Tilaawatil Qur’an adalah salah
satu cabang ilmu yang termasuk di dalam Ilmu-ilmu Al-Qur’an yang sering kita
dengar pada perlombaan MTQ atau pada berbagai acara-acara sosial. Pada umumnya,
masyarakat, termasuk mahasiswa, hanya mengetahui Tilaawatil Qur’an sebatas
hanya melagukan Al-Qur’an dengan suara yang meliuk-liuk menggetarkan jiwa.
Namun mereka enggan untuk bertilaawatil qur’an.
Kenyataan di sekitar adalah bahwa masyarakat ataupun mahasiswa
tersebut hanya mendengarkannya saja atau sekedar duduk diam ketika ada
seseorang yang sedang bertilaawah pada acara-acara tertentu tanpa
mengetahui tilaawah apa itu. Namun ada juga, bahkan banyak, mereka
yang tidak mau berdiam mendengarkan apalagi mempraktekkan eksistensi Tilaawatil
Qur’an. Keadaan inilah yang membuat kami, Tim Penyusun, ingin membahas
seputar Tilaawatil Qur’an, motivasi-motivasinya, keutamaan-keutamaannya,
dan mudlaratnya bagi yang tidak bertilaawatil qur’an.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tim Penyusun
menyimpulkan permasalahan sebagai berikut: Mengapa orang-orang enggan bertilaawatil
qur’an? Bagaimanakah Madlaratnya bagi orang yang tidak bertilaawatil
qur’an? Dan bagaimana membangkitkan semangat mereka untuk bertilaawatil
qur’an?
Tujuan
Tim Penyusun menyusun makalah ini dengan tujuan agar mahasiswa
mengetahui seputar Tilaawatil Qur’an, motivasi-motivasi yang
mendasarinya, keutamaannya, dan mudlarat bagi yang tidak bertilaawah sehingga
dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul di benak kami.
PEMBAHASAN
Definisi Tilaawatil Qur’an
Tilaawah secara bahasa berasal dari
kata talaa – yatluu - tilaawah, yang berarti membaca atau
menelaah (Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, 1973: 79). Secara
tekstual tilaawah sebagai mashdar diartikan
dengan pembacaan. Tilaawah adalah muradif
(padanan)-nya qira’ah. Keduanya diterjemahkan menjadi bacaan.
Namun dalam pengertian yang lebih spesifik, kedua kata itu (tilaawah dan qira’ah)
memiliki tekanan tersendiri. Kata Tilaawah terdapat di dalam
Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 121:
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ
تِلَاوَتِهِ أُولئِكَ يُؤمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأولئِكَ هُمُ
الخَاسِرُونَ
Artinya : orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya,
mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu
beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah
orang-orang yang merugi. (Q.S Al-Baqarah:121)
Ibnu Abbast yang terkenal sebagai ahli tafsir Al-Qur'an menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan : يَتْلُو نَهُ حَقَّ تِلاَ وَ تِهِ adalah :
1. An
Yaqro’ahu kamaa anzalallaah / hendaklah membacanya itu sesuai
dengan apa yang diturunkan oleh Allah. Tidak dirubah, tidak ditambah-tambah dan
tidak dikurangi.
2. An
laa yuharrifahu 'an mawaadli'ih / janganlah memutar balikan
letaknya, yang dahulu didahulukan dan yang kemudian di kemudiankan dari segi
letak kalimatnya, juga letak urutan suratnya. Demikian juga jangan diputar
balikkan pengertian yang terkandung di dalamnya.
3. An
laa yuawwilahu 'alaa ghairi ta'wiilih / janganlah menafsirkannya
tidak menurut tafsir yang sebenarnya.
4. An
Yuhilla halaalahu wa yuharrima haraamah / hendaklah ia halalkan
apa yang dihalalkan Al Qur'an dan ia haramkan apa yang diharamkan Al Qur'an.
Artinya amalkan apa yang disuruh oleh Allah di dalam Al Qur'an, dan
tinggalkan apa yang diharamkan-Nya.
Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa Tilaawatil
Qur’an berarti membaca Al-Qur’an dengan tartil, menelaah
isi dan kandungannya, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Ziad Khaled Moh al-Daghameen dalam tulisannya “Al-Qur’an :
Between The Horizons of Reading and Recititation", menyebutkan,
terminologi tilaawah adalah mengikuti petunjuk dan
aturan-aturan (sunan) kitab suci. Ini berarti keharusan berkesinambungan
dalam memahami makna dan kebenaran-kebenaran (haqa’iq)-nya dalam hati.
Jadi, tilaawatil qur’an tidak hanya membaca lafadznya saja
tetapi juga menelaah isi dan kandungannya dengan penuh penghayatan.