Wednesday, November 30, 2016

Makalah Tauhid: Iman Kepada Rasul



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerasulan merupakan akidah kedua setelah tauhid. Seperti halnya dengan tauhid  (pengesaan Allah)  yang merupakan prinsip agama dalam aspek akidah, maka kerasulan prinsip yang sama dalam aspek kepatuhan. Rasul secara bahasa berarti berasal dari kata rosala-yarsulu yang berati utusan. Sedang menurut istilah rasul berati orang yang menyampaikan risalah Tuhan kepada umat manusia dan memberi petunjuk kepada mereka menuju jalan yang lurus (ash-shiratul mustaqim) dengan izin-Nya.
Sebagai utusan-Nya mereka dipilih dan diistimewakan dengan ilham ilahi untuk membedakan dari haq dan yang  batil. Kemudian yang menunjukan manusia menuju jalan yang lurus dalam konsepsi dan amal perbuatan, dalam hal ini Allah SWT berfirman:  
“Dan jiwa serta penyempurna ciptaan-Nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan ke fasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan itu, dan merugilah orang yang mengotorinya”. (QS.Asy-Syams, 91:7-10).

B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan di atas, dalam makalah ini kita akan mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan kerasulan.
1.      Apa pengertian iman kepada rasul-rasul Allah ?
2.      Apa sajakah sifat-sifat rasul itu ?
3.      Apa perbedaan antara rasul dengan pemimpin pada umumnya ?








BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman Kepada Rasul-Rasul Allah
Yang dimaksud dengan iman kepada rasul ialah mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus utusan-Nya kemuka bumi ini untuk menunjukkan jalan yang lurus dan diridhoi oleh Allah SWT kepada umat manusia. Mengenai utusan Allah itu ada nabi dan rasul. Terdapat sedikit perbedaan antara nabi dan rasul, yaitu : Nabi ialah seseorang yang merdeka, yang mendapatkan wahyu dari Allah untuk diamalkan sendiri. Sedang rasul ialah seseorang laki-laki yang merdeka, yang mendapatkan wahyu dari Allah untuk diamalkan sendiri dan disampaikan kepada umatnya. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiyaa’:7 yang artinya :  
“Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”
Jelas kini bahwa tidak ada seorang rasul yang perempuan. Semuanya laki-laki. Mengenai jumlah nabi dan rasul tidak ada yang mengetahui secara pasti, meskipun ada seorang ulama y ang mengatakan jumlah seluruh nabi ada 124.000 (seratus dua puluh empat ribu) orang, sedang jumlah seluruh rasul ada 313 (tiga ratus tiga) orang. Tetapi mengenai kebenarannya, hanya Allah-lah yang mengetahuinya.[1] Adapun yang wajib diketahui oleh setiap muslim hanyalah 25 rasul dari 313 rasul.
Sekali lagi, yang mengetahui jumlah pasti nabi dan rasul hanya Allah SWT. Namun, orang mukmin wajib mempercayai bahwa sebenarnya jumlah nabi itu ada banyak. Hanya saja ada yang diceritakan, dan ada pula yang tidak, sebagaimana firman Allah sebagai berikut ini :  
“Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” (QS.An-Nisa’:164)
Dari dua puluh lima rasul yang wajib diketahui,  terdapat beberapa rasul yang disebut ulul azmi, artinya rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati yang sangat mengagumkan, tabah luar biasa, kesabarannya tidak ada batasnya, meski mereka harus berhadapan dengan berbagai celaan hinaan, dan tantangan yang sangat menyakitkan, namun mereka tetap teguh dan tegar, serta senantiasa bertawakal dalam  menyampaikan aqidah kepada umatnya. Sedang siapa saja yang termasuk rasul ulul azmi itu adalah sebagaimana yang telah dipaparkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab:7 yang artinya :
“ Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh.”

