Sunday, June 19, 2016

Makalah Orientalisme Hadits tentang Pengertian dan Sejarah Orientalisme Hadits



I.         PENDAHULUAN
Berbicara tentang orientalisme  kita pasti akan dapat memahami bahwa ilmuan-ilmuan barat yang titik pemukirannya selalu diarahkan pada dunia belahan timur ini, yang mana umat islam pada saat itu berada dalam masa keayaannya yang mengagumkan dunia belahan barat. Yaitu umat Islam dan para ilmuannya telah mengausai berbagai bidang ilmu pengetahuan yang kira-kira dua setengah abad lamanya telah menduduki dunia barat. Dari situlah muncul ketertarikan dunia barat untuk mengambil ilmu yang ada di dunia timur. Maka semenak abad ke 10 Masehi mereka dengan penuh gairah sengaa datang ke timur demi mengambil ilmu-ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh ilmuan Islam(kaum Muslimin). Kemudian setelah mereka berhasil mendapatkan ilmu-ilmu itu lalu mereka mengalih bahasakan kedalam bahsa mereka dan bahasa latin dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya kami akan mempersembahkan makalah kami yang berjudul “SEJARAH ORIENTALISME” berikut ini.

II.      RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari orientalisme?
2.      Bagaimana sejarah orientalisme?
3.      Faktor apa saja yang menyebabkan munculnya orientalisme?
4.      Bagaimana kajian kaum orientalis tentang hadis?

III.   PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN ORIENTALISME
Orientalisme, terdiri dari dua kata oriental dan isme. Oriental artinya : bersifat Timur, Isme yaitu : kata penyambung yang menunjukkan sesuatu paham, ajaran dan cita-cita, acara, sistem atau sikap. Maka orientalisme bisa diartikan ajaran dan paham yang bersifat timur dan tentang persoalan Timur.[1]
Dari segi terminologinya, Muhammad  Ismail Ya’kub menyatakan bahwa orientalis adalah orang yang ahli soal-soal ketimuran yakni segala sesuatu yang mengenai negeri-negeri Timur, terutama negeri-negeri Arab pada umumnya dan Islam pada khusunya. Tentang kebudayaannya, agamanya, peradabannya dan lain-lainnya.
Orientalis yang dimaksud disini adalah para sarjana Barat yang notabene non muslim (Yahudi, Kristen atau bahkan Ateis) namun mereka sibuk mengkaji Islam beserta seluk beluknya.[2]

B.     SEJARAH ORIENTALISME
Orientalisme itu dimulai oleh kaum orientalisten dengan mempelajari bahasa Arab dan Agama Islam, kemudian meluas mempelajari semua agama Timur, adat istiadatnya, peradabannya, ilmu buminya, bahasa dan lainn-lainnya. Akan tetapi, kaum orientalisten lebih mementingkan tentang Islam dan peradaban Islam.
Mengenai sejarah orientalisme itu tidak diketahui pasti kejelasannya tentang siapa orang Barat yang pertama mempelajari hal ketimuaran, akan tetapi terdapat dalil yang menguatkan bahwa Orang-orang barat mulai berkecimpung dalam studi tentang dunia Timur adalah pada permulaan abad kesepuluh Masehi. Yaitu ketika beberapa orang pendeta Barat khususnya di Andalusia (Spanyol), ingin memperlihatkan kebolehan dan kemampuannya setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah-sekolah studi ketimuran.  Para pendeta Nasrani Barat ini datang di Andalusia (Spanyol) pada masa keemasan Islam. Di negeri itu, mereka menjadi murid  dari ulama-ulama terkemuka pada waktu itu dalam berbagai macam ilmu pengetahuan. Dan ketika mereka kembali ke negeri asalnya, mereka menyalin Al-Qur’anul karimdan buku-buku Arab ke dalam bahasa mereka. Dan salah seorang dari pendeta-pendeta itu adalah Jerbert, yang terpilih menjadi paus Roma Katolik di Roma tahun 999 M. Selain itu, tercatat juga Pierrele Aenere (1092-1156) dan Gerard dan Gremone (1114-1187).
Sebagaimana diketahui bahwa Barat Kristen dengan Timur Islam telah bertemu dalam permusuhan bersenjata pada masa dua abad lamanya. Yaitu dalam perang salib, yaitu pada akhir abad XI samapai akhir abad ke XIII. Dimana perang salib ini merupakan tantangan dunia Kristen menganggap dunia Islam sejak tahun 632, merupakan pihak penyerang, bukan saja hanya di Syiria dan Asia kecil, juga di Spanyol dan Sisilia. Reaksi penaklukan ini mulai terasa kira-kira dalam tahun 1127, dan pada tanggal 1 juli 1187 kota Hittin jatuh dan kekuasaan orang Perancis menjadi hancursehingga kota Yerussalem menyerah dalam pertempuan di Hittin pada tanggal 2 oktober 1187. Tokoh yang berperan dalam hal ini adalah Salahuddin Al-Ayyubi dan beliau merupakan pahlawan Islam dalam menghadapi tentara salib.[3]
Orientalisme sudah berjalan kurang lebih seribu tahun lamanya,adapun motif lahirnya Orientalisme,dapat dikategorikan pada motif agama, politik, ekonomi, dan keilmuan. Dalam prespektif agama, Barat dapat dinyatakan sebagai representasi Kristen. Kehadiran Islam yang banyak melakukan koreksi atas sejumlah ajaran Kristenisasi. Oleh karena itu, diantara sasaran Orientalisme  dari sisi agama adalah menumbuhkan keraguan tas al qur`an dan hadits. Fiqih dinyatakan sebagai adopsidari hukum Romawi, yang mengisolasi bahasa Arab dari ilmu pengetahuan yang berkembang, mengembalikan Islam ke sumber Yahudi dan Nasrani, serta mengangkat hadits dhoif dan mawdhu`  untuk membngun dan menompang teori teorinya.

