Wednesday, November 30, 2016

Makalah Sejarah Perkembangan Islam: Masa Bani Umayah



1. SEJARAH BANI UMAYAH
Nama “Daulah Umawiyyah“ berasal dari Nama Umayyah ibnu ‘Abdi Syam Ibnu’Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin kabilah Qurais di Zaman jahiliyah. Umayyah hidup pada masa sebelum Islam. Ia memilki cukup unsur-unsur yang diperlukan untuk berkuasa di jaman jahiliyyah. kakeknya Abu Sofyan bin Harb, atau moyangnya Muawiyah bin Abi Sofyan. Daulah Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dengan pusat pemerintahannya di Damaskus dan berlangsung selama 90 tahun (41 – 132 H / 661 – 750 M).[1]
Selama masa pemerintahan Mu’awiyah , daerah kekuasaan Islam meluas sampai Lahore di Pakistan. Perhatian Khalifah diarahkan ke Byzantine di wilayah utara dan barat. Pasukan Umayyah mencapai 1.700 kapal perang, membuat Mu’awiyah dapat menundukkan banyak pulau-pulau diantaranya ialah Rhodes dan pulau yang lain di Yunani. Dia juga mempersiapkan pasukan perangnya untuk menghadapi peperangan kedua musim dingin dan panas dengan Byzantine . Peperangan ini dikenal dengan al-Shawati (peperangan musim dingin ) dan al-Sawa’if (peperangan musim panas).  Pada Tahun 48 H/688 M, Muawiyah merencanakan penyerangan laut dan darat terhadap Constantinopel, di bawah pimpinan Yazid. Bagaimanapun juga ia dipaksa untuk mundur setelah kehilangan banyak pasukan  dan kapal perang mereka. Dan Ifriqiya (Tunisia) dapat ditundukkan dua tahun kemudian dan banyak dari penduduk Barbar memeluk islam. Kota Qayrawan didirikan dan dijadikan sebagai ibu kota.[2]
Daulah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, telah diperintah oleh 14 orang Kholifah. Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh Rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid Muawiyah bermaksud mencontoh Monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah Khalifah, dia menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian “Penguasa” yang diangkat oleh Allah.[3] Diantara kholfah-kholifah besar Bani Umayah adalah sebagai berikut :
  1. Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M)
  2. Yazid Ibn Mu’awiyah,
  3. Mu’awiyah Ibn Yazid,
  4. Marwan Ibnul Hakam,
  5. Abdullah Ibn Zubair Ibnul Awwam (Interegnum),
  6. Abdul-Malik ibn Marwan (685- 705 M),
  7. Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M),
  8. Yazid ibn Abdul Malik
  9. Umar ibn Abdul-Aziz (717- 720 M) dan
  10. Hasyim ibn Abd al-Malik (724- 743 M).
11.  Marwan II Al-Himar.Rahimahumullahu ajma,in
Dalam upaya perluasan daerah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, Mu’awiyah selalu mengerahkan segala kekuatan yang dimilikinya untuk merebut kekuasaan di luar Jazirah Arab, antara lain upayanya untuk terus merebut kota Konstantinopel. Ada tiga hal yang menyebabakan Mu’awiyah terus berusaha merebut Byzantium. Pertama, karena kota tersebut adalah merupakan basis kekuatan Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering melakukan pemberontakan ke daerah Islam. Ketiga, Byzantium termasuk Wilayah yang memiliki kekayaan yang melimpah.[4]
Pada waktu Bani Umayyah berkuasa, daerah Islam membentang ke berbagai negara yang berada di Benua Asia dan Eropa. Dinasti Umayyah, juga terus memperluas peta kekuasannya ke daerah Afrika Utara pada masa Kholifah Walid bin Abdul Malik, dengan mengutus panglimanya Musa bin Nushair yang kemudian ia diangkat sebagai gubernurnya. Musa juga mengutus Thariq bin Ziyad untuk merebut daerah Andalusia.[5]
Keberhasilan Thariq memasuki Andalusia, membuat  peta perjalanan sejarah baru bagi kekuasaan Islam. Sebab, satu persatu Wilayah yang dilewati Thariq dapat dengan mudah ditaklukan, seperti kota Cordova, Granada dan Toledo. Sehingga, Islam dapat tersebar dan menjadi Agama panutan bagi penduduknya. Tidak hanya itu, Islam menjadi sebuah Agama yang mampu memberikan motifasi para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai Bidang kehidupan Social, Politik, Ekonomi, Budaya dan sebaginya. Andalusia pun mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Islam.

