Wednesday, November 30, 2016

Study Kitab Syarah Hadits tentang Pola/Sumber Syarah Hadis

Pendahuluan
Hadis merupakan usaha untuk memahami ajaran Islam dari sejumlah petunjuk yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, dilaksanakan, disetujui serta penggambaran sifat-sifat yang disandarkan kepada beliau. Sebagai ajaran yang diterimakan dari Nabi SAW secara tidak langsung, ia perlu dimengerti dan dirasakan dengan betul dengan suatu pemahaman yang padu dalam diri yang memahami, sehingga dapat diperoleh pemahaman dekat dengan yang dialami sahabat sebagai periwayat dan atau perawi hadis yang sejalan dengan nalar yang dapat dicerna dalam konteks masa sekarang.
Dengan demikian, kemudahan menjalankan ajaran Islam ikut terbantu sehingga memudahkan hidup berdasarkan petunjuk Rasulullah SAW, oleh karnanya dalam memahami suatu hadis kita perlu melihat langsung kepada kitab-kitab syarah hadis yang sudah ada agar mendapat pemahaman lebih mendalam tentang makna hadis-hadis tertentu yang sulit di pahami, oleh sebab itu kegiatan pensyarahan hadis di lakukan. Dalam pensyarahan seorang pensyareh tentunya memerlukan sumber/pola untuk mensyarah hadis. Dalam kesempatan kali ini, makalah ini berusaha meniliti sumber/pola apa saja yang di gunakan para pensyarah untuk melakukan pensyarahan hadis.

Hadis Nabi dengan Syarah Al-Qur’an
A.    Macam-Macam Syarah Hadis dengan Al-Qur’an Berdasarkan Bentuknya
1.      Dalam bentuk kalimah,  tentang ayah Nabi Muhammad masuk neraka[1]

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّار[2]
Yang dimaksud dengan kata أَبِي  dalam hadis di atas, bukanlah Abdullah bin Abdul Muthalib, karena beliau adalah termasuk golongan transisi, yaitu orang yang hidup setelah wafatnya Nabi Isa dan sebelum kerasulan Muhammad saw. lafadz أَبِيtersebut diartikan dengan paman Nabi yaitu Abu Thalib, berdasarkan Q.S. Al-Baqarah: 133. Ismail adalah paman Ya’qub, namun Al-Qur’an menyebutnya sebagai salah seorang dari ayah-ayahnya.

أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيل وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُون[3]
2.      Dalam bentuk jumlah, yaitu hadis tentang taubat yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صم "من تاب قبل أن تطلع الشمس من مغربها تاب الله عليه[4]
Uraian dalam hadis diatas sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an Al-Karim, surat An-Nisa ayat 18 yang berbunyi:
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا[5]
B.     Macam-Macam Syarah Hadis dengan Al-Qur’an Berdasarkan Tujuannya
1.      Untuk menasakh hadis yang disyarahi, seperti contoh hadis tentang mayat diazab karena tangisan keluarganya.
أن رسول الله قال إن الميت يعذب ببكاء أهله عليه[6]
Hadis ini tidak diakui oleh Al-Ghazali yang mengutip pendapat A’isyah, karena dianggap bertentangan dengan Q.S. Al-An’am ayat 164.
قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِي رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
2.      Contoh Al-Qur’an sebagai syarah yang berfungsi sebagai penguat.
“iman itu adalah perkataan dan perbuatan, dapat bertambah ataupun berkurang.” Hadis tentang bertambah dan berkurangnya iman disyarahi dengan ayat-ayat Al-Qur’an di bawah ini:
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا[7]
نَّحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى[8]
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ[9]




[1] Imam Muslim, Shahih Muslim dalam CD ROM Lidwa Pusaka i-Software, no.302.
[2] (MUSLIM - 302) : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas bahwa seorang laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah, di manakah bapakku?" Beliau menjawab, "Dia di dalam neraka." Ketika laki-laki tersebut berlalu pergi, maka beliau memanggilnya seraya berkata: "Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di dalam neraka."
[3] Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". Terjemah Q.S. Al-Baqarah ayat 133.
[4] Dari Abu Hurairoh r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari arah barat, maka Allah menerima taubatnya orang itu.”(Riwayat Muslim).
[5] Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.
[6] Sesungguhnya seorang mayat akan diazab karena tangis keluarganya terhadapnya.
[7] Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Q.S. Al-Fath ayat 4.
[8] Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Q.S. Al-Kahfi ayat 13.
[9] Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Q.S. Al-Kahfi ayat 13.

