BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kerasulan merupakan akidah kedua setelah tauhid. Seperti halnya
dengan tauhid (pengesaan Allah) yang merupakan prinsip agama dalam aspek akidah,
maka kerasulan prinsip yang sama dalam aspek kepatuhan. Rasul secara bahasa
berarti berasal dari kata rosala-yarsulu yang berati utusan. Sedang
menurut istilah rasul berati orang yang menyampaikan risalah Tuhan kepada umat
manusia dan memberi petunjuk kepada mereka menuju jalan yang lurus (ash-shiratul
mustaqim) dengan izin-Nya.
Sebagai utusan-Nya mereka dipilih dan diistimewakan dengan ilham ilahi
untuk membedakan dari haq dan yang
batil. Kemudian yang menunjukan manusia menuju jalan yang lurus dalam
konsepsi dan amal perbuatan, dalam hal ini Allah SWT berfirman:
“Dan
jiwa serta penyempurna ciptaan-Nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
jalan ke fasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
menyucikan itu, dan merugilah orang yang mengotorinya”. (QS.Asy-Syams,
91:7-10).
B.
Rumusan Masalah
Dari pembahasan di atas, dalam makalah ini kita akan mempelajari
segala sesuatu yang berhubungan dengan kerasulan.
1.
Apa pengertian iman
kepada rasul-rasul Allah ?
2.
Apa sajakah sifat-sifat
rasul itu ?
3.
Apa perbedaan
antara rasul dengan pemimpin pada umumnya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman Kepada Rasul-Rasul Allah
Yang dimaksud dengan iman kepada rasul ialah mempercayai bahwa Allah
SWT telah mengutus utusan-Nya kemuka bumi ini untuk menunjukkan jalan yang
lurus dan diridhoi oleh Allah SWT kepada umat manusia. Mengenai utusan Allah
itu ada nabi dan rasul. Terdapat sedikit perbedaan antara nabi dan rasul, yaitu
: Nabi ialah seseorang yang merdeka, yang mendapatkan wahyu dari Allah untuk
diamalkan sendiri. Sedang rasul ialah seseorang laki-laki yang merdeka, yang
mendapatkan wahyu dari Allah untuk diamalkan sendiri dan disampaikan kepada
umatnya. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiyaa’:7 yang
artinya :
“Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu
(Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada
mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu
tiada mengetahui.”
Jelas kini bahwa tidak ada seorang rasul yang perempuan. Semuanya
laki-laki. Mengenai jumlah nabi dan rasul tidak ada yang mengetahui secara
pasti, meskipun ada seorang ulama y ang mengatakan jumlah seluruh nabi ada
124.000 (seratus dua puluh empat ribu) orang, sedang jumlah seluruh rasul ada
313 (tiga ratus tiga) orang. Tetapi mengenai kebenarannya, hanya Allah-lah yang
mengetahuinya.[1]
Adapun yang wajib diketahui oleh setiap muslim hanyalah 25 rasul dari 313
rasul.
Sekali lagi, yang mengetahui jumlah pasti nabi dan rasul hanya
Allah SWT. Namun, orang mukmin wajib mempercayai bahwa sebenarnya jumlah nabi
itu ada banyak. Hanya saja ada yang diceritakan, dan ada pula yang tidak,
sebagaimana firman Allah sebagai berikut ini :
“Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang
sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul
yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara
kepada Musa dengan langsung” (QS.An-Nisa’:164)
Dari dua puluh
lima rasul yang wajib diketahui,
terdapat beberapa rasul yang disebut ulul azmi, artinya
rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati yang sangat mengagumkan, tabah luar
biasa, kesabarannya tidak ada batasnya, meski mereka harus berhadapan dengan berbagai
celaan hinaan, dan tantangan yang sangat menyakitkan, namun mereka tetap teguh
dan tegar, serta senantiasa bertawakal dalam
menyampaikan aqidah kepada umatnya. Sedang siapa saja yang termasuk rasul
ulul azmi itu adalah sebagaimana yang telah dipaparkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab:7
yang artinya :
“ Dan (ingatlah)
ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari
Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka
Perjanjian yang teguh.”