2. KEMAJUAN PADA MASA BANI UMAYAH
A. Sistem Politik dan Perluasan Wilayah
Memasuki masa kekuasaan Muawwiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, Pemrintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis ( kerajaan turun menurun ). Suksesi kepimimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyyah mewajibkan seluruh Rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yasid. Muawiyyah tetap menggunakan istilah Khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebut “Khalifah Allah” dalam pengertian “Penguasa” yang diangkat oleh Allah.[6]
Pada masa pemerintahannya terjadi penaklukan yang demikian luas, penaklukan ini dimulai dari Afrika utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa yaitu pada tahun 711M. Setelah Al Jazair dan Maroko dapat ditaklukkan, Tariq Bin Ziyad pemimpin pasukan Islam dengan pasukannya menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan Benua Eropa dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal nama Bibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan, dengan demikian Spanyol menjadi sasaran ekspansi.[7]
Meskipun keberhasilan banyak di capai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negri dapat di anggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan Ibn ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan yasid sebagai putra Mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat mengakibatkan tarjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik ditimur maupun barat. Wilayah kekuasaan islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan Purkmenia, Ulbek, dan Kilgis di Asia Tengah.[8]
Khususnya dibidang Tashri, kemajuan yang diperoleh sedikit sekali, sebab kurangnya dukungan serta bantuan pemerintah (kerajaan) waktu itu. Baru setelah masa khalifah Umar Bin Abd Al-Aziz kemajuan dibidang Tashri mulai meningkat, beliau berusaha mempertahankan perkembangan hadits yang hampir mengecewakan, karena para penghafal hadits sudah meninggal sehingga Umar Bin Abd Al-Aziz berusaha untuk membukukan Hadits.
Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan Ibn Ali ketika dia naik tahta yang menyebutkan bahwa persoalan pergantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.[9]

B. Sistem Ekonomi
Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman Bani Umayyah terbukti berjaya membawa kemajuan kepada rakyatnya yaitu:
·         Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap pembangunan sector pertanian, beliau telah memperkenalkan system pengairan bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian.
·         Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraftangan telah menjadi nadi pertumbuhan ekonomi bagi Umayyah.

C. Sistem Peradilan dan Pengembangan Peradaban
Bani Umayah membuat sebuah organisasi keuangan,[10] yang bertugas untuk :
·         Gaji pegawai dan tentara serta gaya tata usaha Negara
·         Pembangunan pertanian, termasuk irigasi
·         Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang
·         Perlengkapan perang.
Daulah ini membentuk lembaga kehakiman.Lembaga kehakiman ini dikepalai oleh seorang ketua Hakim (Qathil Qudhah).Seorang hakim (Qadli) memutuskan perkara dengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Disamping itu kehakiman ini belum terpengaruh atau dipengaruhi politik, sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh berhak memutuskan suatu perkara tanpa mendapat tekanan atau pengaruh suatu golongan politik tertentu.
Pada masa Umayyah, (Khalifah Abd Al-Malik) juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.

D. Sistem Militer
Salah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah adalah kemajuan dalam system militer. Selama peperangan melawan kakuatan musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari cara-cara teknik bertempur kemudian mereka memadukannya dengan system dan teknik pertahanan yang selama itu mereka miliki, dengan perpaduan system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer Dinasti Bani Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan kemajuan-kemajuan dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke Eropa.
Secara garis besar formasi kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan berkuda, pasukan pejalan kaki dan angkatan laut.[11]


[2] Hasan Ibrahim. Sejarah dan Kebudayaan Islam. (Yogyakarta: Pustaka Setiaa, 1989). hlm.66
[4] Murodi. Sejarah Kebudayaan Islam. (Semarang: Karya Toha Putra, 2003). hlm. 41
[5] Dedi Supriadi. Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Setia,2008). hlm. 103
[6] Abu A’la al-Maududi. khilafah dan kerajaan. (Bandung: Mizan, 1984).
[7] Ali Mufrodi. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. (Jakarta: Logos, 1997) hlm. 47-48
[10] Hasan Ibrahim. Sejarah dan Kebudayaan Islam. (Yogyakarta: Pustaka Setiaa, 1989) hlm. 215
[11] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam: Dirayah Islamiyah II. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000) hlm.67

No comments:

Post a Comment