BAB
I
PENDAHULAN
A.
Latar Belakang
Sudah
seyogyanya, penulisan tentang sejarah dan kebudayaan Islam oleh ahli-ahli
sejarah Barat maupun Timur diawali dengan uraian tentang sejarah bangsa Arab
pra-Islam. Hal ini memang terasa sangat relevan, mengingat negeri dan bangsa
Arab adalah yang pertama kali mengenal dan menerima Islam. Adalah suatu fakta
bahwa agama Islam di turunkan di Jazirah Arab, karena itu sudah barang tentu
bangsa Arablah yang pertama kali mendengar, menghayati dan mengenal Islam.
Sebab
itu terasa penting untuk mengetahui keadaan masyarakat Arab pra-Islam itu bagi
penelaahan sejarah kebudayaan Islam dalam hal ini adalah sejarah kelahiran
Islam dan kondisi masyarakat Arab pra-Islam, yang lazim disebut “zaman
jahiliyyah”.
Sejarah
perkembangan masyarakat bangsa Arab dalam kenyataannya tidak dapat dilepaskan
dari sejarah perkembangan Islam. Bangsa Arab adalah suatu bangsa yang diasuh
dan dibesarkan oleh Islam; dan sebaliknya Islam didukung dan dikembangluaskan
oleh bangsa Arab
Konteks
kenyataan inilah yang menarik untuk mengetahui keadaan bangsa Arab pra-Islam
itu yang berkaitan dengan aspek-aspek perjalanan sejarah mereka, seperti
asal-usul, cara hidup penduduk, jenis-jenis bangsa Arab, agama dan kepercayaan,
adat-istiadat, dll.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
kondisi masyarakat saat itu sebelum datangnya islam ?
2.
Bagaimana
proses perjuangan Nabi ketika menyebarkan islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Masyarakat Saat Itu Sebelum Datangnya Islam
1. Masyarakat Arab jahiliyah
Masyarakat Arab,
sebelum kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, dikenal dengan sebutan jahiliyah.
Jika merujuk pada arti kata jahiliyah (yang berasal dari bahasa Arab dari
kata jahala yang berarti bodoh), maka secara harfiyah bisa
disimpulkan bahwa masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang bodoh. Jahiliyyah
biasanya dikaitkan dengan masa sebelum Rasulullah SAW lahir. Sesungguhnya kata
Jahiliyyah sendiri adalah mashdar shina’iy yang berarti penyandaran
sesuatu kepada kebodohan. Kebodohan menurut Manna’ Khalil al-Qathtan ada tiga 3
makna, yaitu:
·
Tidak
adanya ilmu pengetahuan (makna asal).
·
Meyakini
sesuatu secara salah
·
Mengerjakan
sesuatu dengan menyalahi aturan atau tidak mengerjakan yang seharusnya dia
kerjakan.
Sebutan
jahiliyah ini perlu mendapat penjelasan lebih lanjut, sebab dari situlah akan
terbangun pola kontruksi terhadap masyarakat Arab masa itu, yang di dalamnya
adalah juga nenek moyang Nabi Muhammad SAW dan sekaligus cikal-bakal masyarakat
Islam. Jika masyarakat jahiliyah kita artikan sebagai masyarakat bodoh dalam
pengertian primitif yang tak mengenal pengetahuan atau budaya; tentu sulit
dipertanggungjawabkan, karena berdasarkan data sejarah, masyarakat Arab waktu
itu juga telah memiliki nilai-nilai peradaban sesederhana pun peradaban itu.
Seorang pujangga Arab Syiria, Jarji Zaidan, membagi masa jahiliyah kepada dua
masa yakni:
1.
Arab
Jahiliyyah pertama (Al Arabul Jahilliyatul Ula) yaitu zaman sebelum sejarah
sampai abad lima masehi
2. Arab Jahiliyah kedua (Al Arabul
Jahiliyatus Tsaniyah) yaitu dari abad kelima masehi sampai lahir Islam.[1]
2.
