Saturday, June 25, 2016

Hadits Hasad Yang Di perbolehkan dan Hilangnya Pengetahuan Karena Meninggalnya Orang Yang Berilmu

    II.            PEMBAHASAN
A.  Hasad yang diperbolehkan
Hasad, iri dan dengki merupakan istilah yang sama. Hasad adalah benci melihat orang lain mendapatkan nikmat dan dia berharap nikmat tersebut di hilangkan dari orang tersebut, walau dia mengharap nikmat tersebut berpindah kepada dirinya maupun tidak.[1] Akan tetapi hasad juga diperbolehkan asalkan tanpa adanya harapan nikmat orang tersebut di hilangkan dari orang tersebut, Hasad tersebut dinamakan ghibtah.[2] Hasad yang di bolehkan ini bermaksud untuk memotivasi seseorang agar tidak mau kalah dalam hal kebaikan, bukan untuk membenci seseorang. Seperti penggalan firman Allah :
            فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ
              Artinya : “berlomba-lombalah dalam kebaikan.”
Hasad itu boleh asalkan :
1.     Hasad kepada orang yang diberikan Allah harta kemudian di gunakan untuk jalan kebenaran.
2.     Hasad kepada orang yang di berikan Allah hikmah(ilmu) kemudian dia mengamalkannya.

 Seperti hadits di bawah ini :
سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا (البخاري: العلم: 71)

 (BUKHARI - 71) : Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, telah menceritakan kepadaku Isma'il bin Abu Khalid -dengan lafazh hadits yang lain dari yang dia ceritakan kepada kami dari Az Zuhri- berkata; aku mendengar Qais bin Abu Hazim berkata; aku mendengar Abdullah bin Mas'ud berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal; (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain".

Hasad yang seperti itulah yang di bolehkan karena hasad kepada dua orang tersebut bisa membuat seseorang menjadi lebih baik dalam kebaikan.

B.  Hilangnya pengetahuan karena meninggalnya orang yang berilmu.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ  (البخاري: كتاب العلم: 98)
 (BUKHARI - 98) : Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Abu Uwais berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan". Berkata Al Firabri Telah menceritakan kepada kami 'Abbas berkata, Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam seperti ini juga.
Ilmu yang di maksud dalam hadits tersebut adalah ilmu tentang islam yaitu Al-Quran dan as-Sunnah.[3] Proses hilangnya ilmu tersebut bukan mengambilnya dari dad para ulama’ tetapi melalui cara Allah mengambil nyawa para ulama’.[4] Kemudian apabila para ulama’ sudah tiada dan yang akan terjadi selanjutnya adalah hilangnya ilmu tentang agama kemudian orang-orang akan menjadikan orang bodoh (dalam hal agama) sebagai panutan mereka sehingga yang terjadi adalah kesesatan, Nabi bersabda:
 إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَة         
Artinya : (BUKHARI - 57) "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat".
 Jadi apabila suatu urusan (berfatwa) di berikan kepada orang yang tidak ahli maka kehancuran akan datang dan salah satu tanda hari kiamat adalah hilangnya ilmu dari muka bumi ini. Seperti yang terkandung dalam hadits :
حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ مَيْسَرَةَ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا
(BUKHARI - 78) : Telah menceritakan kepada kami 'Imran bin Maisarah berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Warits dari Abu At Tayyah dari Anas bin Malik berkata, telah bersabda Rasul shallallahu 'alaihi wasallam: "Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan merebaknya kebodohan dan diminumnya khamer serta praktek perzinahan secara terang-terangan".
C.  Perintah mendidik anak mempelajari al-Qur’an
أدبوا أولادكم على ثلاث خصال حب نبيكم وحب أهل بيته وقراءة القرآن فإن حملة القرآن في ظل الله يوم لا ظل إلا ظله مع أنبياء الله وأصفيائه (رواه أبو النصر عبد الكريم  بن محمد الشيرازي فى فوائده )
Maksud hadis tersebut kurang lebih yaitu mengarahkan kita untuk mengajari anak kita untuk mencintai Nabi,mencintai keluarga dan membaca Al-Quran.[5] Seperti yang kita ketahui bahwa kita sebagai umat islam harus mempelajari al-Quran tak lepas juga untuk anak-anak kita yang akan terlahir kedunia ini besok pada waktunya. Sebagai calon orang tua kita harus mengarahkan anak kita untuk mengenalkan ilmu-ilmu agama seperti Al-Quran, apalagi kita seorang yang kuliah di jurusan tafsir hadis. Di mulai dari mendengarkannya di saat masih dalam kandungan ataupun ketika masih balita, kemudian mengajarinya membaca agar anak-anak terbiasa membaca Al-Quran sejak dini seperti memasukkan anak di dalam TPQ/TPA atupun mengajarinya sendiri. Dan ketika umur 7 tahun harus mengajarinya untuk berdoa kemudian umur 10 tahun anak tidak mau maka kita boleh memukulnya, sepert hadis yang artinya :
Dan diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Gubernur Umar ibn Abd al-As, semoga Allah akan senang dengan dia: RasulullahSAW bersabda: "Ajarilah anak-anak Anda untuk berdoa ketika mereka tujuh, dan memukul mereka ketika mereka sepuluh, dan memisahkan mereka di tempat tidur mereka (HR Abu Dawud)


