I.
PENDAHULUAN
Berbicara tentang orientalisme kita pasti akan dapat memahami bahwa
ilmuan-ilmuan barat yang titik pemukirannya selalu diarahkan pada dunia belahan
timur ini, yang mana umat islam pada saat itu berada dalam masa keayaannya yang
mengagumkan dunia belahan barat. Yaitu umat Islam dan para ilmuannya telah
mengausai berbagai bidang ilmu pengetahuan yang kira-kira dua setengah abad
lamanya telah menduduki dunia barat. Dari situlah muncul ketertarikan dunia
barat untuk mengambil ilmu yang ada di dunia timur. Maka semenak abad ke 10
Masehi mereka dengan penuh gairah sengaa datang ke timur demi mengambil
ilmu-ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh ilmuan Islam(kaum Muslimin). Kemudian
setelah mereka berhasil mendapatkan ilmu-ilmu itu lalu mereka mengalih
bahasakan kedalam bahsa mereka dan bahasa latin dan sebagainya. Untuk lebih
jelasnya kami akan mempersembahkan makalah kami yang berjudul “SEJARAH ORIENTALISME” berikut ini.
II. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian dari orientalisme?
2.
Bagaimana sejarah orientalisme?
3.
Faktor apa saja yang menyebabkan munculnya orientalisme?
4.
Bagaimana kajian kaum orientalis tentang hadis?
III. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
ORIENTALISME
Orientalisme,
terdiri dari dua kata oriental dan isme. Oriental artinya : bersifat Timur,
Isme yaitu : kata penyambung yang menunjukkan sesuatu paham, ajaran dan
cita-cita, acara, sistem atau sikap. Maka orientalisme bisa diartikan ajaran
dan paham yang bersifat timur dan tentang persoalan Timur.[1]
Dari
segi terminologinya, Muhammad Ismail
Ya’kub menyatakan bahwa orientalis adalah orang yang ahli soal-soal ketimuran
yakni segala sesuatu yang mengenai negeri-negeri Timur, terutama negeri-negeri
Arab pada umumnya dan Islam pada khusunya. Tentang kebudayaannya, agamanya,
peradabannya dan lain-lainnya.
Orientalis
yang dimaksud disini adalah para sarjana Barat yang notabene non muslim
(Yahudi, Kristen atau bahkan Ateis) namun mereka sibuk mengkaji Islam beserta
seluk beluknya.[2]
B. SEJARAH
ORIENTALISME
Orientalisme
itu dimulai oleh kaum orientalisten dengan mempelajari bahasa Arab dan Agama
Islam, kemudian meluas mempelajari semua agama Timur, adat istiadatnya,
peradabannya, ilmu buminya, bahasa dan lainn-lainnya. Akan tetapi, kaum
orientalisten lebih mementingkan tentang Islam dan peradaban Islam.
Mengenai
sejarah orientalisme itu tidak diketahui pasti kejelasannya tentang siapa orang
Barat yang pertama mempelajari hal ketimuaran, akan tetapi terdapat dalil yang
menguatkan bahwa Orang-orang
barat mulai berkecimpung dalam studi tentang dunia Timur adalah pada permulaan
abad kesepuluh Masehi. Yaitu ketika beberapa orang pendeta Barat khususnya di
Andalusia (Spanyol), ingin memperlihatkan kebolehan dan kemampuannya setelah
menyelesaikan pendidikan di sekolah-sekolah studi ketimuran. Para pendeta Nasrani Barat ini datang
di Andalusia (Spanyol) pada masa keemasan Islam. Di negeri itu, mereka menjadi
murid dari ulama-ulama terkemuka pada
waktu itu dalam berbagai macam ilmu pengetahuan. Dan ketika mereka kembali ke
negeri asalnya, mereka menyalin Al-Qur’anul karimdan buku-buku Arab ke dalam
bahasa mereka. Dan salah seorang dari pendeta-pendeta itu adalah Jerbert, yang
terpilih menjadi paus Roma Katolik di Roma tahun 999 M. Selain itu, tercatat
juga Pierrele Aenere (1092-1156) dan Gerard dan Gremone (1114-1187).