Pemboikotan Nabi Muhammad SAW dan Pengepungan Kaum Muslimin di Mekkah

PENDAHULUAN
Sosok seorang pedoman atau panutan yang ideal yang hidup dimasa lampau, yang mampu memberikan pengaruh yang besar dalam perubahan dunia. Sosok yang diagungkan, sosok yang dimuliakan, sosok yang dihormati,dan disanjung-sanjung oleh seluruh umat islam di dunia. Banyak orang yang mengaplikasikannya dengan bershalawat kepadanya. Tapi, apakah hal itu cukup ? Banyak dari kalangan cendikiawan berpendapat bahwa menghormati, mengagungkan, memuliakan, dan menyanjung Rasulullah SAW tidak cukup hanya dengan bershalawat kepadanya. Selain itu diperlukan untuk mengetahui sejarah hidup beliau.
Untuk itu, sebagai kaum akademisi islam, kita perlu membahas tentang sejarah Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam studi “Sirah Nabawi”, yang telah menjelaskan tentang sejarah Rasulullah SAW mulai dari Arab pra-isalam sampai kepada masa pemboikotan kaum Quraysh terhadap Rasullah SAW. Maka dalam makalah ini akan membahas tentang umat Rasulullah SAW dari Mekkah sampai pembatalan piagam, tahun berkabung, hijrah ke Ta’if, dan isra’ mi’raj. Pada referensi dari buku karangan Muhammad Husain Haykal yang berjudul “Hayat Muhammad” yang ditranslit menjadi “The Life of Muhammad” dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Sejarah Hidup Muhammad”.
PEMBAHASAN
Lari dari Mekkah sampai Pembatalan Piagam
Selama tiga tahun  berturut-turut  piagam  yang  dibuat  pihak  Quraisy  untuk memboikot Muhammad dan mengepung Muslimin itu tetap berlaku. Dalam pada itu  Muhammad dan keluarga  serta  sahabat-sahabatnya sudah mengungsi ke celah-celah gunung di luar kota Mekkah,  dengan  mengalami pelbagai  macam penderitaan,  sehingga  untuk  mendapatkan  bahan  makanan sekadar  menahan rasa  laparpun  tidak  ada.  Baik  kepada  Muhammad  atau  kaum  Muslimin  tidak diberikan kesempatan bergaul dan bercakap-cakap dengan orang, kecuali dalam bulan-bulan  suci.  Pada  waktu  itu  orang-orang  Arab  berdatangan  ke  Mekkah berziarah,  segala  permusuhan  dihentikan, tak  ada  pembunuhan, tak ada penganiayaan, tak ada permusuhan, tak ada balas dendam.[1]
Pada bulan-bulan itu Muhammad turun, mengajak orang-orang Arab itu kepada agama Allah, diberitahukannya kepada mereka arti pahala dan arti siksa. Segala penderitaan yang dialami  Muhammad demi dakwah itu justru telah  menjadi penolongnya dari kalangan orang banyak.  Mereka yang telah mendengar tentang itu lebih bersimpati kepadanya, lebih suka mereka menerima ajakannya.
Blokade yang dilakukan Quraisy kepadanya, kesabaran dan ketabahan hatinya memikul semua itu demi risalahnya, telah dapat memikat hati orang banyak, hati yang tidak begitu membatu, tidak begitu kaku seperti hati Abu Jahl, Abu Lahab dan yang sebangsanya.
Akan tetapi, penderitaan yang begitu lama, begitu banyak dialami kaum Muslimin karena kekerasan pihak Quraisy (padahal mereka masih sekeluarga: saudara, ipar, sepupu) banyak  diantara  mereka  itu  yang  merasakan  betapa  beratnya kekerasan dan kekejaman yang mereka lakukan itu. Sekiranya  tidak  ada dari  penduduk  yang  merasa  simpati  kepada  kaum  Muslimin,  membawakan makanan ke celah-celah gunung tempat mereka mengungsi itu, niscaya mereka akan mati kelaparan. Dalam hal ini Hisyam ibn ‘Amr termasuk salah seorang dari kalangan  Quraisy  yang  paling  simpati  kepada  Muslimin. Tengah  malam  ia  datang  membawa  unta  yang  sudah  dimuati  makanan  atau gandum.  Bilamana  ia  sudah  sampai  di  depan  celah  gunung itu,  dilepaskannya tali untanya lalu dipacunya supaya terus masuk ke tempat mereka dalam celah itu. Merasa  kesal  melihat  Muhammad  dan  sahabat-sahabatnya  dianiaya  demikian rupa, ia pergi menemui Zuhair bin Abi Umayya (Bani Makhzum). Ibu Zuhair ini adalah  Atika  binti  Abdul Muttalib (Bani Hasyim).
“Zuhair” kata Hisyam, “Kau sudi menikmati makanan, pakaian dan wanita-wanita, padahal,  seperti  kau  ketahui,  keluarga  ibumu  tidak  boleh berhubungan dengan orang, berjual-beli, tidak boleh  saling mengawinkan? Aku bersumpah, bahwa kalau mereka itu keluargaku dari pihak ibu, keluarga Abul Hakam  ibn  Hisyam,  lalu  aku  diajak  seperti  mengajak  kau,  tentu  akan  kutolak.” Keduanya kemudian sepakat akan sama-sama membatalkan  piagam itu. Tapi meskipun  begitu  harus  mendapat dukungan juga dari yang lain, dan secara rahasia mereka harus diyakinkan. Pendirian kedua orang itu kemudian disetujui oleh  Mut’im bin ‘Adi (Naufal),  Abul Bakhtari  bin Hisyam dan Zamia  bin al-Aswad (keduanya dari Asad). Kelima mereka lalu sepakat akan mengatasi persoalan piagam  itu dan akan membatalkannya.[2]
