Wednesday, November 30, 2016

Filsafat Umum: Rene Descartes

PENDAHULUAN
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti mencintai dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat berarti cinta pada kebijaksanaan.[1] Sedang secara terminologi filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar atas sesuatu yang juga dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seorang yang sadar dan berfikir dewasa dalam segala sesuatu secara mendalam. Perkembanagan filsafat berawal dari zaman Yunani kuno sampai zaman modern.[2]
Jika pada pembahasan sebelumnya kita tetang mempelajari berbagai macam aliran filsafat beserta tokoh-tokohnya, maka kita akan membahas tokoh filsafat yang agak berbeda dari para filosof sebelumnya. Kita telah mempelajari para filosof alam seperti Thales, Anacimandros, Parmanindes, Heraclitus, Democritus dan yang lainnya. Para filosof Athena, yang merupakan para filosof terbesar di dunia, seperti Socrates, Plato dan Aristhoteles. Para filosof pada masa Hellinisme seperti Epicuros, Stosisme, Skeptitisme dan Plotinus. Kemudian para filsuf pada masa Skolastik seperti Thomas Aquinas.
Pada makalah ini kita akan membahas seorang filsuf dari zaman yang berbeda dari para filsuf yang sudah disebutkan di atas. Jika kita sudah membahas tentang filsafat alam, filsafat etika, filsafat praktis, dan filsafat skolastik, maka kali ini kita akan membahas tentang filsafat modern. Dan ia juga yang dijuliki sebagai “bapak filsuf modern”. Selaamt menikmati.

PEMBAHASAN
Biografi Rene Descartes
Di desa La Haye-lah tahun 1596 lahir jabang bayi Rene Descartes, atau yang lebih dikenal dengan Cartesius, filosof, ilmuwan, matematikus Perancis yang tersohor. Waktu mudanya dia sekolah Yesuit, College La Fleche. Begitu umur dua puluh dia dapat gelar ahli hukum dari Universitas Poitiers walau tidak pernah mempraktekkan ilmunya samasekali. Meskipun Descartes peroleh pendidikan baik, tetapi dia yakin betul tak ada ilmu apa pun yang bisa dipercaya tanpa matematik. Karena itu, bukannya dia meneruskan pendidikan formalnya, melainkan ambil keputusan kelana keliling Eropa dan melihat dunia dengan mata kepala sendiri. Berkat dasarnya berasal dari keluarga berada, mungkinlah dia mengembara kian kemari dengan leluasa dan longgar.[3] Dari tahun 1616 hingga 1628, Descartes betul-betul melompat ke sana kemari, dari satu negeri ke negeri lain. Dia masuk tiga dinas ketentaraan yang berbeda-beda (Belanda, Bavaria dan Honggaria), walaupun tampaknya dia tidak pernah ikut bertempur samasekali.
Kemudian dia pindah ke Belanda pada tahun 1629 hingga tahun 1649. Di Belanda dia merasa nyaman dikarenakan dapat menyelesaikan karyanya tanpa terganggu. Diantara karya-karya yang termashur adalah Discours de la Methode (1637) dan Meditations (1642). Di dalam kedua buku inilah ia menuangkan metodenya, metode keraguan Descartes (Cartesian Doubt).
Pada tahun 1649, dia dipanggil oleh Ratu Christina dari Swedia yang meminta dirinya untuk memberi pelajaran kepada ratu setiap harinya. Pemanggilan ini diawali korespondensi yang dilakukannya kepada ratu melalui Chanut, seorang duta besar Prancis untuk Stockholm. Selanjutnya Chanut terserang penyakit dan Descartes merawatnya hingga sembuh. Tetapi setelah itu giliran Descartes yang sakit yang akhirnya menyebabkan meninggal dunia pada bulan Februari 1650.[4]
Descartes tidak pernah menikah akan tetapi dia memiliki seorang anak di luar nikah yang meninggal pada umur 5 tahun. Selama hidupnya, Descartes selalu berpakaian rapi dan juga selalu membawa sebilah pedang. Dia bukanlah orang yang tekun, dia hanya bekerja dan sedikit membaca.[5]
Descartes adalah seorang filosof yang bercorak renaissance. Dia adalah tokoh filsafat yang dijuluki sebagai “bapak filsafat modern”. Ia mendapat julukan tersebut karena ia-lah yang pertama kali membangun filsafat yang berdiri atas kepercayaan diri sendiri yang dihasilhan oleh pengetahuan akliah pada zaman modern.




[1] Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramiharja, Psi. 2007. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama. Hlm.9-10
[2] Fu’ad Farid Ismail dan Mutawalli Abdul Hamid. 2012. Cara Mudah Belajar Filsafat Barat dan Islam. Yogyakarta:Ircisod. Hlm.18
[3] Michael H. Hart. 1978. Diterjemahkan oleh H. Mahbub Junaidi. 1982. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. ebook
[4] Jostein Gaarder. 2006. Dunia Shopie. Bandung: PT Mizan Pustaka. Hlm.258
[5] Bertrand Russel. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm.732-734

No comments:

Post a Comment