Friday, January 13, 2017

Sejarah Perjalanan Hadis Sejak Masa Pewahyuan Sampai Masa Penyarahan, ‎Penghimpun, Pentakhrij Dan Pembahasan Hadis

الحمد لله الذي أنعم علينا بأنواع النعم التي لا تحصى والصلاة و السلام على سيدنا و مولانا محمد وعلى اله و صحبه الذين أذهب عنهم الرجس وطهّرهم تطهيرا و سلّم تسليما كثيرا .
      Sejarah perkembangan syarah hadis, tentu sangat mengikuti perkembangan hadis. Artinya, perkembangan syarah muncul setelah perkembangan hadis sudah mengalami beberapa dekade perjalanan. Yaitu setelah era sebagaimana terlihat sebagai berikut;
      Rentetan catatan historis yang terekam dari sejumlah peristiwa-peristiwa yng mengitari hadis merupakan obyek dari pembahasan ini. Kelahirannya dimulai sejak kelahirannya sampai tumbuh dan berkembangnya dari generasi ke generasi berikutnya. Hal tersebut terkait erat dengan respon masing-masing generasi satu dengan lainnya. Tentu saja, pembahasan teradap masalah ini juga harus didukung dengan pembahasan tarhadap sejarah perkembangan Ulum al-Hadis.
      Terdapat perkembangan yang signifikan dalam isi maupun materi yang dibahas dalam beberapa kitab hadis. Dalam perjalanan hadis sejak masa pewahyuan sampai munculnya sebagai kitab standar dan variasi di dalamnya dapat dilihat dalam klasifkasi dibawah ini :
1.      Masa kelahiran hadis dan pembentukan masyarakat Islam. Periode ini ditandai dengan pewahyuan hadis oleh Nabi Muhammad saw. dengan cara lisan, tertulis maupun demontrasi praktis. Terhadap penjagaan hdis Nabi pada masa tersebut dilakukan dengan cara menghafal dan terkadang jika memungkinkan bagi sahabat tertentu dapat menulis hadis-hadis yang diperolehnya. Sampai disini memunculkan diskusi panjang tentang tadisi penuisn hadis. Setidaknya ada dua hadis yang menerangkan tentang larangan penulisan hadis dan pembolehan penulisannya. Di samping itu, masa ini juga dinamai dengan masa pembentukan masyarakat Islam. Karena pada masa inilah Nabi Muhammad saw. menggembleng masyarakatnya dengan baik dengan meninggalkan mutiara yang sangat berhrga berupa al-Qur’an dan hadis. Rentang waktu masa ini bejalan selama 23 tahun, selama Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT sebagai Rasulullah untuk menyebarkan ajaran Isam.
2.      Masa pematrian dan penyedikitan riwayat. Hanya berjalan sejak pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidun (11-40 H). Masa ini di tandai dengan upaya dsahabat besar dalam menerima dan meriwayatkan hadis. Hanya terhadap periwayatan-periwayatan tertentu saja yang dapat diterima. Oleh  karena itu, Nampak bahwa pada masa ini hadis tidak banyak yang dimaterikan karena adanya kehati-hatian sahabat dalam menerima dan meriwyatkan hadis. Hadis baru tersebar luas dan menjadi suatu yang penting sejak wafatnya Usman bin ‘Affan dan masa-masa sesudahnya. Persoalan di bidang politik lambat laun menjadi suatu persoalan keagamaan dengan munculnya justifikasi-justifikasi antara Islam melalui hadis.
3.      Masa penyebaran ke berbagai wilayah. Pelopornya adalah para sahabat kecil dan tabiin besar dari berakhirnya Kulafa’ al-Rasyidun sampai awal Dinasti Muawiyah pada awal Hijrah. Hadis pada masa ini sudah tersebar ke berbagai wilayah Hijaz melainkan setelah sampai ke Yaman dan bahkan ke Afriaka. Penyebaran hadis tersebut juga di barengi dengan munculnya madrasah- madrasah di  berbagai daerah sebagai pusat pendidikan keagamaan. Waktu periode ini adalah masa sahabat kecil sampai tabiin.
4.      Masa pembukuan hadis dimulai awal abad ke-2 H sampai di penghujung abad tersebut. Abad kedua Hijriyah merupakan momentum baru bagi perkembangan hadis di mana hadis yang sebelumnya dipelihara melalui tradisi hafalah dilakukan dengan cara pembukan. Kitab hasil kodifikasi ulama pada masa tersebut yang masih ada sampai sekarang adalah Muwatta’ karya Imam Malik ibn Anas. Walaupun sebagai upaya awal , namun apa yang dilakukan Imam Malik Ibn Anas merupakan suatu hal yang baru dan dapat dijadikan kajian oleh ulama sesudahnya. Ini merupkan revolusi dahsyat dan menimbulkan sebagai krtik yang dilakukan oleh para orientalis. Hadis adalah produk ulama abad pertengahan Islam.