Dengan tujuh kali mengelilingi Ka’bah keesokan paginya Zuhair bin Umayya berseru kepada orang banyak : “Hai penduduk Mekkah! Kamu sekalian enak-enak makan dan berpakaian, padahal  Bani  Hasyim  binasa  tidak  dapat  mengadakan hubungan  dagang!  Demi  Allah  saya  tidak  akan  duduk  sebelum  piagam  yang kejam  ini  dirobek!” Tetapi  Abu  Jahl,  begitu  mendengar  ucapan  itu, iapun  berteriak: “Bohong! Tidak akan kita robek!” Saat itu juga terdengar suara-suara Zam’a, Abul Bakhtari, Mut’im dan ‘Amr ibn Hisyam  mendustakan Abu Jahl dan mendukung Zuhair. Abu Jahl segera menyadari bahwa peristiwa ini akan terselesaikan juga malam itu  dan  orangpun  sudah  menyetujui.  Kalau  dia  menentang  mereka  juga,  tentu akan timbul bencana. Merasa kuatir, lalu cepat-cepat ia pergi. Waktu itu, ketika Mut’im bersiap akan merobek piagam tersebut, dilihatnya  sudah mulai dimakan rayap,  kecuali  pada  bagian  pembukaannya  yang  berbunyi:  “Atas  namaMu ya Allah...”
Demikian terdapat kesempatan pada Muhammad dan  sahabat-sahabat pergi  meninggalkan  celah  bukit  yang  curam  itu dan kembali ke Mekah. Kesempatan  berjual-beli  dengan  Quraisy  juga  terbuka,  sekalipun  hubungan antara keduanya seperti dulu juga, masing-masing siap-siaga bila permusuhan itu  kelak sewaktu-waktu memuncak lagi.
Beberapa  penulis  biografi  dalam  hal ini berpendapat, bahwa diantara mereka yang  bertindak  menghapuskan piagam itu terdapat orang-orang yang masih menyembah berhala. Untuk  menghindarkan  timbulnya  bencana,  mereka mendatangi Muhammad dengan permintaan supaya ia mau saling mengulurkan tangan  dengan  Quraisy  dengan  misalnya  memberi  hormat  kepada  dewa-dewa mereka  sekalipun  cukup  hanya  dengan  jari-jarinya  saja  dikelilingkan.  Agak cenderung  juga  hatinya  atas  usul  itu,  sebagai  pengharapan  atas  kebaikan  hati mereka.  Dalam  hatinya  seolah  ia  berkata:  “Tidak  apa  kalau saya  lakukan  itu. Allah  mengetahui  bahwa  saya  tetap  taat.” Atau  karena mereka yang telah menghapuskan piagam dan beberapa orang lagi itu,  pada  suatu  malam  mengadakan  pertemuan  dengan Muhammad sampai pagi. Perbicaraan itu mereka sangat menghormatinya, menempatkannya sebagai  yang  dipertuan  atas  mereka,  mengajaknya  kompromi, seraya  kata mereka: “Tuan adalah pemimpin kami...”[3]
Sementara mereka masih mengajaknya bicara itu, sampai-sampai hampir saja ia mengalah atas beberapa hal menurut kehendak mereka. Iniadalah dua sumber hadis,  yang  pertama  sebagian  diceritakan  oleh  Sa’id  bin  Jubair,  sedang  yang kedua  oleh  Qatada.  Kata  mereka  kemudian  Allah  melindungi  Muhammad  dari kesalahan,  dengan  firman-Nya yang berarti :
وَإِنْ كَادُوا لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ لِتَفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهُ وَإِذًا لَاتَّخَذُوكَ خَلِيلًا (73) وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا (74) إِذًا لَأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا (75)
“Dan  hampir-hampir  saja  mereka  itu  menggoda  kau  tentang yang sudah Kami wahyukan kepadamu, supaya engkau mau atas nama Kami memalsukan dengan yang lain. Ketika itulah mereka  mengambil  engkau  menjadi  kawan  mereka.  Dan kalaupun tidak Kami tabahkan hatimu, niscaya engkau hampircenderung juga kepada mereka barang sedikit. Dalam hal ini, akan  Kami  timpakan  kepadamu  hukuman  berlipat  ganda, dalam hidup dan mati. Selanjutnya engkau tiada mempunyai penolong  menghadapi  Kami.” (Q.S. al-Isra’, 17 : 73-75)
Apabila  wahyu  turun  kepadanya  memberi  peringatan  atas  perbuatannya terhadap  orang  buta  itu, dan terhadap godaan Quraisy yang hampir menjerumuskannya, maka kejujurannya dalam menyampaikan wahyu itu kepada orang  sama  pula  seperti  ketika  menyampaikan  amanat  Tuhan itu.  Tak  ada sesuatu  yang  akan  menghalanginya  ia  menyatakan  apa  yang  sebenarnya tentang dirinya itu. Tak ada sikap sombong dan congkak, tidak ada rasa tinggi hati.[4]
Jadi  kebenaranlah,  dan  hanya  kebenaran  semata  yang  ada  dalam risalahnya itu. Apabila dalam menanggung siksaan orang lain demi  idea yang diyakininya, orang yang berjiwa besar masih sanggup memikulnya, maka pengakuan orang besar itu bahwa ia hampir-hampir tergoda, tidaklah menjadi kebiasaan, sekalipun oleh  orang-orang  besar  sendiri.  Hal-hal  semacam  itu  biasanya  oleh  mereka disembunyikan dan yang diperhitungkan hanya harga dirinya, meskipun dengan susah  payah.  Inilah  kebesaran  yang  tak  ada  taranya,  lebih  besar  dari  orang besar. Itulah sebenarnya kebesaran jiwa yang dapat memperlihatkan kebenaran secara keseluruhan. Itulah yang juga lebih luhur dari segala kebesaran, dan lebih besar  dari  segala  yang  besar,  yakni  sifat  kenabian  yang  menyertai  Rasul  itu dengan  segala  keikhlasan  dan  kejujurannya  meneruskan  Risalah  Kebenaran Tertinggi.
Sesudah piagam disobek, Muhammad dan pengikut-pengikutnyapun keluar dari lembah  bukit-bukit  itu.  Seruannya  dikumandangkan  lagi  kepada  penduduk Mekah  dan  kepada  kabilah-kabilah  yang  pada bulan-bulan suci itu datang berziarah ke Mekah. Meskipun ajakan Muhammad sudah tersiar kepada seluruh kabilah Arab di samping banyaknya mereka yang  sudah  menjadi  pengikutnya, tapi sahabat-sahabat itu tidak selamat dari siksaan Quraisy, juga dia tidak dapat mencegahnya. part 2  part 3




