Wednesday, November 30, 2016

Sejarah Peradaban Islam: Kemunduran Tiga Kerajaan Besar

PENDAHULUAN
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa lampau. Kerajaan turki usmani yang berdiri dari 1290 hngga 1924, kerajaan syafawi dari 1252-1736, sedang kerajaan mughol dari 1526-1959  telah banyak mengalami perputaran roda kepemimpinan.
Sejarah tiga kerajaan islam bukan semata rentetan peristiwa, lebih dari itu ia merupakan kumpulan ga,bar yang menyikap rangkaian prestasi dan kegagalan, kecermelanagan, dan kemalanagan, serta kejayaan dan akhirnya kehancuran.
Dalam buku (Ikhwan ,2010:81)  menyebutkan sebuah hadist dari rasulullah saw[1] : “Sesudahku akan ada penguasa-penguasa (aimmah) yang tidak mengambil petunjuk dari petunjuku dan tidak mengoikuti sunnahku. Diantar mereka ada yang berhati setan dan berbadan manusia”. “Khalifah sesudahku akan berlangsung selam tiga puluh tahun, setelah itu akan da raja-raja yang menurunkan kekuasaan kepada anak-anaknya”.
Dengan adanya hadis yang dikutip oleh umer cukup menambah bukti bahwa dimanapun kerajaan berdiri akan berakhir dengan kehancuran yang itu karena adanya manusia yang tidak sehati dalam menjalankan amanah pemerintahan, seperti adanya pemerintahan, yang monarki absolute, kemudian sifat beragam raja yang sangat bermegahan ketika menduduki tahta kerajaan, menindas kaum bawahan yang lemah seperti adanya pajak wajib yang harus diberikan rakyat kepada kerajaan, dan masih banyak lagi penyebab runtuhnya berbagai kerajaaan islam khususnya turki, safawi, serta mughol.
Disnilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta merencanakan matang-matang untuk masa depan yang lebih cemerlang tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apa pun.

PEMBAHASAN

Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Dimasa dinasti usmani, ini didirikan oleh bangsa turki dari kabilah oghus  tepatnya didaerah mongol dan daerah utara negeri cina. Kemudian sang rajanya yaitu usman yang bergelar padisyah al-usmani. Wilayah turki usmani  meliputi sebagian Negara Eropa, Asia Tengah, Afrika dan Semenanjung Arab.[2] Namun pada akhirnya mengalami kemunduran. Belakangan hanya Turki saja sebagai wilayah dinasti tersebut.
Kemunduran tersebut lebih disebabkan adanya pertentangan intelektual dinasti usmani serta pemberontakan dan upaya pelepasan diri dari Negara jajahan.
Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan usmani itu mengalami kemunduran, diantaranya adalah:
1.      Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Adminitrasi pemerintah bagi suatu Negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara adminitrasi pemerintah kerajaan usmani tidak beres. Di pihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus-menerus dengan berbagai bangsa.
2.      Heterogenitas penduduk
Sebagai kerajaan besar, turki usmani menguasai wilayah yang amat luas, mencakup asia kecil, Armenia, irak, syiria, hejaz, dan Yaman di Asia, Mesir, Libya, Tunis, Al-Jazair di Afrika, dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hungaria, dan Rumania di Eropa.
3.      Pribadi para penguasa
Sepeninggalan Al-qonuni ,Turki dipegang oleh sultan-sultan yang lemah. tampaknya penguasa Turkia hanya menuruti ambisi penaklukan, sementara sistem pemerintahan diabaikan. Akibatnya pemerintah menjadi kacau. Kekacauan itu tidak dapat diatasi secara sempurna, bahkan semakin lama  menjadi semakin parah.[3]
4.      Budaya Pungli
Budaya ini sudah umum dalam kerajaan ini, setiap jabatan yang diraih pasti harus ada kata “bayar” ataupun sogokan, maka menyebabkan dekadensi moral kian merajalela sehingga merapuhkan kekuatan kepemimpan.[4] Berjangkitnya budaya pungli ini mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.
5.      Pemberontakan
Diantara pemberontakan yang mempercepat runtuhnya turki usmani diantara pemberontakan itu meliputi gerakan wahabi semenanjung Arab, yang dipimpin oleh Muhammad bin abd al- wahhab  yang berkoalisi dengan M. bin Saud Penguasa najed namun dapat dipatahkan oleh gubenur Ali Pasya sebab pemberontakan ini bertujuan memurnikan ajaran tauhid dalam ajaran Al-Quran dan Sunnah.[5]
Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.[6] Mereka adalah tentara yesseri tinggal dibayangkan saja jika mereka melakukan pemberontakan. Ada pula kegagalan serangan ke Wina 1683 merupakan anggapan hancurnya kejayaan usmani karena espansi turki ke Eropa mengalami stagnansi.[7]
6.      Merosotnya ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti perekonomian Negara merosot. Pendapatan berkurang sementara belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
7.      Terjadinya stagnasi dalam lapangan Ilmu dan Tegnologi
Keraajan usmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
Demikianlah proses kemunduran kerajaan besar usmani. Pada masa selanjutnya, di periode modern, kelemahan kerajaan ini  menyebabkan kekuatan-kekuatan Eropa tanpa segan-segan  menjajah dan menduduki daerah-daerah muslim yang dulunya berada di kekuasaan kerajaan Usmani, terutama di Timur Tengah dan Asia Utara.





[1] M. Umer Chapra, PERADABAN MUSLIM, dalam Muslim Civilization, The Cause Of Decline And The Need For Reform, penerjemah Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta:Amzah, 2010), hlm.83
[2] M. Sholikhin, Sejarah Peradaban Islam , (Semarang: RASAIL, 2005 ), hml. 106
[3] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam,(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2010), hlm.151
[4] Syamsul munir amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.208
[5] Ketua TIM Penulis M. Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Istanbul, (tazki publishing: Jakarta, 2012). Hlm.165
[6]  Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 168
[7] Philip, K. hitti, History of Arab, oleh R. Cecep lukman Yasin dan Dei Slamet riyadi, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010), hlm.915

No comments:

Post a Comment