B. Sifat-Sifat Bagi Rasul
Setiap para nabi atau rasul memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz. Sifat wajib bagi rasul artinya sifat yang seharusnya dimiliki  oleh para nabi dan rasul. Berikut 4 sifat wajib bagi nabi dan rasul :
  1. Siddiq. Artinya benar dalam segala ucapan dan tingkah lakunya. Sifat Rasul ini berarti menerjemahkan, bahwa Rasul tidak pernah berbohong.
  2. Amanah. Artinya bisa dipercaya. Rasul adalah utusan Allah yang diberi amanah untuk menuntun umatnya kejalan yang benar.
  3. Tabligh. Artinya menyampaikan. Pada diri seorang Rasul memiliki sifat ini, yaitu menampaikan semua yang diwahyukan Allah kepada umatnya.
  4. Fatanah. Artinya adalah pintar, cerdas. Seorang Rasul memiliki kecerdasan yang bisa digunakan untuk menyebarkan agama Allah.
Sedangkan sifat mustahil artinya, para nabi dan rasul mustahil memiliki sifat tersebut atau tidak memiliki sifat tersebut. Berikut adalah sifat yang mustahil bagi nabi dan rasul :
  1. Khidib. Artinya dusta. Seorang Rasul tidak pernah berdusta atau berbohong.
  2. Khianat. Artinya curang.
  3. Kitman. Artinya Tdak menyampaikan atau selalu menyembunyikan.
  4. Baladah. Artinya bodoh.

Para nabi dan rasul pun memiliki sifat jaiz, artinya para nabi dan rasul memiliki sifat seperti hal nya manusia lain ( A’radhul Basyariyah ) seperti makan, minum, tidur, sakit, dan masih banyak yang lainnya.[2] Begitu pula dalam hal pekerjaan ataupun yang lainnya, mereka juga sama dengan manusia biasa. Yang membedakan dengan manusia biasa hanyalah kedelapan sifat yang telah dipaparkan  di atas. Dan juga, mustahil bagi para rasul itu dihinggapi penyakit yang dapat menghilangkan atau menurunkan martabat kerasulannya, misalnya gila, tuli, bisu, dan berbagai jenis penyakit yang lainnya.[3]


C. Perbedaan Antara Rasul dengan Pemimpin pada Umumnya
Diantara hal yang tidak bisa diragukan kebenarannya adalah bahwa manusia disepanjang waktu selamanya mengakui kebutuhan mereka terhadap orang yang memberikan petunjuk kepadanya dari luar dirinya, dan  ia sama sekali tidak pernah berani mengklaim bahwa petunjuk yang ada pada dirinya sendiri mampu membebaskannya dari kebutuhan terhadap pemberi petunjuk yang datang dari luar dirinya. Itulah sebabnya fungsi hidayah dan petunjuk dipercayakan kepada orang tua, kepala suku, ulama, tokoh agama, tokoh politik, dan orang-orang yang berdasar intelektualitas dan pengalamannya dianggap mampu menegakkan kepemimpinannya.
Yang membedakan antara seorang rasul dengan para pemimpin dan orang-orang shaleh itu dan yang menunjukkan kelebihan atas mereka adalah “ilmu”. Ilmu yang diterima seorang rasul itu dari Allah SWT yang dengan itu ia memberi petunjuk kepada manusia kepada jalan yang lurus. Sedang para pemimpin dan orang-orang shaleh itu tidak meilki ilmu semacam itu, tetapi mereka membangun pandangan-pandangan atas asas dugaan semata, dengan melihat lingkup permasalahan yang ada. Pandangan-pandangan merekapun tidak mungkin terbebas dari kekurangan-kekurangan berupa hawa nafsu. Lantaran itulah maka akidah-akidah yang mereka tegakkan, undang-undang yang mereka ciptakan dan metodologi ilmiyah yang mereka gariskan itu tidak selamanya benar dan terbebas dari kekeliruan. Tentang hakekat ini Al-Qur’an dalam banyak ayat telah memberikan isyarat, antara lain :
“Itu tidak lain hanyalah Nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan Sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.”(QS.An-Najm,53:23)  
“Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang Sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.”(QS.An-Najm,53:28)
Berbeda dengan itu, seorang rasul diberi ilmu hikmah dan pemikiran oleh Allah SWT. Ia memberi petunjuk kepada manusia tidak atas dasar dugaan dan keinginan hawa nafsunya, tetapi mereka memberi petunjuk menuju jalan yang lurus, yang bisa dilihatnya secara jelas dengan cahaya ilmu yang diterimanya dari Allah SWT. Karena itu, ketika Al-Qur’an menuturkan dalam ayatnya tentang pemberian kehormatan yang dianugerahkan Allah kepada salah seorang diantara makhluk-Nya berupa kenabian dan kerasulan, menyatakan bahwa Allah telah menberinya ilmu dan hikmah. Dalam hal ini Al-Qur’an menuturkan dalam beberapa ayat sebagai berikut :
“Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah Aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.” (QS.Mariyam,19:43)
“Dan kepada Luth, Kami telah berikan Hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan Dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik.”(QS.Al-Anbiya’,21:74)
“Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan ke- padanya Hikmah (kenabian) dan pengetahuan. dan Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”(QS.Al-Qashash,28:14)
Jadi, seorang rasul memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki para pemimpin pada umumnya.[4] Mereka diberi hikmah dan ilmu pengetahuan yang tidak diberikan kepada yang lainnya. Hal tersebutlah yang membedakan dengan manusia yang lain.



















BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dari penjelasan di atas, kami menyimpulkan bahwa iman kepada rasul ialah mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus utusan-Nya ke muka bumi ini untuk menunjukan kepada jalan yang lurus. Utusan-Nya tersebut ialah nabi dan rasul. Mengenai jumlahnya tidak ada yang mengetahui secara pasti, tetapi yang wajib kita ketahui hanyalah 25 orang saja. Diantara ke-25 rasul tersebut, terdapat 5 rasul yang disebut rasul ulul azmi.
Seorang nabi dan rosul itu memiliki 4 sifat wajib, 4 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz. Adapun sifat wajibnya adalah siddiq, amanah, tabligh, dan fatonah. Sedangkan sifat mustahilnya ialah khidib, khianat, kitman dan baladah. Dan yang terahir ialah sifat jaiznya yaitu A’radhul Basyariyah (sama seperti manusia biasa).
Adapun yang membedakan antara nabi dan rasul dengan para pemimpin pada umumnya ialah ilmu pengetahuan dan hikmah yang diberikan oleh Allah, yang hal tersebut tidak dimiliki oleh para pemimpin pada umumnya.
Demikianlah makalah ini kami buat. Apabila terdapat kesalahan tekstual maupun kontekstual kami mohon maaf. Serta kami juga mohon keritik dan saran dari teman-teman sekalin sehubungan dengan makalah kami ini. Karena saran dan keritik dari teman-teman akan sangat membantu dalam pembuatan makalah-makalah kami yang selanjutnya. Atas partisipasi dari teman-teman, kami ucapkan terima kasih.







DAFTAR PUSTAKA

Maududi,  Abul A’la. Dasar-Dasar Iman. Bandung : Pustaka Insitut Teknik Bandung (ITB). 2006
Zainuddin.  Ilmu Tauhid Lengkap. Jakarta: Erlangga. 1996
http//sifat-sifat bagi rasul.html diakses tgl 25/10/2013 pkl 15:30


[1] Drs. H. Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, hal. 104
[2] http//sifat-sifat bagi rasul.html diakses tgl 25-10-2013 pkl 15:30
[3] Drs. H. Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, hal.114
[4]Abul A’la Maududi, Dasar-Dasar Iman, hal.71-72

No comments:

Post a Comment