1. Sejarah dan Perkembangannya
Kata “Mughal” dalam bahasa Parsi adalah
panggilan bagi bangsa Mongol dan turunan Mongolia. Dinasti Mughal (1256 – 1858
M) merupakan kekuasaan Islam terbesar di anak benua India, yang didirikan oleh
Zahiruddin Babur (932-937 H/1526-1530 M), salah satu dari cucu Timur Lenk.
Sedangkan menurut Ahmad al-Usyairi, dia adalah pengawal Timur Lenk. Ayahnya
bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana, sedangkan ibunya adalah keturunan
Jenghis Khan. Kekuasaannya meliputi daerah India, Pakistan, Bangladesh dan
Kashmir sekarang.
Kekuasaan dinasti Mughal India memberi sumbangan
berarti bagi perluasan kekuasaan politik Islam di anak benua India. Setelah
memproklamasikan dinasti tersebut Babur segera melakukan penaklukan terhadap
beberapa gubernur, seperti Mahmud Lodi (1529 M), pemimpin dinasti Sayid di
Delhi, dan menjadikan Delhi sebagai ibukota kerajaan. Menyusul kemudian
penguasa Bengal, Nusrat Syah.
Pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia dalam
usia 48 tahun. Ia telah meninggalkan kerajaan dengan wilayah yang luas. Sebagai
pengganti adalah anaknya bernama Humayun (1530 – 1540 M, dan 1555 – 1556 M).
Sepuluh tahun memerintah, ia dikalahkan oleh Syair Syah, raja Afghanistan, dan
mengasingkan diri ke Persia selama lima belas tahun. Pada tahun 1555 M,
Humayun berhasil membalas kekalahannya dan merebut kembali Delhi dari kekuasaan
Syair Syah. Setahun kemudian ia meninggal dunia, digantikan oleh anaknya yakni
Akbar Khan (1556-1605 M).
Nama lengkapnya Jalaluddin Akbar. Sewaktu naik
tahta baru berusia 15 tahun, sehingga dalam menjalankan pemerintahan ia dibantu
oleh Bairam Khan, seorang Syi’i. Pada masanya, seluruh wilayah India,
Bangladesh, Afghanistan, Sind, dan Khasmir berhasil dikuasainya. Tetapi saying,
dalam bidang agama dia telah menyimpang dari akidah Islam dan merugikan Islam.
Ia mendukung tarekat Chistiyah yang mentolerir bentuk sintesa Hinduisme dan
Islam dan melancarkan suatu cara pemujaan yang disebut Din Ilahi, atau agama ketuhanan,
dengan sang Kaisar sebagai guru besar sufi tersebut.
Setelah Akbar, maka penguasa selanjutnya
adalah Jahangir (1605-1628 M), putera Akbar. Jahangir penganut ahlussunah wal
Jama’ah. Pemerintahan Jahangir juga diwarnai dengan berbagai pemberontakan. Pemberontakan
juga muncul dari dalam istana yang dipimpin oleh Kurram, puteranya sendiri.
Dengan bantuan panglima Muhabbat Khar, Kurram menangkap dan menyekap Jahangir.
Tetapi berkat usaha permaisuri, permusuhan ayah dan anak dapat didamaikan.
Setelah Jahangir meninggal, Kurram naik tahta
dan bergelar Muzaffar Shahabuddin Muhammad Syah Jehan Padshah Ghazi. Syah Jehan
(1627-1658 M), pemerintahannya diwarnai dengan timbulnya pemberontakan dan
perselisihan dikalangan keluarga sendiri. Seperti dari adiknya Syahriar yang
mengukuhkan dirinya sebagai kaisar di Lahore. Namun pemberontakan itu dapat
diselesaikannya dengan baik.
Pada tahun 1657 M, Syah Jehan jatuh sakit dan mulai timbullah
perlombaan dikalangan anak-anaknya, karena ingin saling menjadi kaisar. Dalam pertarungan
itu, Aurangzeb muncul sebagai pemenang karena telah berhasil mengalahkan
saudara-saudaranya Dara, Sujak, Murad.
Aurangzeb adalah penguas Mughal yang berbeda
dengan pendahulunya. Ia mengubah kebijakan yang cenderung tidak kooperatif
dengan umat Hindu. Diantara kebijakannya adalah melarang minuman keras,
perjudian, prostitusi dan penggunaan narkotika (1659 M). Aurangzeb juga
melarang pertunjukan music di Istana, membebani non muslim dengan poll-tax,
yaitu pajak untuk mendapatkan hak memilih (1668 M), menyuruh perusakan
kuil-kuil Hindu dan mensponsori pengkodifikasian hokum Islam yang dikenal
dengan Fatawa Alamgiri.
Tindakan Aurangzeb di atas menyulut kemarahan
orang-orang Hindu. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan pemberontakan
dimasanya. Namun karena Aurangzeb sangat kuat, pemberontakan itu pun dapat
dipadamkan, tetapi tidak sepenuhnya tuntas. Hal ini terbukti ketika Aurangzeb
meninggal (1707 M), banyak wilayah-wilayah memisahkan diri dari Mughal dan
terjadi pemberontakan oleh golongan Hindu.
