Setelah berakhirnya periode klasik Islam,
ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari
keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik
dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia
lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan,
kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan
politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan
Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode
klasik, ketika Islam mencapai masa sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur.
Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan
tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. Karena itu,
kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
PEMBAHASAN
Masuknya Islam Ke Spanyol
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun
711 M melalui jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal
dengan nama Iberia/ Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur
itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya
Andalusia.[1]
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah
menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari
dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di
zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan
ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah
al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman
al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki
Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke
daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan.
Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai
menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53
tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan)
sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai
Islam, dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan
kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gotik.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga
pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan
pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Tharik ibn Ziyad, dan Musa ibn
Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi
selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan
perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki
empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika
Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh
keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic
yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk
memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim
pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn
Ziyad.
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai
penaklukan Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata.
Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn
Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan
itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah
gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan
pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam pertempuran di
Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ seperti Cordova, Granada dan
Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu).[2] Kebudayaan islam
memasuki Eropa melalui beberapa jalan, antara lain melewati Andalusia. Ini
karena kaum muslimin telah menetap di negeri itu sekitar abad 8 abad lamanya.
Pada masa itu kebudayaan Islam di negeri itu mencapai puncak perkembangannya.
Kebudayaan Islam di Andalusia mengalami perkembangan yang pesat diberbagai
pusatnya, misalnya Cordova, Sevilla, Granada, dan Toledo.[3]
Kemenangan pertama yang dicapai oleh
Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi.
Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol,
termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul
pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan
sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan.
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai
pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar
jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu
tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternalnya antara lain pada masa
penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi
negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Begitu juga dengan adanya
perebutan kekuasaan di antara elite pemerintahan, adanya konflik umat beragama
yang menghancurkan kerukunan dan toleransi di antara mereka.[4] Kondisi terburuk
terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir yang dikalahkan
Islam. Awal kehancuran Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota
negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi
penguasa atas wilayah Toledo diberhentikan begitu saja.
Hal yang menguntungkan tentara Islam lainnya
adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak
lagi mempunyai semangat perang. Selain itu orang Yahudi yang selama ini
tertekan juga telah mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi
perjuangan kaum Muslimin.
Adapun faktor internalnya yaitu suatu kondisi
yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit
Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para
pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh
percaya diri. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam
pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran
Islam di sana.
[1] Perpustakaan
Nasional : Katalog Dalam Terbitan(KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1996
[2] Dr.
Badri Yatim, M.A. Sejarah Peradaban Islam. PT: Gravindo
Persada : 2003, hlm. 89
[3] Abdul
Mun’im Majid. Sejarah Kebudayaan Islam. Pustaka : 1997 hlm. 182
[4] Katalog
Dalam Terbitan (KDT). Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebuidayaan Islam.
Logos Wacana Ilmu Jakarta 1996
No comments:
Post a Comment