C.     FAKTOR YANG MEMUNCULKAN ORIENTALISME
Dr. Musthafa As-Siba’iy menerangkan hal-hal yang mendorong kaum orientalisten Barat untuk menyelidiki dan mempelajari tentang ketimuran sebagai berikut :
1.      Dorongan Keagamaan
Tentang hal keislaman, hal keadaan muslimin, peradaban, kehidupan, dan penghidupannya.Pokok penelitian kaum orientalis adalah bahwa orang-orang mulai mempelajari agama Islam dan peradabannya, mereka bermaksud untuk menyudutkan Agama Islam, memperburuk-burukkan Agama Islam dan memutarbalikkan kebenaran Islam.Maka, kaum orientalis yang terdahulu telah memanfaatkan hasil penelitiannya tentang agama Islam dan yang berhubungan dengan agama Islam, secara positif dan negatif. Dan banyak melontarkan hasil penelitian yang bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya dan membawa pengaruh yang jelek.
2.      Dorongan penjajahan
Kekalahan orang salib pada perang salib (yang merupakan perang agama), yang menyebabkan orang Barat tidak berputus asa untuk tetap berusaha membalas dendam dan menduduki negeri Arab yang kemudian negara Isam.
3.      Dorongan perniagaan
Merupakan dorongan yang nyata bagi negeri-negeri industri yang memerlukan pasaran untuk melemparkan hasil industrinya, mereka harus meneliti kesukaran negeri-negeri yang menjadi sasarannya, demi kemajuan negeri mereka sendri. Maka, kaum orientalis yang terdorong penelitiannya tentang Timur oleh dorongan ekonomi dan perniagaan, harus bekerja keras, agar tidak ketinggalan.
4.      Dorongan politik
Hal ini yang menjadikan menonjol pada masa sekarang sesudah negeri-negeri Islam dan negeri Timur umumnya mencapai kemerdekaannya. Pada masa sekarang, setelah berkembang blok Timur dan blok Barat, maka masing-masing dari mereka berusaha mempengaruhi akan masyarakat, dimana mereka ditempatkan, untuk keuntungan politik dari negaranya.
5.      Dorongan ilmiah
Kaum orientalisten beriat meneliti perihal ketimuran dengan bersusah payah, membuang tenaga dan umur yang amat berharga, oleh karena didorong oleh semangat ingin tahu dan cinta kepada perihal ketimuran.
Dr. Mustafa as-Siba’iy menerangkan lebih lanjut, bahwa golongan yang didorong oleh dorongan ilmiah, sangat sedikit yang salah pemahamannya tentang Islam dan peninggalan Islam. Karena mereka tidak sengaja untuk menyelewengkan agama Islam dan memasukkan yang bukan-bukan ke dalam Islam.