5.      Masa penyaringan, pemeliharaan, pelengkapan, berlangsung selama satu abad penuh dimulai awal sampai di penghujung abad ke-3 H. Hdis-hadis yang dibukukan tidak seperti masa sebelumnya, kini telah ada upaya penyaringan dari unsur-unsur ysng bukan hadis Nabi Muhammad saw. hanya hadis-hadis tertentu yang dimasukkan dalam buku hadis. Kitab-kitah hadis yang muncul dalam masa ini antara lain Musannad Ahmad, Kutub al-sittah, Shahih al-Bukhari dan Sahih Muslim.
6.      Masa pembersihan, penyusunan, penambahan dan pengumpulan hadis, dari awal abad ke-4 sampai jatuhnya Kota Baghdad tahun 656 H. Mulai dari masa ini dan sesudahnya, ulama yang berperan dalam kegiatan hadis disebut mutakhkhirin.  Kegiatan yang dilakukan hanya mencukupkan diri denagn mengintip kitab-kitab hadis yang ditadwin oleh ulama abad ke-2 dan 3 H. oleh karena itu corak tadwin pada masa ini dan sesudahnya telah beraneka ragam seperti menertibkan hadis, spesialisasi hadis, kitab-kitab komenter dan sebagainya. Seperti yang dilakukan oleh Ismail ibn Ahmad yang menghimpun kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslam dalam satu kitab.
7.      Masa penyarahan, penghimpun, pentakhrij dan pembahasan hadis. Rentang waktu panjang dimulai tahun 656 H. sampai sekarang. Masa ini merupakan masa kelanjutan sebelumnya dan menambah semakin banyaknya khazanah hasil tadwin ulama hadis. Jika dihubungkan dengan sejarah perkembangan Ulum al-Hadis, maka masa ini merupakan suatu masa keemasan dan kematangan Ulum al-Hadis. Oleh karena itu, tidak heran jika masa terakhir perkembangan hadis telah menyempurnakan dirinya berbagai karya hadis ysng tetap mengacu pada hasil ulama sebelumnya, nutaqaddimin. Hasil karya ulama periode ketujuh antara lain syarah Shahih al-Bukhari seperti Fath al-Bari kartya al-Asqalani, Umdat al-Qari karya Muhammad ibn Ahmad al-Aini dan Irsyad ai-Sari karya al-Asqalani. Hal serupa juga ditemukan pada kitab-kitab lain seperti Sahih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’I, dan Sunan ibn Majah.
Periode di atas terkesan lebih terperinci dan menyebut berbagai generasi yang terlibat banyak dalam setiap tahap perkembangan hadis. Oleh karena itu, terdapap tujuh tahapan. Namun, pada perkembangannya ada juga ulama yang hanya membagi ke dalam tiga periodesaja seperti yang dilakukan oleh Muhammad Ajjaj al-Khattib. Ketiga periode tersebut masing-masing, qabl al-tadwin (sebelum pembukaan), inda al-tadwin(masa pembukun) dan ba’da at-tadwin (setelah pembukuan). Pembahasan yang dilakukan Nampak bahwa hanya pematokan pada prestasi besar umat Islam dalam menjaga hadis. Tradisi hafalan ke tradisi tulisoleh Ajjaj al-Khatib dianggap sebagai sesuatu yang penting. Oleh karena itu, masa-masa sebelum dan masa sesudah pembukuan sudah cukup dikategorikan secara general dengan menafikan peristiwa-peristiwa yang terjadi tiap periodenya.
Sementara Abd al-Aziz al-Khulli dalam bukunya Tarikh Funnun fi al-Hadismembagi dalam lima periodesasi. Secara lengkap dimulai dari masa awal sampai akhir, kelima periodesasi yang kemukakan oleh al-Khulli ini agak terperinci dengan melihat berbagai peristiwa yang terjadi pada masa sebelumnya.
Bagi Abd al-Aziz al-Khuli, masa sebelum pembukuan hanya dimasukkan dalam satu periode saja yaitu maspenjagaan Sunnah dalam hafalan, dalam masa ini setidaknya ada tiga masa penting dalam perkembangan hadis. Ketiga masa tersebut adalah masa perwahyuan dan pembentukan masyarakat muslim, masa pematerian hadis dan penyedikitan riwayat hadis oleh para sahabat besar (Khulafa al-Rasyidun), dan masa penyebaran riwayat hadis ke berbagai pelosok wilayah Islam yang dilakukan oleh sahabat besar dan tabiin. Namun demikian, apa yang dilakukan al-Khullia dalam pembagiannya sesudah masa pembukuannya hamper mirip dengan yang dilakukan pembagian tujuh periode.
Pada zaman yang terakhir tersebut, abad ke VI/ VII, setting perkembangan hadis, sangat diperlukan adanya pemaparan yang jelas dari beberapa hadis yang dipandang sulit untuk dipahami (Garib al-Hadis) guna dijadikan rujukan untuk memecahkan persoalan umat Islam saat itu. Hal itu karena semakin bertambahnya persoalan dan dibutuhkan penafsiran/ pensyarahan redaksi-redaksi hadis yang dibilang rumit. Karena itu, kitab syarah tidak muncul secara seketika namun ada embrio munculnya kitab syarah, kitab syarah era klasik (middle era), dan era kontemporer.


No comments:

Post a Comment