[1] Maulana M. Ali, Muhammad The Prophet, terjemah Suyud SA Syurayudha, Jakarta : Darul Kutubil Islamiyah, 2007, hlm. 94-95
[2] Muhammad Husain Haykal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta : Tintomas, 1972, hlm. 153-154
[3] Muhammad Husayn Haykal, The Life of Muhammad, translated by Ismail Razi A. Al-Faruqi, Chicago : The University of Chicago Press, 1968,hlm. 190-192
[4] M. Husain Haykal, Sejarah Ibid hlm. 155-156

Tahun Berkabung dan Muhammad Pergi ke Ta’if

Tahun Berkabung atau Tahun Duka Cita
Beberapa  bulan  kemudian  sesudah  penghapusan  piagam  itu, secara  tiba-tiba sekali  dalam  satu  tahun  saja  Muhammad  mengalami  duka-cita  yang sangat menekan  perasaan,  yakni  kematian  Abu Talib dan Khadijah  secara  berturut-turut.  Waktu  itu  Abu  Talib  sudah  berusia  delapan puluh  tahun  lebih.  Setelah Quraisy  mengetahui  ia  dalam  keadaan  sakit  yang  akan  merupakan akhir hayatnya,  mereka  merasa  kuatir  apa  yang  akan  terjadi  nanti antara  mereka dengan  Muhammad  dan  sahabat-sahabatnya.  Apalagi  sesudah ada  Hamzah dan Umar yang terkenal garang dan keras. Karena itu pemuka-pemuka Quraisy segera  mendatangi  Abu Talib, untuk  kemudian  mengatakan: “Abu Talib, seperti  kau  ketahui,  kau  adalah  dari  keluarga  kami  juga.  Keadaan sekarang seperti kau ketahui sendiri, sangat mencemaskan kami. Engkau juga sudah  mengetahui  keadaan  kami  dengan  kemenakanmu  itu.  Panggillah  dia. Kami akan saling memberi dan saling menerima. Dia angkat tangan dari kami, kamipun  akan  demikian.  Biarlah  kami  dengan  agama  kami dan dia  dengan agamanya  sendiri  pula.”
Muhammad  datang  tatkala  mereka  masih  berada  di  tempat  pamannya  itu. Setelah  diketahuinya  maksud  kedatangan  mereka,  iapun  berkata: “Sepatah  kata  saja  saya  minta,  yang  akan  membuat  mereka  merajai  semua orang  Arab dan bukan Arab.” “Ya, demi bapamu!”  jawab  Abu  Jahl.  “Sepuluh  kata  sekalipun  silakan!” Kata  Muhammad:  “Katakan,  tak  ada  tuhan  selain  Allah,  dan  tinggalkan  segala penyembahan  yang  selain  Allah.” “Muhammad,  maksudmu  supaya  tuhan-tuhan  itu  dijadikan  satu  Tuhan  saja?” kata  mereka. Kemudian  mereka  berkata  satu  sama  lain:  “Orang  ini  tidak  akan  memberikan apa-apa  seperti  yang  kamu  kehendaki.  Pergilah  kalian!” Ketika Abu Talib meninggal hubungan Muhammad dengan  pihak Quraisy lebih buruk  lagi  dari  yang  sudah-sudah.
Dan sesudah Abu Talib, disusul pula dengan kematian Khadijah. Khadijah yang menjadi  sandaran  Muhammad,  Khadijah  yang  telah mencurahkan segala rasa cinta dan kesetiaannya, dengan perasaan yang lemah-lembut, dengan hati yang bersih,  dengan  kekuatan  iman  yang  ada  padanya.  Khadijah,  yang dulu menghiburnya bila  ia  mendapat  kesedihan,  mendapat  tekanan  dan  yang menghilangkan  rasa  takut  dalam  hatinya.  Ia  adalah  bidadari  yang  penuh  kasih sayang.  Pada  kedua  mata  dan  bibirnya  Muhammad  melihat  arti  yang  penuh percaya kepadanya, sehingga ia sendiripun tambah percaya kepada dirinya. Abu Talib pun meninggal, orang yang menjadi pelindung danperisai terhadap segala tindakan musuh. Pengaruh apakah yang begitu sedih, begitu pedih menusuk jiwa Muhammad ? Yang pasti, dua peristiwa itu akan meninggalkan luka parah dalam jiwa orang (yang bagaimanapun kuatnya), akan menusukkan racun putus  asa  kedalam  hatinya.  Ia  akan  dikuasai  perasaan  sedih  dan  duka,  akan dirundung  kepiluan  dan  akan  membuatnya  jadi  lemah,  tak  dapat  berpikir  lain diluar  dua  peristiwa  yang  sangat  mengharukan  itu.[1]
Sesudah kehilangan dua orang yang selalu membelanya itu Muhammad melihat Quraisy  makin  keras  mengganggunya. Yang paling ringan diantaranya  ialah ketika  seorang  pandir  Quraisy  mencegatnya  di  tengah  jalan  lalu  menyiramkan tanah  ke  atas  kepalanya.  Tahukah  orang  apa  yang  dilakukan  Muhammad?  Ia pulang ke rumah dengan tanah yang masih diatas kepala. Fatimah puterinya lalu datang  mencucikan  tanah  yang  di  kepala  itu.  Ia  membersihkannya  sambil menangis. Tak ada yang lebih pilu rasanya dalam hati seorang ayah dari pada mendengar  tangis  anaknya,  lebih-lebih  anak  perempuan.  Setitik  air  mata kesedihan yang mengalir dari kelopak mata seorang puteri  adalah sepercik api yang membakar jantung, membuatnya kaku karena pilu, dan karena pilunya ia akan  menangis  kesakitan.  Juga  secercah  duka  yang  menyelinap  kedalam  hati adalah rintihan jiwa yang sungguh keras, terasa mencekik leher dan hampir pula menggenangi  mata.
Sebenarnya  Muhammad  adalah  seorang  ayah  yang  sungguh  bijaksana  dan penuh kasih kepada puteri-puterinya.  Apakah yang kita lihat ia lakukan terhadap tangisan anak perempuan yang baru saja kehilangan ibunya itu? Yang menangis hanya karena malapetaka yang menimpa ayahnya? Tidak lebih dan semua itu ia hanya  menghadapkan  hatinya  kepada  Allah  dengan  penuh  iman  akan  segala pertolongan-Nya. “Jangan menangis anakku!” katanya kepada puterinya yang sedang berlinang air mata  itu.  “Tuhan  akan  melindungi  ayahmu.” Kemudian diulangnya: “Sebelum wafat Abu Talib orang-orang Quraisy itu tidak seberapa  mengganggu  saya.” Sesudah peristiwa itu gangguan Quraisy kepada Muhammad makin menjadi-jadi. Ia  merasa  tertekan  sekali.[2]