Agama bangsa Arab pra-Islam
Masyarakat Mekkah jahiliyah dulu
menyembah patung (berhala). Tiga patung Tuhan yang terkenal di Mekkah adalah Manat, al-lat dan al-Uzza. Tor
Andrea berkata, “Persembahan buat ketiganya sudah berlangsung lama”. Dengan
menilik namanya, Manat yang dipuja oleh suku Hudhail yang suka perang
dan mengarang puisi yang tinggal di Selatan Mekkah nampaknya menjadi model Dewa
Perempuan yang menentukan nasib dan keberuntungan. Ia menyerupai dewa Yunani Tyehe
Soteria, yaitu salah sdatu anak perempuan Zeus. Pembebas dan
penolong manusia di laut dalam peperangan dan dalam pertemuan umum.[2]
Patung Tuhan lain, Al-Lat telah
dikenal pada masa Heroditas, yang menamainya Al-ilat. Sebenarnya Al-Lat
bermakna “Dewi”. Dalam prasasti Nabatean, “ibu dari para dewa “ juga disebut Al-Lat.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa dalam sejarah Arab Al-Lat mempunyai
kedudukan sebagai dewi Semit dari garis ibu, Kesuburan dan langit terutama di
kawasan Semit Barat. Jadi, jelas bahwa Tuhan-tuhan ini tidak mungkin berasal
dari Mekkah tetapi impor dari Utara. Patung Tuhan yang ketiga, Al-Uzza
pada masa Nabi adalah yang paling sering disembah diantara ketiganya. Nama “Uzza”
berarti “perkasa” atau “terhormat”. Tempat pemujaan Al-Uzza berada di Nakla, beberapa
mil disebelah utara Mekkah. Waqidi menceritakan kepada kita bahwa pada tahun
kedelapan setelah Hijrah, MUHAMMAD mengutus Khalid sang pemberani dengan
diiringi 30 pasukan berkuda untuk
menghancurkan tempat tersebut. Ketika ia sedang menebang pohon aksia yang
menutupi patung itu, seorang wanita kulit hitam tanpa busana dengan rambut
tergulung mendekatinya, dan pendetanya yang berada didekatnya berteriak “Jangan
takut Uzza pertahankan dirimu”. Pertama-tama Khalid merasa takut tetapi
kemudian ia memberanikan diri dan dengan sekali tebasan pandangnya ia memenggal
kepala Uzza.[3]
Dari penjelasan di atas kita ketahui
bahwa ketiga Tuhan itu adalah perempuan dan ketiganya dikaitkan dengan ritus
kesuburan tanah atau pemujaa ibu yang berasal dari wilayah Utara atau
negara-negra Mediterranian, sementara di Mekah sebagaimana yang kita ketahui
sistem Patriarki lebih menonjol sehingga sistem matrinial secara struktural
tidak menjadi bagian dari masyarakat.
Al-Quran mengakui adanya sistem patriarki tersebut dan mengkritik tuhan-tuhan
perempuan, “bagaimana mereka bisa mengatakan Dia mempunyai anak, dan Allah itu
perempuan? Sunggguh itu adalah perkataan
yang keliru”. Sebagaimana yang telah kita lihat di mekkah sistem patriarki
lebih menonjol dan hal ini telah berlangsung sejak dulu. Dalam masyarakat seperti
ini dimana superioritas laki-laki telah berlangsung lama. Tuhan-tuhan ini tak
mungkin dipuja dalam upacara meminta kesuburan. Satu-satunya kesimpulan yang
bisa dikemukakan adalah bahwa tuhan-tuhan itu berasal dari daerah yang disitu pertanian menonjol
yaitu kawasan subur di Utara.
B.
Perjuangan Nabi dalam Menyebarkan Agama Islam
1.
Secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan
Pada periode ini, tiga tahun pertama,
dakwah islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan
dakwah islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu
Khadijah, yang menerima dakwah beliau, lalu Zaid, bekas budak beliau. Di
samping itu, juga banyak orang yang masuk islam dengan perantaraan Abu Bakar
yang terkenal dengan julukan Assabiqunal awwalun (orang-orang yang
terlebih dahulu masuk islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair binAwwan,
Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu
Ubaidillah bin Jarrah dan Al-Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya di jadikan markas
untuk berdakwah (rumah Arqam).[4]
Setelah
tiga tahun melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi, beliau akhirnya melakukan
dakwah secara terang-terangan. Karena beliau mendapat perintah dari Allah dalam
Q.S. al-Hijr: 94-95, yang artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik”.
Dakwah yang dilakukan beliau tidak
mudah, karena mendapat tantangan dari kaum kafir Quraiys. Hal tersebut timbul
karena beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
·
Mereka tidak dapat membedakan antara
kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Nabi Muhammad
berarti tunduk kepada kepemimpinan BaniAbdul Mutholib
·
NabiMuhammad menyerukan persamaan
hak antara bangsawan dan hamba sahaya
·
Para pemimpin Quraisy tidak mau
percaya atau pun mengakui serta tidak menerima ajaran tentang kebangkitan
kembali dan pembalasan di akhirat
·
Taklid kepada nenek moyang adalah
kebiasaan yang berurat akar pada bangsa arab, sehingga sangat berat bagi mereka
untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama islam
·
Pemahat dan penjual patung memandang
islam sebagai penghalang rezki.[5]
3.
Beberapa upaya yang dilakukan kaum Quraisy dalam menggagalkan dakwah Nabi
Dengan masuk islamnya Hamzah (salah
satu paman NabiMuhammad) merupakan titik klimaks bahaya yang dirasakan oleh
pihak Quraisy. ’Utbabin Rabi’a mengajukan beberapa tawaran kepada Muhammad,
namun beliau menolaknya dengan Q.S. Fussilat : 1-5, yang artinya : “Haa Miim.
Diturunkan dari tuhan yang maha pemurah lagi maha penyayang. Kitab yang
dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasaArab, untuk kaum yang
mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi
kebanyakan mereka berpaling (darinya) maka mereka tidak (kamu) mendengarkan.
