Friday, January 13, 2017

Sejarah Perkembangan Dan Kemajuan Yang Di Capai Kerajaan Turki Usmani

PENDAHULAN

Kesempurnaan ajaran Islam telah berhasil membuat perubahan besar bagi peradaban manusia. Sejarah mencatat, sejak ajaran yang dibawa Muhammad saw tersebut disampaikan kepada umat manusia, mampu membuat kemajuan disemua bidang kehidupan, bukan hanya bidang duniawi semata tetapi juga bidang social budaya, mental dan spiritual. Bangsa Arab, tempat diturunkannya ajaran Islam, sebelumnya dikenal sebagai bangsa yang diliputi zaman jahiliyah, setelah Islam datang mereka mampu tampil menjadi bangsa yang berperadaban dan meraih kehidupan yang maju serta menjadi pelopor di antara bangsa-bangsa yang lain.

Madinah sebagai awal terbentuknya masyarakat yang menerapkan kehidupan yang dijiwai dengan ajaran Islam, dipimpin langsung oleh Rasulullah saw, dilanjutkan oleh Khulafa al-Rasyidin, Bani Umayah, Bani Abasiyah hingga keberbagai wilayah di permukaan bumi, termasuk dinasti Turki Usmani, dinasti Mughal dan dinasti Safawiyah.
Makalah ini akan mencoba membahas tiga dinasti terakhir yang tersebut di atas, perkembangannya, kemajuan-kemajuan yang dicapai pada zamannya masing-masing serta kemundurannya dari berbagai sumber yang dapat menjelaskannya. Dalam pembahasan ini penulis mulai dari dinasti Kerajaan Turki Usmani kemudian Kerajaan Mughal dan terakhir Kerajaan Safawi dengan pertimbangan dari yang paling lama keberadaannya dan paling besar.

Kerajaan Turki Usmani
1. Sejarah Perkembangannya
Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh Usman (memerintah antara tahun 1290 – 1326), ia anak dari Ertoghrul yang merupakan keturunan kabilah Oghuz di daerah Mongol. Karena jasanya dalam membantu Raja Alaudin, raja kerajaan Seljuk dalam merebut wilayah Bizantium, maka ia diberi tanah di daerah Asia Kecil. Setelah Raja Alaudin tewas akibat serangan tentara Mongol, Usman menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Usmani dinyatakan berdiri dan raja pertamanya Usman yang sering disebut juga Usman I.
Setapak demi setapak Usman memperluas wilayahnya dengan menduduki wilayah Bizantium dan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 kota tersebut dijadikan ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (726 H/ 1326 M- 761 H/ 1359 M) berhasil menaklukkan Azmir (Smirna) pada tahun 1327 M< kemudian Thawasyanli tahun 1330 M, wilayah Uskandar tahun 1338 M, Ankara tahun 1354 M, dan Gailpoli tahun 1356 M di Eropa berhasil diduduki kerajaan Turki Usmani.
Perluasan wilayah diteruskan oleh pengganti Orkhan yaitu Murad I (memerintah tahun 761 H/ 1359 M- 789 H/ 1389 M) antara lain Macedonia, Sopia, Salonia, Yunani dan Adrianopel yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan. Ketika akan menaklukkan Konstantinopel, masa pemerintahan raja Bayazid, terjadi pertempuran hebat antara tentara Mongol yang dipimpin oleh Timur Lenk yang saat itu menduduki Asia Kecil. Tentara Turki Usmani mengalami kekalahan, Raja Bayazid dan puteranya Musa ditawan hingga tewas di dalam tahanan tahun 1403.2 Pemerintahan diteruskan oleh anak Bayazid yaitu Muhammad I (1403 – 1421 M). Ia berusaha menyatukan kembali kerajaan setelah diserang oleh tentara Mongol. Usahanya tersebut diteruskan oleh Murad II (1421 – 1451 M).
Pada masa pemerintahan Muhammad II atau disebut Muhammad al-Fatih (1451 – 1481) mampu mengalahkan Bizantium dan Konstantinopel hingga menguasai wilayah Balkan. Perluasan ke wilayah timur meliputi Iran, Mekah, Madinah, dan Arabia. Sedangkan diselatan berhasil menguasai Afrika bagian utara. Saat itu Turki Usmani mengalami masa kejayaannya. Sepeninggal Muhammad al-Fatih diteruskan oleh Bayazid II (1481 – 1512 M), kemudian diteruskan oleh Sultan Salim I (1512 – 1520 M). Pada saat itu wilayah kekuasaan mencapai Persia, Syiria hingga wilayah dinasti Mamalik di Mesir. Usaha Sultan Salim I diteruskan oleh Sulaiman al-Qanuni (1520 – 1566 M). Ia berhasil merebut wilayah Irak, Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Budapest hingga Yaman. Secara keseluruhan wilayah Turki Usmani meliputi Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hejaz dan Yaman di Asia, di Afrika meliputi Mesir, Libya, Tunis, dan Aljazair, di Eropa mencakup Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania.

2.   Kemajuan yang di Capai
a. Bidang Politik dan Militer
Kemajuan kerajaan Turki Usmani bukan hanya karena factor pemimpinnya, tapi juga factor lain sebagai karakter rakyatnya, seperti keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan saja dan dimana saja. Pasukan militer yang tangguh itu terdiri dari gabungan orang-orang Turki, para budak, dan anak-anak Kristen yang dididik dalam asrama. Program ini disebut Jennisari atau Inkisyariyah. Selain pasukan militer tersebut juga dilengkapi dengan pasukan penyerbu di wilayah perbatasan yang digaji dengan pembebasan pajak. Kemajuan bidang militer ini terjadi pada masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni (1520 – 1566).
Pada abad ke-16 hampir semua wilayah muslim di Timur Tengah menjadi bagian kekuasaan dinasti Turki Usmani, sehingga diklaim sebagai sebuah kekhalifahan Abbasiyah. Karena itu, sejak kepemimpinan Sultan Salim, para penguasa Usmani bergelar khalifah. Sultan memegang kekuasaan tertinggi dibantu oleh Perdana Menteri (yang disebut Shadr al-A’zham) yang membawahi Gubernur (Pasya).
Urusan pemerintahan pada masa Sultan Sulaiman I diatur dengan sebuah kitab Undang-undang (Qanun) yang diberi nama Multaqa al-Abhur, dan berlaku hingga datangnya reformasi pada abad ke-19.

b. Bidang Ilmu Pengetahuan, Budaya dan Agama
Bangsa Turki Usmani banyak menghasilkan seni arsitektur Islam, tetapi kurang dalam bidang ilmu pengetahuan, sehingga dalam catatan sejarah tidak ditemukan ilmuwan terkenal. Masjid Jami’ Muhammad al-Fatih, Mesjid Agung Sulaiman, dan Mesjid Sultan al-Anshari terkenal dengan hiasan kaligrafi yang indah. Masjid Aya Sofia yang mulanya gereja merupakan yang paling indah kaligrafinya sebagai penutup gambar-gambar Kristiani yang ada sebelumnya.  Ada satu prestasi pembangunan yang sangat berpengaruh bagi dunia yaitu Terusan Suez, yang dibuka pada tahun 1285 H/ 1868 M, ketika Abdul Azis bin Mahmud berkuasa.

Dalam bidang keagamaan Turki Usmani juga tidak tampak kemajuan yang berarti. Ulama hanya suka menulis buku berupa syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya klasik.

No comments:

Post a Comment