Muhammad Pergi ke Ta’if dan Penolakan Thaqif
Terasing  seorang  diri,  ia  pergi  ke Ta’if,[3] dengan  tiada  orang  yang mengetahuinya.  Ia  pergi  ingin  mendapatkan  dukungan  dari Bani Thaqif terhadap  masyarakatnya  sendiri,  dengan  harapan  merekapun  akan  dapat menerima Islam. Tetapi ternyata mereka juga menolaknya secara kejam sekali. Kalaupun sudah begitu, ia masih mengharapkan mereka jangan memberitahukan  kedatangannya  minta  pertolongan  itu,  supaya  jangan  ia disoraki oleh masyarakatnya sendiri. Tetapi permintaannya itupun tidak didengar. Bahkan  mereka  menghasut  orang-orang  pandir  agar  bersorak-sorai dan memakinya. Ia  pergi  lagi  dari  sana,  berlindung  pada  sebuah  kebun  kepunyaan  ‘Utba dan Syaiba  anak-anak  Rabi’a.  Orang-orang  yang  pandir  itu  kembali  pulang.  Ia  lalu duduk  di  bawah  naungan  pohon  anggur.  Ketika  itu  keluarga  Rabi’a  sedang memperhatikannya  dan  melihat  pula  kemalangan  yang  dideritanya.  Sesudah agak  reda, ia mengangkat kepala menengadah ke atas, ia hanyut dalam suatu doa  yang  berisi  pengaduan  yang  sangat  mengharukan: “Allahumma  yang  Allah,  kepadaMu  juga  aku  mengadukan  kelemahanku, kurangnya  kemampuanku serta  kehinaan diriku di  hadapan manusia. Engkaulah Yang Maha  Pengasih,  Yang Maha  Penyayang.  Engkaulah  yang  melindungi  si  lemah,  dan Engkaulah  pelindungku.  Kepada  siapa  hendak  Kau serahkan  daku?  Kepada orang yang memusuhiku dan berwajah muram kepadaku, atau kepada teman dekat yang Engkau menguasai perkaraku ? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku. Bukannya aku tidak berhati-hati, tapi jika aku tidak berlindung kepada cahaya wajah-Mu yang menyinari langit dan menghapus segala kegelapan, dan menguasai segala perkara di dunia  maupun di akhirat kelak. Semoga aku tidak membuat kesulitan bagi-Mu, atau Engkau murka kepadaku.  Tak ada kekuatan selain pertolongan-Mu.”[4]
Dalam  memperhatikan  keadaan  itu  hati  kedua  orang  anak  Rabi’a  itu  merasa tersentak. Mereka merasa iba dan kasihan melihat nasib buruk yang dialaminya itu.  Budak  mereka,  seorang  beragama  Nasrani  bernama  Eddas,  diutus kepadanya membawakan buah anggur dari kebun itu. Sambil meletakkan tangan di atas buah-buahan  itu  Muhammad  berkata:  “Bismillah!” Lalu  buah  itu dimakannya. Eddas  memandangnya  keheranan. “Kata-kata  ini  tak  pernah  diucapkan  oleh  penduduk  negeri  ini,”  kata  Eddas. Lalu  Muhammad  menanyakan  negeri  asal  dan  agama  orang  itu.  Setelah diketahui  bahwa  orang  tersebut  beragama  Nasrani  dari  Nineveh,  katanya: “Dari  negeri  orang  baik-baik,  Yunus  anak  Matta.” “Dari  mana  tuan  kenal  nama  Yunus  anak  Matta!”  tanya  Eddas. “Dia  saudaraku.  Dia  seorang  nabi,  dan  aku  juga  Nabi,”  jawab  Muhammad. Saat itu Eddas lalu membungkuk mencium kepala, tangan dan kaki Muhammad. Sudah  tentu  kejadian  ini  menimbulkan  keheranan  keluarga Rabi’a  yang melihatnya.  Sungguhpun  begitu  mereka  tidak  sampai  akan  meninggalkan kepercayaan  mereka.  Dan  tatkala  ‘Addas  sudah  kembali  mereka  berkata: “Eddas, jangan sampai orang itu memalingkan kau dari agamamu, yang masih lebih  baik  dari pada  agamanya.”[5]
Gangguan  orang  yang  pernah  dialami  Muhammad  seolah  dapat  meringankan perbuatan  buruk  yang  dilakukan  Bani Thaqif  itu,  meskipun  mereka tetap  kaku  tidak mau  mengikutinya.  Keadaan  itu  sudah  diketahui  pula  oleh  Quraisy  sehingga gangguan  mereka  kepada  Muhammad  makin  menjadi-jadi.  Tetapi  hal  ini  tidak mengurangi  kemauan  Muhammad  menyampaikan  dakwah  Islam.  Kepada kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah, itu ia memperkenalkan diri, mengajak mereka  mengenal  arti  kebenaran.  Diberitahukannya  kepada  mereka,  bahwa  ia adalah  Nabi  yang  diutus,  dan  dimintanya  mereka  mempercayainya.
Namun sungguhpun begitu, Abu Lahab pamannya tidak membiarkannya, bahkan dibuntutinya  ke  mana  ia  pergi.  Dihasutnya  orang  supaya jangan  mau mendengarkan. Muhammad  sendiri  tidak  cukup  hanya  memperkenalkan  diri  kepada  kabilah-kabilah  Arab  pada  musim  ziarah  di  Mekah  saja,  bahkan  ia  mendatangi  Bani Kinda ke rumah-rumah mereka, mendatangi Bani Kalb, juga ke rumah-rumah mereka, Bani Hanifa dan Bani ‘Amir bin Sha’sha’a. Tapi tak seorangpun dari mereka  yang  mau  mendengarkan. Bani Hanifa  bahkan  menolak  dengan  cara yang  buruk  sekali.  Sedang  Banu  ‘Amir  menunjukkan  ambisinya, bahwa  kalau Muhammad  mendapat  kemenangan,  maka  sebagai  penggantinya,  segala persoalan nanti harus berada di tangan mereka. Tetapi setelah dijawab, bahwa masalah  itu  berada  di  tangan  Tuhan,  merekapun  lalu  membuang  muka  dan menolaknya  seperti  yang  lain-lain.
Adakah  kegigihan  kabilah-kabilah  yang  mengadakan  oposisi  terhadap Muhammad  itu  karena  sebab-sebab  yang  sama  seperti  yang  dilakukan  oleh Quraisy?  Kita  sudah  melihat,  bahwa  Bani  ‘Amir  ini  mempunyai  ambisi  ingin memegang  kekuasaan  bila  bersama-sama  mereka  nanti  ia  mendapat kemenangan. Sebaliknya kabilah Thaqif pandangannya lain lagi. Ta’if di samping sebagai  tempat  musim  panas  bagi  penduduk  Mekah  karena  udaranya  yang sejuk  dan  buah  anggurnya  yang  manis-manis,  juga  kota  ini  merupakan  pusat tempat  penyembahan  al-Lat.[6]  Ke  tempat  itu  orang  berziarah dan  menyembah berhala. Kalau Bani Thaqif  ini sampai menjadi pengikut Muhammad, maka kedudukan al-Lat  akan  hilang.  Permusuhan  mereka  dengan  Quraisypun  akan timbul,  yang sudah tentu akibatnya akan mempengaruhi perekonomian mereka pada musim dingin. Begitu juga halnya dengan yang lain, setiap kabilah mempunyai penyakit sendiri  yang  disebabkan  oleh  keadaan  perekonomian  setempat.  Dalam menentang  Islam  itu,  pengaruh  ini  lebih  besar  terhadap  mereka  daripada pengaruh  kepercayaan  mereka  dan  kepercayaan  nenek-moyang  mereka, termasuk  penyembahan  berhala-berhala. part 1  part 3




