Wednesday, January 11, 2017

Sejarah Kemunduran Kerajaan Mughol di India


Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan Berjaya.[1]
Kerajaan mughol merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, karena  Pendiri kerajaan ini oleh Zahiruddin Babur, keturunan timur lenk.[2] namun setelah epeninggalanya roda pemerintahan dilanjutkan oleh anaknya Humayun barangkali adalah masa-masa pemerintahan yang paling kejam, menindas, dan merusak sepanjang kaum muslimin. Ketika kerajaan mongol dan timur pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil, dunia islam menjadi terkotak-kotak dan jatuh pada kekuasaan yang berdinsati.[3]
Kemudian raja Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.[4]
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah muncul, tetapi dapat di atasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan Aurangzebyang dengan keras menetapkan pemikiran puritanismenya. Setelah itu wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Ada beberapa faktor penyebabkan kekuasaan dinasti Mughol itu mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1.      Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer inggris di wilayah- wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan mughol. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri;
2.      Pada masa humayun ini di hiasi dengan peperangan seperti pada 1535 di Baksar dekat Banaras melawan pasukan Sher Khan, kekelahanpun terjadi.[5]
3.      Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik, yang sangat  boros  dalam penggunaan uang Negara. Ini memicu terjadinya krisis financial, padahal tingkat pajak sudah begitu tinggi. Untuk keluar dari krisis ini, Gaykhatu (690-694 H/1291-1295 M), penguasa ke-5 dari dinasti Mongol mencoba memperkenalkan uang kertas yang kemudian tidak diterima oleh rakyat.[6] Walaupun Ghazan Khan penguasa ketujuh mugholmemperkenalkan sejumlah reformasim bangsanya,tetap saja kemerosotan perdangan yang terus meluas dan menyebabkan kehancuran sendi-sendi ekonomi;
4.      Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya;
5.      Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang- orang lemah dalam bidang kepemimpinan.[7] Seperti kedudukan raja hanya sebagai simbol dan lambang belaka. Para raja diberi gaji pada kolonial Inggris yang menghidupi istana.[8]
6.      Sector pertanian
Kurangnya pemeliharaan saluran irigasi menimbulkan dampak adanya kemerosotan ekonomi pada titik paling rendah.


DAFTAR PUSTAKA

Chapra,  M. Umer,Peradaban Muslim. Dalam Muslim Civilization. The Cause Of Decline And The  Need For Reform, penerjemah Ikhwan Abidin Basri, Jakarta:Amzah, 2010)
Hamka, Sejarah Umat Islam III, dalam buku Badri Yatim. Jakarta: Bulan Bintang, 1981
M Amin Abdullah, Ahmad Syafii Maarif. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam.Yogyakarta: Pustaka Book Phublisher, 2007
Philip K. Hitti, History of Arab, oleh R. Cecep lukman Yasin dan Dei Slamet riyadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010
Sholikhin,M,  Sejarah Peradaban Islam . Semarang: RASAIL, 2005
Syukur , Fatah, Sejarah Peradaban Islam,Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2010
Munir Amin,  Syamsul, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010
Ketua TIM Penulis M. Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Istanbul, Tazkia Publishing: Jakarta, 2012.
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003



[2] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra) hlm.142
[3] Umer Chapra, Peradaban Muslim, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.85
[5] Ahmad Syafii Maarif, M Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,(Yogyakarta: Pustaka Book Phublisher, 2007), hlm.315
[6] Umer Chapra, Lock.Cit, hlm. 100
[7] Badri Yatim. Op.Cit. hlm.227-228
[8] Ahmad Syafii Maarif, M Amin Abdullah, Op.Cit, hlm. 318

No comments:

Post a Comment