Setelah Aurangzeb meninggal (1707 M), maka
dinasti Mughal ini dipimpin oleh Sultan-sultan yang lemah yang tidak dapat
mempertahankan eksistensi kesultanan. Pada tahun 1152 H/ 1739 M, Nadir Syah
dari Iran menyerbu India hingga menduduki Delhi. Pada tahun 1162 H/1748 M, raja
Afghanistan, Ahmad Syah al-Abdali juga menyerang India dan berhasil merebut
Lahore, Delhi dan wilayah lainnya. Setelah itu, raja-raja Mughal hidup
dibawah kekuasaan orang-orang Hindu atau Inggris, hingga kaisar terakhir
Bahadur Syah diasingkan ke Burma pada tahun 1275 H/1858 M hingga meninggal.
Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Mughal.
2. Kemajuan yang di Capai
a. Dinamika Sosial Keagamaan
Penduduk mayoritas di anak benua India
beragama Hindu, Muslim merupakan kelompok minoritas. Mereka tidak membentuk
sebuah komunitas tunggal tetapi terdiri dari berbagai kelompok etnik, nasab,
dan sejumlah kelas penduduk. Muslim India membentuk sejumlah badan
keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum, thariqat sufi, dan persekutuan
terhadap ajaran syaikh, ulama, dan wali individual.
Pada dinasti Mughal berkembang Thariqat
Naqshabandiyah, Qadiriyah, Thariqat Chistiyah, Akbar mendukung thariqat
Chistiyah yang mentolerir beberapa bentuk pemujaan yang dinamakan Din Ilahi,
atau agama ketuhanan yang merupakan sintesa antara Hinduisme dan Islam, dimana
sang raja dipandang sebagai guru besar dari thariqat tersebut. Thariqat
Chistiyah dibentu berdasarkan pandangan religius pribadi sang guru pendiri dan
kebaktian pribadi dari pada muridnya.
b. Dinamika Pemerintahan dan Sosial Politik
Sistem pemerintahan dinasti Mughal adalah
militeristik. Pemerintah pusat dipegang oleh Sultan yang bersifat diktator.
Pemerintah daerah dipegang oleh sipah salar atau kepala komandan,
sedangkan sub distrik dipegang oleh faudjar (komandan). Jabatan-jabatan sipil
juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya diwajibkan mengikuti
latihan militer.
Sistem yang menonjol adalah politik ”Sulakhul”
atau toleransi universal, yang diterapkan oleh Akbar. Dengan politik ini semua
rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan
agama. Secara umum politik “Sulakhul” ini berhasil menciptakan kerukunan
masyarakat India yang sangat beragam suku dan keyakinannya. Lembaga yang
merupakan produk dari sistem politik “Sulakhul” adalah terciptanya Din
Ilahi, yaitu menjadikan semua agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya
adalah kepentingan stabilitas politik. Dengan adanya penyatuan agama ini
diharapkan tidak terjadi permusuhan antar pemeluk agama. Usaha lain Akbar
adalah membentuk mansabdharis, yaitu lembaga public service yang
berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, seperti menyiapkan sejumlah
pasukan tertentu. Lembaga ini merupakan satu kelas penguasa yang terdiri dari
berbagai etnis yang ada, yaitu Turki, Afghan, Persia dan Hindu.
c. Bidang Ekonomi dan Keuangan
Pada masa kerajaan ini dikenal beberapa macam
pajak seperti pajak atas tanah, bea cukai dan lain-lain. Selain itu kontribusi
Mughal di bidang ekonomi adalah memajukan pertanian terutama pertanian untuk
tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau dan kapas. Di samping
pertanian, pemerintah juga memajukan industri tenun berkembang menjadi pabrik
tekstil pada masa Aurangzeb.
d. Dinamika Intelektual (Pendidikan dan Pengetahuan)
Dinasti Mughal juga banyak memberikan
sumbangan di bidang ilmu pengetahuan. Sejak berdiri dinasti ini banyak ilmuwan
yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan, bahkan istana Mughal pun
menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Pada masa Mughal, tiap-tiap masjid memiliki
lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru.
Pada masa Syah Jehan didirikan sebuah
perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintah
dipegang oleh Aurangzeb. Di bidang ilmu agama berhasil dikodifikasikan hukum
Islam yang di kenal dengan sebutan fatawa I Alamgiri.
Dokter-dokter pengarang besar abad 17 pada
masa Mughal India adalah Dara Shukuh yang mengarang kedokteran Dara Shukuh,
yang merupakan ensiklopedia medis besar terakhir dalam Islam. Ia juga dikenal
sebagai seorang sufi.
e. Bidang Arsitektur , Bahasa dan Sastra
Hasil karya seni dan arsitektur Mughal sangat
terkenal dan bisa dinikmati sampai sekarang. Cirri yang menonjol dari
arsitektur Mughal adalah pemakaian ukiran dan marmer yang timbul dengan
kombinasi warna-warni. Bangunan yang menunjukkan cirri ini antara lain :
benteng merah (Lah Qellah,), istana-istana makam kerajaan dan yang paling
mengagumkan adalah Taj Mahal.29 Taj Mahal adalah kuburan isteri Syah
Jehan yang meninggal terlebih dahulu. Kemudian dia juga dikuburkan disana
setelah wafat.
Bahasa Urdu pernah dijadikan bahasa ilmu
pengetahuan, diantaranya karangan Ikhwanus Shofa disalin ke dalam bahasa Urdu.
Bahasa Urdu ini kemudian banyak dipakai di India dan Pakistan hingga sekarang.
Sastrawan Mughal yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayashi, dengan karya monumentalnya
Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung kebajikan jiwa manusia.
Sastrawan lain adalah Abu Fadhl yang juga sejarawan. Karyanya berjudul Akbar
Nama dan Ain-I-Akhbari, yang mengupas sejarah Mughal berdasarkan figur
pimpinannya.
No comments:
Post a Comment