D.      KAJIAN ORIENTALIS TENTANG HADIS
Hadis merupakan segala sesuatu yang mengandung ucapan, perbuatan dan ketetntuan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga bagi orientalis, hadis adalah sebuah kajian yang mudah bagi mereka untuk memutar balikkan kebenarannya secara keseluruhan.
Sejak awal, para orientalis tampaknya memiliki ambisi untuk merumuskan penemuan-penemuan, pengalaman-pengalaman, dan wawasan-wawasan mereka secara tepat dalam istilah-istilah modern, untuk mempertemukan gagasan-gagasan tentang Timur dengan realitas-realitas modern.[4]
Gugatan orientalis terhadap hadis bermula pada pertengahan abad ke-19 M, dimana hampir seluruh bagian Dunia Islam telah masuk alam cengkeraman kolonialisme bangsa-bngasa Eropa. Alois Sprenger, adalah orang yamg pertama kali mempersoalkan status hadits dalam Islam.  Orintalisme terhadap hadis ini berjalan dengan lancar bertahap, dan terencana. Ada yang menyerang matannya, ada yang menyerang sanadnya dan ada juga yang menyerang hadis sejarah yang dihubungkan dengan sirah.[5]
Dalam hal ini, terdapat tiga hal yang sering dikemukakan kaum orientalis dalam penelitian mereka terhadap al-Hadis, yaitu tentang kepribadian Nabi Muhammad SAW, Aspek Asanid (Rangkaian perawi hadis), dan Aspek Matan.
a.       Aspek Pribadi Nabi Muhammad
Argumen pertama orientalis meragukan otentisitas hadits adalah  bahwa hadits-hadits itu buatan manusia dan bukan wahyu. Menurut orientalis pribadi  Muhammad perlu dipertanyakan, mereka membagi status Muhammad menjadi tiga, sebagai rasul, kepala negara dan pribadi  biasa sebagaimana orang kebanyakan. Sesuatu yang didasarkan dari Nabi Muhammad baru disebut hadits jika sesuatu tersebut berkaitan dengan hal-hal praktis keagamaan, karena jika tidak hal itu tidak layak disebut hadits, karena bisa saja hal itu hanya timbul dari status lain seorang Muhammad.
b.    Aspek Asanid (Rangkaian Perawi).
Orientalis memiliki kesimpulan bahwa semua asanid  itu fiktif atau  bahwa yang asli dan yang palsu itu tidak bisa dibedakan secara pasti. Isnad yang sampai kepada Nabi Muhammad jauh lebih diragukan ketimbang isnad yang sampai kepada sahabat. Para orientalis sering mempertanyakan tentang para perawi yang  banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah. seperti yang kita ketahui  bersama para sahabat yang terkenal sebagai perawi bukanlah para sahabat yang yang banyak menghabiskan waktunya bersama Rasullah seperti Abu  bakar, Umar, Usman dan Ali. Namun yang banyak meriwayatkan hadis adalah sahabat-sahabat junior dalam artian karena mereka adalah orang “baru” dalam kehidupan Rasulullah. 
c.       Aspek Matan
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa ktirik isnad adalah satu-satunya metode yang dipraktekkan ahli-ahli hadits untuk menyaring mana hadits yang shahih dan hadits mana yang tidak shahih. Menurut orientalis matan hampir tidak pernah dipertanyakan, hanya jika isi sebuah hadits yang isnad-nya shahih jelas bertentangan dengan Al-Qur‟an, baru ditolak kalau isinya dapat diinterpretasikan sedemikian sehingga menjadi selaras dengan Al-Qur‟an dan hadits-hadits lain, hadits itu tidak dikritik.[6]

IV.   KESIMPULAN
Orientalisme bisa diartikan ajaran dan paham yang bersifat timur dan tentang persoalan Timur. Sedangkan orang yang menekuni bidang itu disebut Orientalis yang notabene mereka adalah non Islam. Orientalisme itu dimulai oleh kaum orientalisten dengan mempelajari bahasa Arab dan Agama Islam, kemudian meluas mempelajari semua agama Timur. Tepatnya pada abad ke 10 yaitu ketika beberapa pendeta yang belajar di sekolah-sekolah studi islam. Dan ketika mereka kembali ke negeri asalnya mereka menyalin al-Qur’anul karim dan buku-buku Arab kedalam bahasa mereka. Orientalisme sendiri muncul karena ada berbagai motif yaitu dapat dikategorikan pada motif agama, politik, ekonomi, keilmuan, dan lain-lain. Sedangkan menurut Dr. Musthafa As-Siba’iy motif barat untuk mempelajari Islam ada banyak motif, seperti Dorongan keagamaan, dorongan penjajahan, dorongan perniagaan, dorongan politin dan dorongan ilmiah. Kemudian kajian-kajian kaum orientalis terhadap hadis yang mereka sering teliti adalah aspek pribadi Nabi Muhammad, aspek Asnid (Rangkaian perawi) dan aspek Matan.








DAFTAR PUSTAKA

Arif, Syamsuddin,  Orientalisme dan Diabolisme pemikiran, Jakarta : Gema Insani, 2008.
Hanafi, A., ORIENTALISME ditinjau menurut kacamata agama (Qur’an dan Hadis), Jakarta Pusat : Pustaka AlHusna, 1981.
Jakub,  Ismail, orientalisme dan orientalisten, Surabaya: C.V Faizan, 2010.
Said , Edward W., Orientalisme, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2010.
Sou’yb,  joesoef, ORIENTALISME dan ISLAM, Jakarta : Bulan Bintang, 1985.


[1]Prof. Tk. H. Ismail Jakub S.H, orientalisme dan orientalisten, Surabaya: C.V Faizan 2010, h.5
[2] Dr. Syamsuddin Arif, Orientalisme dan Diabolisme pemikiran, Jakarta : Gema Insani 2008, h.27
[3]Prof. Tk. H. Ismail Jakub S.H, orientalisme dan orientalisten, Surabaya: C.V Faizan 2010, h.11-13
[4] Edward W. Said, Orientalisme, Yogyakarta : Pustaka Belajar 2010, h.63
[5] Dr. Syamsuddin Arif, Orientalisme dan Diabolisme pemikiran, Jakarta : Gema Insani 2008, h.28
[6]http://www.academia.edu/6408116/Orientalis_dan_Hadits, diunduh pada sabtu, 26 Mar. 16 pukul 10:41 WIB

No comments:

Post a Comment