Sebagaimana
diketahui bahwa Barat Kristen dengan Timur Islam telah bertemu dalam permusuhan
bersenjata pada masa dua abad lamanya. Yaitu dalam perang salib, yaitu pada
akhir abad XI samapai akhir abad ke XIII. Dimana perang salib ini merupakan
tantangan dunia Kristen menganggap dunia Islam sejak tahun 632, merupakan pihak
penyerang, bukan saja hanya di Syiria dan Asia kecil, juga di Spanyol dan
Sisilia. Reaksi penaklukan ini mulai terasa kira-kira dalam tahun 1127, dan
pada tanggal 1 juli 1187 kota Hittin jatuh dan kekuasaan orang Perancis menjadi
hancursehingga kota Yerussalem menyerah dalam pertempuan di Hittin pada tanggal
2 oktober 1187. Tokoh yang berperan dalam hal ini adalah Salahuddin Al-Ayyubi dan
beliau merupakan pahlawan Islam dalam menghadapi tentara salib.[3]
Orientalisme
sudah berjalan kurang lebih seribu tahun lamanya,adapun motif lahirnya
Orientalisme,dapat dikategorikan pada motif agama, politik, ekonomi, dan
keilmuan. Dalam prespektif agama, Barat dapat dinyatakan sebagai representasi
Kristen. Kehadiran Islam yang banyak melakukan koreksi atas sejumlah ajaran
Kristenisasi. Oleh karena itu, diantara sasaran Orientalisme dari sisi
agama adalah menumbuhkan keraguan tas al qur`an dan hadits. Fiqih dinyatakan
sebagai adopsidari hukum Romawi, yang mengisolasi bahasa Arab dari ilmu
pengetahuan yang berkembang, mengembalikan Islam ke sumber Yahudi dan Nasrani,
serta mengangkat hadits dhoif dan mawdhu` untuk membngun
dan menompang teori teorinya.
C. FAKTOR
YANG MEMUNCULKAN ORIENTALISME
Dr. Musthafa As-Siba’iy
menerangkan hal-hal yang mendorong kaum orientalisten Barat untuk menyelidiki
dan mempelajari tentang ketimuran sebagai berikut :
1. Dorongan
Keagamaan
Tentang hal keislaman,
hal keadaan muslimin, peradaban, kehidupan, dan penghidupannya.Pokok penelitian
kaum orientalis adalah bahwa orang-orang mulai mempelajari agama Islam dan
peradabannya, mereka bermaksud untuk menyudutkan Agama Islam,
memperburuk-burukkan Agama Islam dan memutarbalikkan kebenaran Islam.Maka,
kaum orientalis yang terdahulu telah memanfaatkan hasil penelitiannya tentang
agama Islam dan yang berhubungan dengan agama Islam, secara positif dan
negatif. Dan banyak melontarkan hasil penelitian yang bertentangan dengan
ajaran Islam yang sebenarnya dan membawa pengaruh yang jelek.
2. Dorongan
penjajahan
Kekalahan orang salib
pada perang salib (yang merupakan perang agama), yang menyebabkan orang Barat
tidak berputus asa untuk tetap berusaha membalas dendam dan menduduki negeri
Arab yang kemudian negara Isam.
3. Dorongan
perniagaan
Merupakan dorongan yang
nyata bagi negeri-negeri industri yang memerlukan pasaran untuk melemparkan
hasil industrinya, mereka harus meneliti kesukaran negeri-negeri yang menjadi
sasarannya, demi kemajuan negeri mereka sendri. Maka, kaum orientalis
yang terdorong penelitiannya tentang Timur oleh dorongan ekonomi dan
perniagaan, harus bekerja keras, agar tidak ketinggalan.
