wa al-Irsyad al-Islamiy, 1373),
hlm. 573-574.
No comments:
Post a Comment