D.  Pentingnya mencari ilmu pengetahun tanpa batasan (terus menerus)

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَنْ  يَشْبَعَ الْمُؤْمِنُ مِنْ خَيْرٍ يَسْمَعُهُ حَتَّى يَكُونَ مُنْتَهَاهُ الْجَنَّةُ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ (الترمذي: العلم: 2610)

(TIRMIDZI - 2610) : Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafs Asy Syaibani Al Bashri telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahab dari 'Amru bin Al Harits dari Darraj dari Abul Haitsam dari Abu Sa'id Al Khudri dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Seorang mukmin tidak akan merasa kenyang dengan kebaikan yang dia dengar sehingga akhir kesudahannya adalah surga." Hadits ini hasan gharib.
Maksud dari hadits tersebut adalah sebagai manusia kita tidak boleh puas dengan ilmu yang kita miliki. Kita harus selalu melihat ke “atas” dalam hal mencari ilmu. Semua pasti sudah mendengar ungkapan mencaru ilmu sampai ke negeri cina. Itu berarti kita harus mencari ilmu tidak hanya di negeri sendiri melainkan sampai ke negri orang karena di sana pastilah banyak ilmu-ilmu yang belum kita ketahui. Keinginan memperoleh ilmu dalam buku karya Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa harus seperti mencari sharta yang merupakan suatu keinginan alamiah setiap orang, oleh karena itu jelas bahwa menuntut ilmu sama pentingnya. Tetapi pemilik ilmu tersebut haruslah menggunakan ilmunya di dalam jalan kebenaran dan mengajarkannya kepada orang lain agar menjadi manfaat tidak hanya bagi diri sendiri melainkan orang lain juga.[6] Dan keutamaan orang yang berilmu salah satunya yang terdapat pada sebuah hadis yaitu :
 وَسَلَّمَ عَلَيْهِ اللَّهُ صَلَّى اللَّهِ رَسُولُ قَالَ
الْخَيْرَ النَّاسِ مُعَلِّمِ عَلَى لَيُصَلُّونَ الْحُوتَ وَحَتَّى جُحْرِهَا فِي النَّمْلَةَ حَتَّى وَالْأَرَضِينَ السَّمَوَاتِ وَأَهْلَ وَمَلَائِكَتَهُ للَّهَ إِنَّ
(TIRMIDZI - 2609) "Sesungguhnya Allah, MalaikatNya serta penduduk langit dan bumi bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia."


[1] http://al-atsarriyah.com/haramnya-hasad-dan-dengki.html
[2] Maulana muhammad ali, kitab hadits pegangan, darul kutibil islamiyah, Jakarta, 1992. Hlm. 35
[3] http://almanhaj.or.id/content/3184/slash/0/13-hilangnya-ilmu-dan-menyebarnya-kebodohan/
[4] Muhammad fuad abdul baqi, terjemah lu’lu’ walmarjan, pustaka nuun, semarang, 2012. Hlm. 574

No comments:

Post a Comment