B. Sifat-Sifat Bagi Rasul
Setiap para nabi atau
rasul memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz. Sifat wajib bagi rasul artinya
sifat yang seharusnya dimiliki oleh para nabi dan rasul. Berikut 4 sifat
wajib bagi nabi dan rasul :
- Siddiq. Artinya benar dalam segala ucapan dan tingkah lakunya. Sifat Rasul ini berarti menerjemahkan, bahwa Rasul tidak pernah berbohong.
- Amanah. Artinya bisa dipercaya. Rasul adalah utusan Allah yang diberi amanah untuk menuntun umatnya kejalan yang benar.
- Tabligh. Artinya menyampaikan. Pada diri seorang Rasul memiliki sifat ini, yaitu menampaikan semua yang diwahyukan Allah kepada umatnya.
- Fatanah. Artinya adalah pintar, cerdas. Seorang Rasul memiliki kecerdasan yang bisa digunakan untuk menyebarkan agama Allah.
Sedangkan sifat
mustahil artinya, para nabi dan rasul mustahil memiliki sifat tersebut atau
tidak memiliki sifat tersebut. Berikut adalah sifat yang mustahil bagi nabi dan
rasul :
- Khidib. Artinya dusta. Seorang Rasul tidak pernah berdusta atau berbohong.
- Khianat. Artinya curang.
- Kitman. Artinya Tdak menyampaikan atau selalu menyembunyikan.
- Baladah. Artinya bodoh.
Para nabi dan rasul pun
memiliki sifat jaiz, artinya para nabi dan rasul memiliki sifat seperti hal nya
manusia lain ( A’radhul Basyariyah ) seperti makan, minum, tidur, sakit,
dan masih banyak yang lainnya.[2] Begitu
pula dalam hal pekerjaan ataupun yang lainnya, mereka juga sama dengan manusia
biasa. Yang membedakan dengan manusia biasa hanyalah kedelapan sifat yang telah
dipaparkan di atas. Dan juga, mustahil
bagi para rasul itu dihinggapi penyakit yang dapat menghilangkan atau
menurunkan martabat kerasulannya, misalnya gila, tuli, bisu, dan berbagai jenis
penyakit yang lainnya.[3]
C. Perbedaan Antara Rasul dengan Pemimpin pada Umumnya
Diantara hal yang tidak bisa diragukan kebenarannya adalah bahwa
manusia disepanjang waktu selamanya mengakui kebutuhan mereka terhadap orang
yang memberikan petunjuk kepadanya dari luar dirinya, dan ia sama sekali tidak pernah berani mengklaim
bahwa petunjuk yang ada pada dirinya sendiri mampu membebaskannya dari
kebutuhan terhadap pemberi petunjuk yang datang dari luar dirinya. Itulah
sebabnya fungsi hidayah dan petunjuk dipercayakan kepada orang tua, kepala
suku, ulama, tokoh agama, tokoh politik, dan orang-orang yang berdasar
intelektualitas dan pengalamannya dianggap mampu menegakkan kepemimpinannya.