[1] Muhammad Husain Haykal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta : Tintomas, 1972, hlm. 194
[2] M. Sa’id Ramadhan al-Buti, Fiqh al-Sirah 1, terjemah Mohd. Darus Sanawi, Kuala Lumpur : Dewan Pustaka Fajar, 1983, hlm. 74
[3] Sebuah kota di Selatan Mekkah. Lihat di : Robert  Spancer, The Truth about Muhammad, New York : Regnery Publishing, Inc. 1947, hlm. 8
[4] Maulana M. Ali, Muhammad The Prophet, terjemah Suyud SA Syurayudha, Jakarta : Darul Kutubil Islamiyah, 2007, hlm. 99
[5] M. Sa’id Ramadhan al-Buti, Fiqh Op.cit., hlm. 77-80
[6] Dewi yang disembah kaum pagan Quraysh (kedudukannya sama dengan al-‘Uzza). Lihat di : Robert  Spancer, The Truth Op.cit., hlm. 78

Riset Mini: Pengaruh Kebersihan Lingkungan Terhadap Minat Belajar



A. Latar Belakang
Sering kali kita mendengar slogan-slogan di berbagai tempat, yang isinya mengajak kita untuk menjaga kebersihan lingkungan. Akan tetapi slogan tadi tidak kita pedulikan, slogan tadi fungsinya hanya seperti hiasan belaka tanpa ada isinya, padahal isi dari sebuah slogan sangat penting bagi kita. Banyak slogan yang mengajak kita untuk menjaga kebersihan.[1]  Kebersihan merupakan suatu hal yang penting di lingkungan kita. Dan kesehatan sangat bergantung pada kebersihan. Jika lingkungan kita tidah bersih, maka kita akan mudah terserang berbagai penyakit.[2] Oleh karena itu, kebersihan merupakan hal yang penting bagi kita.
Telah banyak orang yang mengatakan kondisi tempat atau lingkungan belajar mempengaruhi minat belajar seseorang. Berangkat dari kabar-kabar tersebut, peneliti memutuskan untuk mencari tahu dan meneliti tentang pengaruh kebersihan terhadap minat belajar seseorang. Berdasarkan hal tersebut peneliti memberi judul penelitiannya: “Pengaruh Kebersihan Terhadap Minat Belajar Penghuni Kontrakan Iqbal Karonsih Ngalian Semarang.”


B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh kebersihan terhadap minat belajar penghuni Kontrakan Iqbal Karosih ?


C. Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui pengetahuan penghuni kontrakan tentang kebersihan
2.      Mengetahui pentingnya kebersihan dan menjaga kebersihan
3.      Meningkatkan kebersihan di kontrakan dan sekitarnya
4.      Meningkatkan kesadaran penghuni kontrakan tentang kebersihan.


D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Pribadi Peneliti
Menjadi bahan refleksi tentang betapa pentingnya kebersihan, dan untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan dan sekitarnya dimanapun berada.
2. Untuk Penghuni Kontrakan
Menjadi refleksi pengetahuan dan pengamalan tentang apa yang sudah ia ketahui, khususnya dalam hal kebersihan. Meningkatkan kesadaran betapa pentingnya kebersihan dalam kehidupan ini.
3. Untuk Prospek ke Depan
Untuk lebih menekankan pendidikan tentang pengetahuan lingkungan secara aplikatif. Karena keterampilan kognitif saja tidak akan menjamin keberhasilan dan ketemtraman, disinilah keterampilan emosi, kepekaan dan kepedulian seseorang yang sebenarnya menyumbang dalam keberhasilan dan ketrentaman tersebut.


E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan “Penelitian ex-postfacto. Penelitian ex-postfacto merupakan penelitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian.”[3]
Penelitian ini termasuk penelitian ex-postfacto karena, dalam penelitian ini meneliti sesuatu yang telah terjadi pada kehidupan sehari-hari, yaitu berupa aplikasi kebersihan yang merupakan variabel bebas terhadap minat belajar. Variabel bebas dalam penelitian ini telah terjadi, dalam kata lain kebersihan telah dimiliki oleh objek penelitian, yang kemudian akan dicari pengaruhnya terhadap minat belajar yang merupakan variabel dependen atau terikatnya.
2. Temapt dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, untuk memfokuskan penelitian dipilih objek yang tentunya terkait dengan tempat dan waktu penelitian. Tempat akan mengacu pada dimana penelitian ini dilakukan, sedangkan waktu akan mengacu pada kapan penelitian ini akan dilakukan.
a. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kontrakan Iqbal Jl. Karonsih Selatan II No.300 Ngalian Semarang yang meliputi segala ruangan yang ada di kontrakan.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 01-04 Januari 2015 dengan rincian sebagai berikut:
1.      Tanggal 01-02 Januari 2015 melakukan pengujian instrumen dan observasi lapangan
2.      Tanggal 03-04 Januari 2015 melakukan pembagian instrumen kepada obyek penelitian (penghuni kontrakan) dan analisis data.
3. Variabel dan Indikator
Untuk melakukan suatu penelitian perlu ditentukan objek penelitian, yang kemudian dapat ditentukan sesuatu yang akan diteliti pada objek tersebut. sesuatu yang akan diteliti dari objek itulah yang kemudian disebut variabel penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis  variabel yang menjadi titik dasar dalam penelitian atau fokus penelitian pada objek yang diteliti yang akan dibahas dalam pembahasan selanjutnya.
a. Independent variable
Independent variable (varibel bebas) adalah variabel yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya dependent variable (variabel terikat). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah kebersihan yang dimiliki penghuni Kontrakan Iqbal yang indikatornya dibatasi oleh:
·         Pengertian kebersihan
·         Manfaat kebersihan
b. Dependent variable
Dependent variable (variabel terikat) adalah variabel yang menjadi akibat dari variabel bebas.[4] Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah minat belajar penghuni Kontrakan Iqbal yang indikatornya dibatasi apa keterlibatan mereka dalam:
·         Pengertian minat belajar
·         Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
4. Pengumpulan Data Penelitian
Untuk mengumpulkan data sebagai informasi yang mendukung penelitian ini, digunakan berbagai teknik. Diantaranya:
a. Tes
Untuk mengukur independent variable, digunakan tes. Tes dalam penelitian ini disusun untuk mengukur tingkat pengetahuan terhadap hal tertentu yang dimiliki objek penelitian. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur pengetahuan dasar mahasiswa mengenai pencemaran lingkungan sesuai beberapa indikator yang dijabarkan dari variabel bebas penelitian.
b. Angket
Untuk mengukur dependent variable, dalam penelitian ini akan digunakan intrumen angket, karena yang akan diukur dari objek penelitian adalah sikap peduli terhadap lingkungan.
Angket yang digunakan berupa angket tertutup dengan jawaban yang telah disediakan dalam bentuk pilihan ganda dengan menggunakan Skala Likert. Skala Likert adalah skala pengukur yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.[5]
c. Observasi
Observasi atau tinjauan lapangan digunakan peneliti untuk melihat secara langsung dan mendapatkan gambaran tentang lingkungan sekitar.
d. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk menghimpun data yang sifatnya arsip, dokumentasi digunakan untuk melengkapi data berupa data santri  dan data-data lain mengenai lingkungan kontrakan.


F. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
1. Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan merupakan “Penelitian ex-postfacto. Penelitian ex-postfacto merupakan penelitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian.”[6]
Penelitian sejenis sudah pernah dilakukan sebelumnya pada tahun 2011 oleh Miftahus Surur mahasiswa Prodi Tadris Biologi Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dengan Judul Skripsi “Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah Insitut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang Angkatan 2008-2010 Tentang Pencemaran Lingkungan Terhadap Kepedulian Lingkungan Sekitar Kampus.”
Pada penelitian di atas konstribusi pengetahuan mahasiswa tentang pencemaran lingkungan terhadap lingkungan sekitar kampus adalah 10,09%, dapat dilihat dari kesimpulan penelitiannya yang berbunyi:
“Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan antara pengetahuan mahasiswa Tadris Biologi Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang angkatan 2008-2010 tentanng pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan sekitar kampus sebesar 10,09 % sesuai dengan koefisien determinasinya, melalui persamaan regresi Y= 41,7 + 0,62X. Sisanya 89,91% dipengaruhi oleh faktor lain dengan asumsi bahwa koefisien data linier sehingga persamaan bisa diterapkan.”[7]
2. Kerangka Teoritik
a. Pengertian kebersihan
Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu,sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur menemukan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga bererti bebas dari virusbakteria patogen, dan bahan kimia berbahaya. Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sihat, tidak berbau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri mahupun orang lain. Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandigosok gigimencuci tangan, dan memakaipakaian yang bersih.[8]
b. Manfaat kebersihan
Problem tentang kebersihan lingkungan yang tidak kondusif dikarenakan masyarakat selalu tidak sadar akah hal kebersihan lingkungan. Tempat pembuangan kotoran tidak dipergunakan dan dirawat dengan baik. Akibatnya masalah diare, penyakit kulit, penyakit usus, penyakit pernafasan dan penyakit lain yang disebabkan air dan udara sering menyerang golongan keluarga ekonomi lemah. Jika kita mampu menjaga kebersihan, niscaya hal-hal yang disebutkan di atas tidak akan terjadi.[9] Selain itu, kebersihan juga dapat mempengaruhi prestasi, karir, dan minat seseorang dalam suatu hal.
c. Pengertian minat belajar
Sukardi (1987:25) mengemukakan bahwa minat belajar adalah suatu kerangka mental yang terdiri dari kombinasi gerak perpaduan dan campuran dari perasaan, prasangka, cemas dan kecenderungan-kecenderungan, lain yang biasa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Menurut Belly (2006:4), minat adalah keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati dan membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya. 
Selanjutnya menurut Bob dan Anik Anwar (1983:210), mengemukakan bahwa minat adalah keadaan emosi yang ditujukan kepada sesuatu. Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan minat ialah suatu kondisi kejiwaan seseorang untuk dapat menerima atau melakukan sesuatu objek atau kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan pengertian belajar dapat dikemukakan sebagai berikut: belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang intensif atau bersifat temporer. (Oemar Hamalik, 1983:34). Pendapat lain seperti yang dikemukakan oleh Yusuf Djayadisastra (1989:8), ialah: belajar adalah pada hakekatnya “suatu perubahan, baik sikap maupun tingkah laku kearah yang baik, kuantitatif dan kualitatif yang fungsinya lebih tinggi dari semula. Disamping itu Ahmad Tono (1978:25), juga mengemukakan bahwa: belajar terdiri dari melakukan sesuatu yang baru, kemudian sesuatu yang baru tersebut dicamkan atau dipahami oleh individu kemudian ditampilkan kembali dalam kegiatan kemudian.
Setelah membahas tentang pengertian minat dan belajar maka yang maksud tentang minat belajar itu ialah kondisi kejiwaan yang dialami oleh seseorang untuk menerima atau melakukan suatu aktivitas belajar.[10]
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
Minat belajar seseorang tidaklah selalu stabil, melainkan selalu berubah. Olehnya itu perlu diarahkan dan dikembangkan kepada sesuatu pilihan yang telah ditentukan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi minat itu. Antara lain sebagai berikut:
·         Faktor intern adalah sama yang ada pada diri seseorang baik jasmani maupun rohani, fisik maupun psikhis
·         Faktor ekstern adalah semua faktor yang ada diluar individu: keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini kebersihan masuk kedalam faktor intern dan faktor ekstern. Termasuk faktor intern karena kebersihan seseorang mempengaruhi kesehatan jasmani seseorang. Termasuk faktor ekstern karena kebersihan lingkungan dan orang disekitarnya juga mempengaruhi kesehatannya juga.


G. Pembahasan dan Analasis
1. Hasil Tes Kebersihan Penghuni Kontrakan Iqbal
Untuk mengetahui data dari variabel bebas berupa kebersihan penghuni Kontakan Iqbal , digunakan hasil tes multiple choice dengan ketentuan nilai butir soal 1 untuk  jawaban benar, dan 0 untuk jawaban salah yang jumlah dari nilai seluruh butir soal merupakan skor total dari setiap tes yang diberikan kepada sampel responden. Untuk lebih jelas mengenai jumlah sampel pada penelitian kali ini bisa dilihat pada lampiran 1, sedangkan untuk  hasil tes pengetahuan penghuni Kontrakan Iqbal tentang pencemaran lingkungan dapat dilihat pada tabel.2.
Tabel.2
Nilai Tes Pengetahuan tentang Pencemaran Lingkungan pada penghuni Kontrakan Iqbal
No
Nama Penghuni
Nilai Tes
1
Ahmad Turaihan
2
2
Ahmad Sa’dullah
5
3
Ahmad Ziaul Wahid
4
4
Danang Dimas A
5
5
Solahuddin
3

