BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Akal adalah
instrumen penting dalam ilmu pengetahuan sebagai karunia dan anugerah Allah swt. kepada manusia
agar dapat memahami dirinya dan alam sekitarnya. Dengan akal juga dapat
mengkaji dan mengerti hukum alam dan rahasia yang tersimpan didalamnya. Bahkan hukum
dan rahasia alam semesta itu sendiri menjadi saksi dan bukti kebenaran yang
menunjukan eksistensi dan keagungan Allah swt.
Dalam proses mencari ilmu pengetahuan. Akal juga bisa dipengaruhi
oleh lingkungan, latar belakang keagamaan dan budaya. Karena itulah akal
menjadi jauh dan menyimpang dari kebenaran. Akal juga bisa terpesona dengan
perbuatan yang tidak baik yang dianggapnya sebagai perbuatan baik.
Akal hanya mengetahui permukaan sesuatu. Sementara ia tidak
mengetahui hakikat sesuatu itu sendiri. Akal memang banyak tahu tentang
masalah-masalah yang berkaitan dengan material atau benda-benda mati, akan
tetapi ia justru tidak mengetahui tentang hakikat manusia. Oleh karena itu
sebagian tokoh ilmuwan menegaskan “manusia adalah mahluk yang penuh dengan
misteri”
Ketika akal memasuki wilayah metafisika, maka ia hanya ibarat tamu
yang memasuki rumah yang bukan miliknya. Saat itu akal seperti menelusuri jalan
yang mungkin mengetahui permulaannya, tetapi tidak mengerti ujung jalannya. ketika
ia mencoba untuk memasuki persoalan-persoalan tersebut secara mendetail,
langkah akal terseok dan tergelincir. Saat itu ia dapat mencampur adukan
hakikat dengan mitos dan menutupi ilmu dengan kebodohan.
Imam muhammad abduh[1]
mengatakan ketika akal melalui persimpangan jalan penuh dengan jebakan-jebakan
dan asing untuk dijangkau, maka akal memerlukan penolong yang dapat
membimbingnya kejalan yang benar. Pembimbing ini akan mengajarkan kepadanya
apa-apa yang masih belum ia ketahui dan membawanya keluar dari gelapnya
kebingungan dan kontradiksi. Pembimbing itu akan memberikan perasaan damai
kepada apa yang telah dicapai oleh akal, sehingga ia dapat memiliki cahaya
diatas cahaya.
Pembimbing akal ini adalah wahyu illahi. Wahyu itu diturunkan oleh
Allah kepada para Rasul-Nya. Wahyu tersebut berupa risalah penutup yang
terdapat dalam alqur’an, wahyu terakhir yang menjadi petunjuk umat manusia, dan
berupa sunnah Nabi yang menjelaskan dan menguraikan kandungan Al-Qur’an.
RUMUSAN MASALAH
Apakah watak orang tua dan leluhur menurun pada generasi
selanjutnya ?
BAB II
PEMBAHASAN
Diriwayatkan oleh
Imam Ibnu Majah dan Ad-Dailami, dari Rasulullah saw, beliau bersabda:
انظر فى اي نصاب تضع ولدك فان العرق دساس
Artinya:”perhatikan dipangkal mana kau letakan anakmu, sebab
karakter dan watak orang tua menurun pada anaknya.”
Hadits tersebut
adalah saran untuk menanyakan ihwal nasab (asal usul) calon mempelai dari
beberapa pilihan saran yang ada. Sebab karakter dan watak orangtua menurun pada
anaknya. Hadits tersebut menegaskan bahwa kebaikan memilih pasangan tidak
terbatas pada masing-masing pasangan dengan pasangannya tetapi melebar pada
keluarganya.
Hal ini
dikarenakan ketentuan hukum genetik memberikan porsi turunan bagi janin dari
karakter-karakter bapak dan leluhur (pendahulunya) serta dari karakter-karakter
ibu dan leluhur (pendahulunya).
Didalam sains
dijelaskan bahwa karakter-karakter genetik diangkut didalam inti sel dalam
bentuk molekul-molekul lembut yang dikenal dengan nama “kromosom” (pewarna)
dimana kromosom memiliki kemampuan memberikan pewarnaan melebihi bagian-bagian
sel lainnya.
Jumlah kromosom di
dalam inti sel hidup di tentukan oleh masing-masing spesies makhluk hidup. Pada
manusia jumlah kromosom yang ada didalam setiap sel tubuh berjumlah 46 yang
tersusun dalam 23 pasang, kecuali sel-sel reproduksi (reproductive or germ
cell) misalnya spermatozoa (sperma jantan) dan ovum (sperma betina) yang
masing-masing hanya mengandung separuh dari jumlah diatas (yaitu 23 kromosom
saja). Jika keduanya (spermatozoa dan ovum) bertemu dan terjadi proses
pembuahan, maka jumlah definitif kromosom pada manusia akan sempurna (genap 46)
di dalam nutfah amsyaj (campuran sperma) yang terbentuk dari proses
pembuahan dan dikenal dengan istilah zigot. Dan ini merupakan fase pertama
kehidupan janin.
Zigot menampung
karakter-karakter ayah dan leluhurnya serta karakter-karakter ibu dan
leluhurnya. Sehingga janin yang dihasilkannya pun memiliki kadar kemiripan dan
perbedaan dengan kedua orang tuanya dan leluhur-leluhurnya. Jika leluhur salah
satu orangtua ada yang memiliki karakter-karakter buruk atau penyakit-penyakit
keji, maka kemungkinan penularan karakter-karakter buruk atau penyakit tersebut
pada janin sangat terbuka.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hadits Rasulullah
saw. yang telah disebutkan diatas jauh mendahului seluruh pengetahuan positif
bidang ilmu kedokteran dan biologi yang baru menemukan hukum-hukum genetika
dalam bentuk awalnya pada tahun-tahun terakhir abad ke-19 (temuan Mendel tahun
1865-1869) dan baru mengkristal secara ilmiah pada abad ke-20 (temuan Morgan
1912-1926). Selisih waktu yang panjang ini (lebih dari 12 abad) tidak mungkin
ditafsirkan kecuali mengakui kerasulan nabi Muhammad saw. sang penutup para
nabi dan rasul dan statusnya sebagai manusia yang tersambung dengan wahyu
langit.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qardhawy, Dr. Yusuf, As-Sunnah sebagai sumber IPTEK dan
Peradaban, jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998.
Zaghlul An-Najjar,
sains dalam hadis, Cet. 1, jakarta: Amzah, 2011.
[1] Hajat Al-Basyar ila Al-Risalah, dalam kitab At-tauhid, Muhammad
Abduh dengan komentar dari Rasyid Ridho.
No comments:
Post a Comment