Friday, January 13, 2017

SOLUSI MENYIKAPI TANTANGAN DI ERA INI

1.                  Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Islamisasi ilmu pengetahuan (Islamization of Knowledge) adalah gagasan yang diusung oleh beberapa intelektual muslim, yaitu Syed Muhammad Naquib Al Attas dan Ismail Raji Al Faruqy. Menurut Al Attas pengetahuan Barat telah membawa kebingungan dan skeptisime dalam dunia pemikiran. Barat juga telah mengangkat sesuatu masih dalam tahap keraguan dan dugaan ke derajat ilmiah dalam hal metodologi. Kebenaran dalam pandangan Barat tidak diformulasikan atas dasar pengetahuan wahyu dan keyakinan,melainkan atas tradisi budaya didukung oleh premis-premis filosofis yang didasarkan para perenungan-perenungan.[1] Disini masyarakat Islam berada dalam kebingungan antara mengikuti tradisi keislaman atau nilai-nilai peradaban barat.
Disinilah letak diperlukannya Islamisasi ilmu pengetahuan. Untuk menyingkirkan unsur-unsur peradaban dan intelektual Barat yang telah mengkontaminasi alam pemikiran Islam. Islamisasi sendiri berarti membawa sesuatu ke dalam Islam atau membuatnya dan menjadikan Islam. Sedangkan Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al Attas adalah melakukan aktifitas keilmuan, seperti mengungkap, menghubungkan dan menyebarluaskan menurut sudut pandang ilmu terhadap alam kehidupan manusia.[2]
Sedangkan dalam prosesnya, Islamisasi ilmu pengetahuan yang dicanagkan oleh Al Attas mempunyai beberapa langkah yaitu :
a.       Mengisolir unsur-unsur dan konsep-konspe kunci yang membentuk budaya  dan peradaban Barat. Unsur-unsur tersebut adalah :
·         Akal sebagai pembimbing kehidupan manusia
·         Bersikap dualistik terhadap realitas dan kebenaran
·         Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekuler
·         Membela doktrin humanism
·         Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang yang dominan dalam fitrah dan eksistensi manusia
b.      Memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam setiap bidang dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevan.Konsep utama tersebut yaitu : Konsep Agama, Konsep Manusia, Konsep Pengetahuan, Konsep kearifan dan sebagainya.[3]

2.      Pembangunan Kembali Tradisi Ilmu Dalam Islam
Belajar dari bagaimana Islam pernah mencapai masa kejayaannya di Baghdad, focus gerakan pembangunannya waktu itu adalah ilmu pengetahuan. Dan itu dilakukan secara sinergis, simultan dan konsisten. Ketika membangun bayt al Hikmah misalnya, dimana waktu itu para golongan penguasa, pemerintah, elit bangsawan, militer dan tentunya para saintis kerja bahu membahu dalam pendiriannya.
Dalam konteks umat Islam dewasa ini yang pertama diperlukan adalah membangun tradisi keilmuan Islam yang serius, baik dalam bentuk pusat studi atau universitas Islam yang khas. Tugas utamanya adalah merespon tantangan keilmuan kontemporer dan menjelaskan ulang konsep-konspe dasar Islam yang relevan untuk kebutuhan ummat masa kini.
Skenario ini dapat digambarkan dari pernyataan di bawah ini :
Marilah kita meletakkan scenario hipotesis : Jika kekuasaan Islam tak dilemahkan, dan jika ekonomi Negara-negara Islam tak dihancurkan, dan jika stabilitas politik tidak diganggu.
Dan jika para ilmuwan Muslim diberi stabilitas dan kemudahan dakam waktu 500 tahun lagi.
Apakah mereka akan gagal mencapai apai yang telah dicapai Copernicus, Galileo, Kepler, dan Newton ?
Model-model planetarium Ibn al Shatir dan astronomer-astronomer Muslim yang sekualitas Copernicus
Dan yang telah mendahului mereka 200 tahun membuktikan bahwa sistim heliosentris dapat diproklamirkan oleh saintis muslim, jika komunitas mereka terus eksis dibawah scenario hipotesis ini.
Maka untuk membangun kembali tradisi ilmu diperlukan paling tidak stabilitas politik dan ekonomi, serta stabilitas Islam yang tak diganggu oleh berbagai pihak. Hal ini dapat terwujud bilamana adanya kerjasama yang sinergis antara berbagai kelompok, saintis, penguasa, militer, elit bangsawan dan sebagainya. Dari produk ini diharapkan lahir komunitas ilmuwan yang aktif tidak hanya memperdalam disiplin ilmu keislaman, tapi juga mengasimilasi dan mengislamisasikan ilmu pengetahuan kontemporer, sehingga menghasilkan disiplin ilmu baru.[4]




[1] Alex Nanang Agus Syifa, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jurnal Tsaqafah volume 10, hal 92
[2] Ibid, hal 97
[3] Ibid, hal 100
[4] Hamid Fahmy Zarkasyi, Sinergi Membangun Peradaban Islam, 10 Tahun INSISTS, hal 20

No comments:

Post a Comment