1. Sejarah Perkembangannya
Dinasti Syafawi dirintis oleh seorang tokoh
sufi yang bernama Ishaq Shafi al-Din (w.1334 M). Ia mewarisi ayahnya Firuz Syah
yang juga pemimpin sufi di wilayah Persia. Ia tinggal di Ardabil, Azerbaijan,
dan memimpin sebuah tarekat yang disebut Syafawiyah. Ia berhasil membawa
gerakan sufi menjadi gerakan sosial yang berpengaruh tidak hanya di Persia,
tetapi juga di Syuriah dan Anatolia.31 Perjuangannya diteruskan oleh puteranya
bernama Sadr al-Din, yang memimpin tarekat tersebut dari tahun 1334-1391 M.
Berikutnya, tarekat Syafawi dipegang oleh Ibrahim, kemudian diteruskan oleh
anaknya bernama Junaid (1447-1460), keadaan telah berubah. Sepeninggalnya,
gerakan sufi ini menjadi sebuah kekuatan politik yang berpengaruh dan menjelma
menjadi dinasti baru yang berkuasa dari tahun 1501-1722.32 Nama Syafawi
dijadikan sebagai nama dinasti ini.
Pemerintahan Kerajaan Syafawi adalah
pemerintahan Syi’ah. Penguasa pertamanya yakni Ismail bin Haidar (907-930 H/
1502-1523 M) dan menjadikan Tibriz sebagai ibukotanya. Daerah kekuasaannya
meliputi seluruh wilayah Iran, Bashrah, Khurasan, Afghanistan, dan
negeri-negeri Furot. Sekitar sepuluh tahun pada awal pemerintahannya, ia
manfaatkan dengan memantapkan mazhab Syiah sebagai aliran Negara. Di samping itu,
ia memperluas kerajaannya meliputi Persia. Pada tahun 1503 M tentara Ismail
berhasil melakukan penaklukan terhadap propinsi Kaspia di Mazandaran, Gurgan,
Yazdshirvan, dan Samarqand. Pada tahun 1510 M ia melakukan peperangan dengan
raja Turkistan. Dalam peperangan itu, ia memperoleh kemenangan.
Sepeninggal Ismail, raja-raja yang
menggantikannya tidak begitu berarti dalam mengembangkan kerajaan Syafawi,
seperti Syah Tahmasib (1524-1576 M) dan Mahmud (1577-1587 M).
Raja yang dianggap paling berjasa dalam memulihkan
kebesaran Kerajaan Syafawi, sekaligus membawanya kepuncak kemajuan adalah Syah
Abbas yang berkuasa pada tahun 1587-1629 M. Usaha-usaha yang dilakukan oleh
Syah Abbas antara lain :
a. Melengkapi pasukan Qizilbash dengan pasukan baru dari kalangan budak berasal dari tawanan perang yang berkebangsaan Georgia, Armenia, dan Sircassia.
a. Melengkapi pasukan Qizilbash dengan pasukan baru dari kalangan budak berasal dari tawanan perang yang berkebangsaan Georgia, Armenia, dan Sircassia.
b. Mengadakan hubungan dengan dua penasehat
militer Inggris, Sir Antony dan Sir Robert Sherley untuk memperkuat tentara
dalam rangka mengusir Portugis di Hurmuz.
c. Memindahkan ibukota kerajaan ke Isfahan.
2. Kemajuan yang di Capai
a. Dinamika Politik dan Militer
Kemajuan politik yang telah dicapai tergambar
dalam perluasan wilayahnya yang mencakup daerah Khurasan sebelah Timur, sekitar
laut Kaspia di sebelah Utara, Asia Kecil di sebelah Barat, dan Kepulauan Hormuz
disebelah Selatan. Kekuatan militer dinasti Syafawi yang militan baik dari
pasukan inti Qizalbash maupun Ghulam merupakan faktor yang dominan bagi
perluasan wilayah. Adapun faktor lain yang mendukungnya antara lain :
1. Besarnya ambisi para raja untuk mewujudkan
kerajaan besar dibawah kekuasaan aliran Syiah.
2. Gencarnya melakukan propaganda ajaran Syiah.
3. Lemahnya kontrol militer daerah yang berada
dibawah kekuasaan Turki Usmani maupun Mongol karena jauh dari pusat kekuasaan
mereka masing-masing.
4. Lihainya para raja dalam melakukan strategi
perang.
b. Dinamika Ekonomi dan Pembangunan
Syafawiyah mampu membangun proyek-proyek
mercusuar. Misalnya istana, masjid-masjid yang indah, jembatan besar, taman,
dan lain-lain. Ketika Abbas wafat di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi,
1802 penginapan, dan 273 pemandian umum.38 Mereka juga dapat memajukan industry
permadani, brokad (kain sutera), porselin, memajukan seni lukis, dekorasi, dan
seni arsitektur. Berkat dikuasainya kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumbrun,
maka Syafawi menguasai jalur perdagangan antara Timur dan Barat, yang
diperebutkan Belanda, Inggris dan Perancis, sepenuhnya dikuasai Syafawi.
a knockout post love dolls,cheap dildo,dildos,wholesale sex doll,vibrators,sex chair,male sex doll,wholesale sex toys,horse dildo wikipedia reference
ReplyDelete