Friday, May 20, 2016

Makalah Tafsir Indonesia tentang Tafsir Tarjuman Al Mustafid Karya Abdurrouf Al-Sinkili



I.                   PENDAHULUAN
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kepada kita Hidayah, Taufiq, dan Inayah-Nya yang tiada terkira, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Tafsir Indonesia yang berjudul “Tafsir Tarjuman Al Mustafid Karya Abdurrouf Al-Sinkili” dengan tepat waktu. Sholawat dan Salam semoga tercurahkan kepangkuan Baginda Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang ini.
Salah satu kajian keislaman zaman dahulu  yang ada di nusantara adalah penulisan tasfir al-Qur’an. Penulisan tafsir al-Qur’an itu juga dianggap sebagai warisan Intelektual Islam di nusantara. Sebagai generasi penerus hendaknya kita mengetahui dan mempelajari warisan itu, sehingga hal itu tidak hanya sekedar warisan melainkan dapat menambah khasanah pengetahuan kita.
Buku Tafsir Tarjuman al-Mustafid karya Abdur Rouf al-Sinkili merupakan buku tafsir pertama yang ditulis secara lengkap 30 jus. Jadi buku ini sangat penting untuk diketahui bagi generasi muda sebagai pewaris intelektual Islam di Nusabtara. Dan berdasarkan pernyataan diatas, pemakalah menulis makalah ini selain untuk tugas mata kuliah Tafsir Indonesia, juga sebagai salah satu bahan rujukan untuk memahami kajian tafsir nusantara. Terutama tentang kitab Tafsir Tarjuman al-Mustafid. Semoga bermanfaat.

II.                RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana deskripsi Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid?
2.      Bagaimana biografi Abdurrouf Al-Sinkili?
3.      Bagaimana penjelasan Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid?
4.      Bagaimana komentar para ulama’ mengenai Tafsir Tarjuman Al Mustafid?

III.             PEMBAHASAN
1.      Deskripsi Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid
Kitab tafsir Tarjuman al-Mustafid ditulis oleh ‘Abd al-Ra’uf  al-Sinkili (1615-1693 M) lengkap 30 juz.[1]
Tarjuman al-Mustafid karya ‘Abd al-Ra’uf al-Sinkili ini menurut banyak pengamat, merupakan terjemah dari Tafsir al-Baydlawi. Ilmuwan yang  berpendapat macam ini adalah Christian Snouck Hurgronje. Namun, Peter Riddle mempunyai pendapat lain. Menurutnya, Tarjuman al-Mustafid ini justru merupakan terjemah Tafsir Jalalayn, meskipun banyak merujuk pula Tafsir al-Baydlawi, Tafsir Khazin dan beberapa tafsir yang lain. Sebab Tafsir al-Baydlawi merupakan karya tafsir yang ekstensif dan rumit, sedangkan Tarjuman al-Mustafid sebagaimana Tafsir Jalalayn, modelnya singkat, jelas dan elementer.[2]

2.      Biografi Abdurrouf Al-Sinkili
Nama lengkap Abdurrauf Al-Sinkili adalah ‘Abd ar-Ra’uf bin ‘Ali al-Jawiyy al-Fansuriyy as-Sinkiliyy, selanjutnya akan disebut Abdurrauf,[3] ia adalah seorang melayu dari daerah Fansur, Sinkil, di wilayah Pantai Barat Laut Aceh.[4] Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi Rinkes setelah mengadakan kalkulasi ke belakang dari saat kembalinya dari Timur Tengah ke Aceh, menyimpulkan bahwa ia dilahirkan sekitar tahun 1615 M.[5]
Mengenai latar belakang keluarga al-Sinkili, dijelaskan oleh A. Hasjmi, nenek moyang al-Sinkili berasal dari Persia yang datang ke Kesultanan Samudra Pasai pada akhir abad ke-13 M. Mereka kemudian menetap di Fansur (Barus), sebuah kota pelabuhan tua yang penting di pantai Sumatra Barat, dan ayah al-Sinkili adalah kakak laki-laki dari Hamzah Fansuri.[6]
Latar pendidikannya, tampaknya Abdurrauf kecil telah belajar agama ditanah kelahirannya, baik dari ayahnya sendiri maupun dari para ulama setempat lainnya, hingga sekitar tahun 1642, ia mengembara untuk menambah pengetahuan agama ke tanah Arab.[7] Beliau gunakan sebaik-baiknya belajar ke Tanah Arab, sehingga beliau menguasai berbagai bidang ilmu seperti Ulum al-Qur’an, hadith, aqidah, fiqih, dll.[8]
Pengiktirafan terhadap kealiman al-Fansuri dibuktikan dengan pelantikan menjadi mufti Kerajaan Aceh Darussalam dengan gelaran “Qadi Malik al-Adil” pada tahun 1665 M yaitu selepas empat tahun beliau kembali daripada Tanah Arab. Beliau menyandang jabatan ini selama pemerintahan tiga ratu kerajaan Aceh Darussalam, yaitu Sultanah Sri Ratu Nurul Alam Naqiyatuddin (1675-1678 M), Sultanah Zakiyyatuddin Inayat Syah (1678-1688 M), dan Sri Ratu Kamalatuddin Syah (1688-1699 M).[9]
3.      Penjelasan Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid
a.      Sejarah Penulisan Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid
Sejarah penulisan kitab Tarjuman Al-Mustafid adalah untuk memenuhi keperluan umat Islam di negeri ini karena mereka tidak dapat memahami bahasa Arab. Terjemahan yang ditulis dalam bahasa Melayu berbentuk tulisan Arab Pegon.[10]
Tentang asal-usul rujukan dan mengapa kitab ini dinamakan Tarjuman al-Mustafid, Ismail Lubis memiliki analisis yang menarik. Menurutnya, karya ini sebenarnya lebih tepat dinamakan tafsir al-Qur’an dalam bahasa Melayu dengan menggunakan literatur Tafsir Al-Baidawiy dan Tafsir Jalalein. Hal ini dirasakan semakin tepat bila direnungkan makna dari nama yang diberikan oleh penulisnya, yaitu Tarjuman Al-Mustafid.[11]
b.      Bentuk Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid
Bentuk kitab Tarjuman Al-Mustafid hampir sama dengan dengan bentuk penafsiran kitab Al-Baidhawi, yaitu bentuk penafsiran al-ro’yu. Meskipun di katakan bahwa kitab Tarjuman Al-Mustafid merupakan terjemahan dari kitab Al-Baidhawi dan kitab Tafsir Jalalain, namun jika diteliti lebih dalam, kitab Tarjuman Al-Mustafid berbeda dengan kedua kitab tersebut meskipun keduanya memang menjadi referensi utama kitab Tarjuman Al-Mustafid. Ada beberapa ulama’ yang mengatakan bahwa kitab Tarjuman Al-Mustafid bukan terjemahan dari kitab Al-Baidhawi dan kitab Tafsir Jalalain. Hal itu didasarkan pada beberapa sebab, yaitu:
·         Abdurrouf Al-Sinkili banyak menggunakan kalimat “ kata Al-Baidhawi” “di dalam kitab Al-Baidhawi”. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa Abdurrouf Al-Sinkili menjadikan kitab Al-Badhawi sebagai referensi, bukan menterjemahkan kitab itu.
Terdapat perbedaan yang sangat mencolok. .hk. hal ini dibuktikan dengan Abdurrouf Al-Sinkili
c.       Metode (Manhaj) Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid
Tafsir Tarjuman Al Mustafid  menggunakan metode ringkas (ijmali), karena beliau dalam membuat tafsir ingin memudahkan orang yang mempelajari al-Qur’an.