Dari seluruh data hasil tes pengetahuan pencemaran lingkungan yang diberikan kepada 5 sampel diketahui :
a.       Nilai tertinggi   : 5
b.      Nilai terendah  : 2
c.       Rata-rata nilai  : 3,8
d.      Rentang (nilai tertinggi-nilai terendah) : 3
e.       Sehingga tabel distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel.3.
Tabel .3 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Pengetahuan Pencemaran Lingkungan
No
Nilai Tes
Frekuensi
Prosentase
Kriteria
1
1
0
0%
Kurang Sekali
2
2
1
20%
Kurang
3
3
1
20%
Cukup
4
4
1
20%
Baik
5
5
2
40%
Sangat Baik

Dari hasil data tersebut dapat diketahui , bahwa pengetahuan penghuni Kontrakan Iqbal tentang pencemaran lingkungan dalam kategori sangat baik, dengan rata-ratanya adalah 3,8 dan prosentase dengan jawaban benar 5 sebesar 40%.
2. Hasil Angket Minat Belajar Penghuni Kontrakan Iqbal
Untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai minat belajar penghuni Kontrakan Iqbal dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Mengadakan penjumlahan dari setiap item yang telah dijawab oleh penghuni.
b.      Melakukan penilaian dari tiap-tiap jawaban responden dengan cara memberikan skor 5 untuk jawaban a, skor 4 untuk jawaban b, skor 3 untuk jawaban c, skor 2 untuk jawaban d, dan skor 1 untuk jawaban e.
c.       Dalam menghitung skor dari tiap-tiap item dengan cara menjumlahkan hasil penilaian pada langkah-langkah diatas.
Tabel mengenai hasil angket minat belajar penghuni Kontrakan Iqbal dapat dilihat pada tabel.4.
Tabel.4
Nilai angket kepedulian penghuni Kontrakan Iqbal terhadap lingkungan sekitar kontrakan
No
Nama Penghuni
Nilai Angket
1
Ahmad Turaihan
17
2
Ahmad Sa’dullah
19
3
Ahmad Ziaul Wahid
18
4
Danang Dimas A
15
5
Solahuddin
17

Dari seluruh data hasil angket minat belajar penghuni kontrakan iqbal yang diberikan kepada 5 sampel, dapat disimpulkan bahwa :
a.       Nilai tertinggi   : 19
b.      Nilai terendah  : 15
c.       Rata-rata nilai  : 17,2
d.      Rentang (nilai tertinggi-nilai terendah) : 4
e.       Sehingga tabel distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel.5.
Tabel.5 Distribusi Frekuensi Nilai Angket
No
Nilai Tes
Frekuesnsi
Prosentase
Kriteria
1
5-10
0
0%
Kurang Peduli
2
11-15
1
20%
Cukup Peduli
3
16-20
4
80%
Peduli

Dari hasil data tersebut dapat diketahui minat belajar penghuni Kontrakan Iqbal dalam kategori peduli dengan nilai rata-rata 16,8 dan prosentase nilai 16-20 sebesar 80%.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan analisis yang dilakukan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Sesuai dengan metode penelitian, maka pengujian statistik untuk mejawab atau menguji hipotesis, dalam penelitian ini digunakan teknik korelasi spearman rank dengan menggunakan rumus korelasi spearman.
Sebelum melakukan teknik korelasi spearman rank, sebelumnya disusun tabel penolong (Tabel.6).
Tabel.6 Tabel penolong untuk menghitung korelasi spearman rank
  No

Nama


x

y
Ranking
x
Ranking
y
x - y
(d)

(d2)
1
Ahmad Turaihan
2
17
1
2,5
-1.5
2,25
2
Ahmad Sa’dullah
5
19
4,5
4
0,5
0,25
3
Ahmad Ziaul Wahid
4
18
3
3
0
0
4
Danang Dimas A
5
15
4,5
1
3,5
12,25
5
Solahuddin
3
17
2
2,5
0,5
0,25








∑d2 =15

Keterangan :
x                                  = Pengetahuan pencemaran lingkungan penghuni Kontrakan Iqbal
y                      = Kepedulian linkungan sekitar kontrakan
Ranking x        = Ranking nilai x
Ranking y        = Ranking nilai y
d                      = Selisih setiap pasangan rank
d2                            = Kuadrat d
Setelah menyusun tabel penolong, kemudian dimasukkan ke dalam beberapa tahapan rumus korelasi spearman rank dengan perhitungan sebagai berikut :
 
                                     
                 
                                 - 0, 25
Dan mencari signifikasi dengan rumus Z hitung  sebagai berikut :
   
 
 

Harga Rho (  tabel untuk taraf kesalahan 5% dengan n= 5 diperoleh  tabel = 1,000 dan uji korelasi diterima apabila  hitung >  tabel, sehingga -0,25 > 1,000 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang positif dan signifikasi sebesar -0,5 antara pengetahuan penghuni Kontrakan Iqbal tentang pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan sekitar kontrakan.
Hasil akhir dari penelitian ini adalah penolakan Ha pada hipotesis penelitian sehingga Ho diterima yaitu terdapat pengaruh signifikan antara pengaruh pengetahuan penghuni Kontrakan Iqbal tentang pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan sekitar kontrakan.


H. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang diperoleh selama penelitian dapat disimpulkan bahwa:
Kebersihan penghuni Kontrakan Iqbal dalam kategori sangat baik, dengan rata-ratanya adalah 3,8 dan prosentase dengan jawaban benar 5 sebesar 40%.
Minat belajar penghuni Kontrakan Iqbal dalam kategori sangat baik, dengan nilai rata-rata 17,2 dan prosentase nilai 16-20 sebesar 80%.
Tapi dalam penerapannya dalam rumus korelasi spearman rank menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kebersihan terhadap minat belajar penghuni Kontrakan Iqbal, dengan signifikasi sebesar -0,5.


I. Daftar Pustaka
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Cet. 7. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Bandung: CV Alfabeta. 2008.
Surur, Miftahur. Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah Insitut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang Angkatan 2008-2010 Tentang Pencemaran Lingkungan Terhadap Kepedulian Lingkungan Sekitar Kampus.  Skripsi Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang 2011.



[3] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet. 7,  (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 165
[4] Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD, (Bandung: CV Alfabeta, 2008), hlm. 39
[5] Sugiono, Op. Cit., hlm. 93
[6] Sukardi, Lock.Cit
[7] Miftahur Surur, Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah Insitut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang Angkatan 2008-2010 Tentang Pencemaran Lingkungan Terhadap Kepedulian Lingkungan Sekitar Kampus,  Skripsi Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang 2011, hlm. 69