4. Dorongan
politik
Hal ini yang menjadikan
menonjol pada masa sekarang sesudah negeri-negeri Islam dan negeri Timur
umumnya mencapai kemerdekaannya. Pada masa sekarang, setelah berkembang blok
Timur dan blok Barat, maka masing-masing dari mereka berusaha mempengaruhi akan
masyarakat, dimana mereka ditempatkan, untuk keuntungan politik dari negaranya.
5. Dorongan
ilmiah
Kaum orientalisten
beriat meneliti perihal ketimuran dengan bersusah payah, membuang tenaga dan
umur yang amat berharga, oleh karena didorong oleh semangat ingin tahu dan
cinta kepada perihal ketimuran.
Dr.
Mustafa as-Siba’iy menerangkan lebih lanjut, bahwa golongan yang didorong oleh
dorongan ilmiah, sangat sedikit yang salah pemahamannya tentang Islam dan
peninggalan Islam. Karena mereka tidak sengaja untuk menyelewengkan agama Islam
dan memasukkan yang bukan-bukan ke dalam Islam.
D. KAJIAN
ORIENTALIS TENTANG HADIS
Hadis
merupakan segala sesuatu yang mengandung ucapan, perbuatan dan ketetntuan yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga bagi orientalis, hadis adalah
sebuah kajian yang mudah bagi mereka untuk memutar balikkan kebenarannya secara
keseluruhan.
Sejak
awal, para orientalis tampaknya memiliki ambisi untuk merumuskan
penemuan-penemuan, pengalaman-pengalaman, dan wawasan-wawasan mereka secara
tepat dalam istilah-istilah modern, untuk mempertemukan gagasan-gagasan tentang
Timur dengan realitas-realitas modern.[4]
Gugatan
orientalis terhadap hadis bermula pada pertengahan abad ke-19 M, dimana hampir
seluruh bagian Dunia Islam telah masuk alam cengkeraman kolonialisme
bangsa-bngasa Eropa. Alois Sprenger, adalah orang yamg pertama kali
mempersoalkan status hadits dalam Islam.
Orintalisme terhadap hadis ini berjalan dengan lancar bertahap, dan
terencana. Ada yang menyerang matannya, ada yang menyerang sanadnya dan ada
juga yang menyerang hadis sejarah yang dihubungkan dengan sirah.[5]
Dalam hal
ini, terdapat tiga hal yang sering dikemukakan kaum orientalis dalam penelitian
mereka terhadap al-Hadis, yaitu tentang kepribadian Nabi Muhammad SAW, Aspek
Asanid (Rangkaian perawi hadis), dan Aspek Matan.
a.
Aspek Pribadi Nabi Muhammad
Argumen pertama orientalis meragukan otentisitas
hadits adalah bahwa hadits-hadits itu buatan manusia dan bukan wahyu.
Menurut orientalis pribadi Muhammad
perlu dipertanyakan, mereka membagi status Muhammad menjadi tiga, sebagai
rasul, kepala negara dan pribadi biasa sebagaimana orang kebanyakan.
Sesuatu yang didasarkan dari Nabi Muhammad baru disebut hadits jika sesuatu
tersebut berkaitan dengan hal-hal praktis keagamaan, karena jika tidak hal itu
tidak layak disebut hadits, karena bisa saja hal itu hanya timbul dari status
lain seorang Muhammad.
b.
Aspek Asanid (Rangkaian Perawi).
Orientalis memiliki kesimpulan bahwa semua
asanid itu fiktif atau bahwa yang asli dan yang palsu itu
tidak bisa dibedakan secara pasti. Isnad yang sampai kepada Nabi Muhammad jauh
lebih diragukan ketimbang isnad yang sampai kepada sahabat. Para orientalis
sering mempertanyakan tentang para perawi yang banyak meriwayatkan hadis
dari Rasulullah. seperti yang kita ketahui bersama para sahabat yang
terkenal sebagai perawi bukanlah para sahabat yang yang banyak menghabiskan
waktunya bersama Rasullah seperti Abu bakar, Umar, Usman dan Ali. Namun
yang banyak meriwayatkan hadis adalah sahabat-sahabat junior dalam artian
karena mereka adalah orang “baru” dalam kehidupan Rasulullah.
c.