Yang membedakan antara seorang rasul dengan para pemimpin dan
orang-orang shaleh itu dan yang menunjukkan kelebihan atas mereka adalah
“ilmu”. Ilmu yang diterima seorang rasul itu dari Allah SWT yang dengan itu ia
memberi petunjuk kepada manusia kepada jalan yang lurus. Sedang para pemimpin
dan orang-orang shaleh itu tidak meilki ilmu semacam itu, tetapi mereka
membangun pandangan-pandangan atas asas dugaan semata, dengan melihat lingkup
permasalahan yang ada. Pandangan-pandangan merekapun tidak mungkin terbebas
dari kekurangan-kekurangan berupa hawa nafsu. Lantaran itulah maka
akidah-akidah yang mereka tegakkan, undang-undang yang mereka ciptakan dan
metodologi ilmiyah yang mereka gariskan itu tidak selamanya benar dan terbebas
dari kekeliruan. Tentang hakekat ini Al-Qur’an dalam banyak ayat telah
memberikan isyarat, antara lain :
“Itu tidak lain hanyalah Nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya;
Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. mereka tidak
lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa
nafsu mereka dan Sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan
mereka.”(QS.An-Najm,53:23)
“Dan mereka tidak mempunyai sesuatu
pengetahuanpun tentang itu. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan
sedang Sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap
kebenaran.”(QS.An-Najm,53:28)
Berbeda dengan itu, seorang rasul diberi ilmu hikmah dan pemikiran
oleh Allah SWT. Ia memberi petunjuk kepada manusia tidak atas dasar dugaan dan
keinginan hawa nafsunya, tetapi mereka memberi petunjuk menuju jalan yang
lurus, yang bisa dilihatnya secara jelas dengan cahaya ilmu yang diterimanya
dari Allah SWT. Karena itu, ketika Al-Qur’an menuturkan dalam ayatnya tentang
pemberian kehormatan yang dianugerahkan Allah kepada salah seorang diantara
makhluk-Nya berupa kenabian dan kerasulan, menyatakan bahwa Allah telah
menberinya ilmu dan hikmah. Dalam hal ini Al-Qur’an menuturkan dalam beberapa
ayat sebagai berikut :
“Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu
pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah Aku, niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.” (QS.Mariyam,19:43)
“Dan kepada Luth, Kami telah berikan Hikmah
dan ilmu, dan telah Kami selamatkan Dia dari (azab yang telah menimpa penduduk)
kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang
jahat lagi fasik.”(QS.Al-Anbiya’,21:74)
“Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan ke-
padanya Hikmah (kenabian) dan pengetahuan. dan Demikianlah Kami memberi Balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik.”(QS.Al-Qashash,28:14)
Jadi, seorang rasul memiliki
keistimewaan yang tidak dimiliki para pemimpin pada umumnya.[4]
Mereka diberi hikmah dan ilmu pengetahuan yang tidak diberikan kepada yang
lainnya. Hal tersebutlah yang membedakan dengan manusia yang lain.
BAB III
KESIMPULAN DAN
PENUTUP
Dari penjelasan
di atas, kami menyimpulkan bahwa iman kepada rasul ialah mempercayai bahwa
Allah SWT telah mengutus utusan-Nya ke muka bumi ini untuk menunjukan kepada
jalan yang lurus. Utusan-Nya tersebut ialah nabi dan rasul. Mengenai jumlahnya
tidak ada yang mengetahui secara pasti, tetapi yang wajib kita ketahui hanyalah
25 orang saja. Diantara ke-25 rasul tersebut, terdapat 5 rasul yang disebut
rasul ulul azmi.
Seorang nabi
dan rosul itu memiliki 4 sifat wajib, 4 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz. Adapun
sifat wajibnya adalah siddiq, amanah, tabligh, dan fatonah.
Sedangkan sifat mustahilnya ialah khidib, khianat, kitman dan baladah.
Dan yang terahir ialah sifat jaiznya yaitu A’radhul Basyariyah (sama seperti manusia biasa).
Adapun yang membedakan
antara nabi dan rasul dengan para pemimpin pada umumnya ialah ilmu pengetahuan
dan hikmah yang diberikan oleh Allah, yang hal tersebut tidak dimiliki oleh
para pemimpin pada umumnya.
Demikianlah makalah ini
kami buat. Apabila terdapat kesalahan tekstual maupun kontekstual kami mohon
maaf. Serta kami juga mohon keritik dan saran dari teman-teman sekalin
sehubungan dengan makalah kami ini. Karena saran dan keritik dari teman-teman
akan sangat membantu dalam pembuatan makalah-makalah kami yang selanjutnya.
Atas partisipasi dari teman-teman, kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Maududi, Abul A’la. Dasar-Dasar
Iman. Bandung : Pustaka Insitut Teknik Bandung (ITB). 2006
Zainuddin. Ilmu Tauhid
Lengkap. Jakarta: Erlangga. 1996
http//sifat-sifat bagi rasul.html diakses
tgl 25/10/2013 pkl 15:30
No comments:
Post a Comment