Meraka berkata, ‘Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu
seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan diantara kami dan kamu
ada dinding, bekerjalah kamu; sesungguhnya kamu bekerja (Pula)”.[6]
Banyak cara dan upaya yang ditempuh para
pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah nabi Muhammad, namun selalu gagal, baik
secara diplomatic dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan secara fisik. Puncak dari
segala cara itu adalah dengan diberlakukannya pemboikotan terhadap Bani Hasyim
yang merupakan tempat Nabi Muhammad saw berlindung. Pemboikotan ini berlangsung
selama tiga tahun, dan merupakan tindakan yang paling melemahkan umat islam
pada saat itu. Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum Quroisy menyadari
bahwa apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan.[7]
Tekanan dari orang-orang kafir
semakin keras terhadap gerakan dakwah Nabi Muhammad saw, terlebih setelah
meninggalnya dua orang yang selalu melindungi dan menyokong Nabi Muhammad dari
orang-orang kafir yaitu paman beliau, Abu Tholib, dan istri tercinta beliau,
Khodijah. Peristiwaitu terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Tahun ini
merupakan tahun kesedian bagi Nabi Muhammad saw. Sehingga dinamakan Amul
Khuzn.
4. Hijrah Nabi
Di mekah dakwah NabiMuhammad saw
Mendapat rintangan dan tekanan, pada akhirnya Nabi memutuskan untuk berdakwah
di luar mekah. Namun, di Thaif beliau dicaci dan dilempari batu sampai beliau
terluka. Hal ini semua hampir menyebabkan Nabi Muhammad saw. Putus asa,
sehingga untuk menguatkan hati beliau, Allah mengutus dan mengisra’ dan
memi’rajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang isyra’ dan
mi’raj ini menggemparkan masyarakat makkah. Bagi orang kafir, peristiwa ini dijadikan
bahan propaganda untuk mendustakan Nabi Muhammad saw. Sedangakan bagi orang
yang beriman ini merupakan ujian keimanan.
Setelah peristiwa isra’ dan mi’raj,
suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam terjadi, yaitu dengan
datangnya jumlah penduduk Yastrib (Madinah) untuk berhaji ke Mekah. Mereka
berdiri dari dua suku yang saling bermusuhan, yaitu suku Ausdan Khazraj yang
masuk islam dalam tiga gelombang. Pada gelombang pertama pada tahun kesepuluh
kenabian, mereka datang untuk memeluk agama islam dan menerapkan ajarannya
sebagai upaya untuk mendamaikan permusuhan antara keduasuku. Mereka kemudian
mendakwahkan Islam di Yastrib. Gelombang kedua, pada tahun ke-12 kenabian
mereka datang kembali menemui nabi dan mengadakan perjanjian yang dikenal
dengan perjanjian “Aqabah pertma”, yang berisi ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian
ke Yatsrib sebagai juru dakwah disertai oleh Mus’ab bin Umair yang di utus oleh
nabi untuk berdakwah bersama mereka. Gelombang ketiga, pada tahun ke-13
kenabian, mereka datang kembali kepada nabi untuk hijrah ke Yastrib. Mereka
akan membai’at nabi sebagai pemimpin. Nabipun akhirnya menyetujui usul mereka
untuk berhijrah. Perjanjian ini di sebut perjanjian “Aqabah kedua” karena terjadi pada tempat yang
sama.[8]
Akhirnya Nabi Muhammad bersama
kurang lebih 150 kaum muslimin hijrah ke Yatsrib. Dan ketika sampai disana,
sebagai penghormatan terhadap nabi, nama Yatsrib di ubah menjadi Madinah. Dan
di sinilah Nabi mendapat dukungan dalam dakwahnya, hingga beliau akhirnya dapat
menakhlukkan kota Mekah.
DAFTAR
PUSTAKA
Aen Nurul, M.A. 1996. Pengantar
Sejarah dan PeradabanIslam. Bandung: Pustaka Setra.
Andrea, Tor. 1956. Mohammad, the Man and His Faith. London.
http://sejarah
masyarakat jahiliyah pra-islam.12/03/2014.20:31.html.
Yatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam,
Dira
[1]
http://sejarah masyarakat jahiliyah
pra-islam.12/03/2014.20:31.html
[2]
Tor Andrea, Mohammad,
the Man and His Faith, hlm. 17-18
[3]
Ibid, 17-18
[4]
Prof. Dr. H.Nurul Aen, M.A.Pengantar Sejarah dan Peradaban Islam.
(Bandung:Pustaka Setra.) Hlm.24
[5]
Prof. Dr. H.Nurul Aen, M.A. Pengantar Sejarahdan Peradaban Islam.(Bandung:Pustaka
Setra.) Hlm.27
[6]
Q.S. 41:1-5
[7]
Dr.Badri Yatim,M.A.Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta:
Rajawali Press,2010).Hlm.23
No comments:
Post a Comment