Aspek Matan
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa ktirik isnad adalah
satu-satunya metode yang dipraktekkan ahli-ahli hadits untuk menyaring mana
hadits yang shahih dan hadits mana yang tidak shahih. Menurut orientalis matan
hampir tidak pernah dipertanyakan, hanya jika isi sebuah hadits yang isnad-nya
shahih jelas bertentangan dengan Al-Qur‟an, baru ditolak kalau isinya dapat
diinterpretasikan sedemikian sehingga menjadi selaras dengan Al-Qur‟an dan
hadits-hadits lain, hadits itu tidak dikritik.[6]
IV. KESIMPULAN
Orientalisme
bisa diartikan ajaran dan paham yang bersifat timur dan tentang persoalan
Timur. Sedangkan orang yang menekuni bidang itu disebut Orientalis yang
notabene mereka adalah non Islam. Orientalisme itu dimulai oleh kaum
orientalisten dengan mempelajari bahasa Arab dan Agama Islam, kemudian meluas
mempelajari semua agama Timur. Tepatnya pada abad ke 10 yaitu ketika beberapa
pendeta yang belajar di sekolah-sekolah studi islam. Dan ketika mereka kembali
ke negeri asalnya mereka menyalin al-Qur’anul karim dan buku-buku Arab kedalam
bahasa mereka. Orientalisme sendiri muncul karena ada berbagai motif yaitu
dapat dikategorikan pada motif agama, politik, ekonomi, keilmuan, dan
lain-lain. Sedangkan menurut Dr. Musthafa As-Siba’iy motif barat untuk
mempelajari Islam ada banyak motif, seperti Dorongan keagamaan, dorongan
penjajahan, dorongan perniagaan, dorongan politin dan dorongan ilmiah. Kemudian
kajian-kajian kaum orientalis terhadap hadis yang mereka sering teliti adalah
aspek pribadi Nabi Muhammad, aspek Asnid (Rangkaian perawi) dan aspek Matan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif, Syamsuddin,
Orientalisme dan Diabolisme
pemikiran, Jakarta : Gema Insani, 2008.
Hanafi,
A., ORIENTALISME ditinjau menurut
kacamata agama (Qur’an dan Hadis), Jakarta Pusat : Pustaka AlHusna, 1981.
Jakub,
Ismail, orientalisme dan
orientalisten, Surabaya: C.V Faizan, 2010.
Said
, Edward W., Orientalisme, Yogyakarta
: Pustaka Belajar, 2010.
Sou’yb, joesoef, ORIENTALISME dan ISLAM, Jakarta :
Bulan Bintang, 1985.
[1]Prof. Tk.
H. Ismail Jakub S.H, orientalisme dan orientalisten, Surabaya: C.V Faizan 2010,
h.5
[2] Dr.
Syamsuddin Arif, Orientalisme dan Diabolisme pemikiran, Jakarta : Gema Insani
2008, h.27
[3]Prof. Tk.
H. Ismail Jakub S.H, orientalisme dan orientalisten, Surabaya: C.V Faizan 2010,
h.11-13
[4] Edward
W. Said, Orientalisme, Yogyakarta : Pustaka Belajar 2010, h.63
[5] Dr.
Syamsuddin Arif, Orientalisme dan Diabolisme pemikiran, Jakarta : Gema Insani
2008, h.28
[6]http://www.academia.edu/6408116/Orientalis_dan_Hadits,
diunduh pada sabtu, 26 Mar. 16 pukul 10:41 WIB
No comments:
Post a Comment