d.      Corak Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid
Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid memiliki corak umum, maksudnya di dalam kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid tidak menekankan pada satu corak saja, seperti corak fikih, filsafal, tasawuf, maupun adab al ijtima’i. Dalam kitab Tarjuman Al Mustafid mencakup semua corak tersebut. Hal itu dikarenakan sang penulis, Abdurrouf Al-Sinkili menguasai berbagai ilmu keagamaan secara luas. Buktinya banyak karya yang telah di tulis oleh Abdurrouf Al-Sinkili, diantaranya : satu kitab yang berbicara tentang tafsir, dua kitab berbicara tentang hadis, tiga kitab berbicara tentang fiqh, dan banyak karya karya Abdurrouf Al-Sinkili yang berbicara tentang tasawuf. 

e.       Sistematik Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid
Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid karya Abdurrouf Al-Sinkili menggunakan sistematik mushafi, yaitu  sistem penafsiran menurut urutan surat di dalam Al-Qur’an. Beliau memulainya dengan Surat Al Fatihah dan diakhiri dengan Surat An Nas.
4.      Komentar Para Ulama Mengenai Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid
Ø  Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan tafsir Tarjuman Al-Mustafid adalah sangat mudah dipahami oleh orang karena menggunakan bahasa melayu Arab pegon.
Kekurangannya adalah
IV.             KESIMPULAN
V.                PENUTUP
Alhamdulillah makalah kami dapat selesai dengan tepat waktu, kami menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan baik tulisan, editan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami menunggu kritik dan sarannya yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah kami selanjutnya.


[1] Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi, (Yogyakarta: LkiS Printing Cemerlang, 2013), hal 42
[2] Ibid
[3] Oman Fathurahman, Tanbih Al Masyi Menyoal Wahdatul Wahdatul Wujud Kasus Abdurrauf Singkel di Aceh Abad 17, (Bandung: Mizan, 1999), hal 25
[4] Mohammad Masrur, Tafsir Al-Qur’an Pertama di Nusantara: Tarjuman Al-Mustafid Karya Abdur Rouf al-Sinkili, (Jurnal Wahana Akademika: Volume 7, Nomor 1, Pebruari 2005), hal 34
[5] Ibid
[6] Ibid
[7] Oman Fathurahman, Loc. Cit, hal 26-27
[8] Ahmad Baha’ bin Mokhtar & Muhammad Lukman bin Ibrahim, Ikhtilaf Qiraat Kitab Turjuman Al-Mustafid Oleh Syeikh Abd Rauf Al-Fansuri: Satu Sorotan, (International Journal on Quranic Research: Volume 2, Nomor 2, 2012), hal 111
[9] Ibidme
[10] Mohammad Masrur, Tafsir Al-Qur’an Pertama di Nusantara: Tarjuman Al-Mustafid Karya Abdur Rouf al-Sinkili, (Jurnal Wahana Akademika: Volume 7, Nomor 1, Pebruari 2005), hal 36
[11] Ibid

No comments:

Post a Comment