Guna memahami “kerja” metode ini, berikut
dicantumkan salah satu contoh pensyarahan dengan metode ijmali.
17 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ خَالِدِ بْنِ
سَلَمَةَ يَعْنِي الْفَأْفَاءَ عَنْ الْبَهِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ
قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ
17 - قَالَ صَاحِبُ عَوْنِ
الْمَعْبُودِ :
)الْفَأْفَاء ) : لَقَب
خَالِد يُعْرَف بِهِ(
)عَنْ الْبَهِيّ ) :
بِفَتْحِ الْبَاء الْمُوَحَّدَة وَكَسْر الْهَاء ثُمَّ التَّحْتَانِيَّة
الْمُشَدَّدَة هُوَ لَقَب وَاسْمه عَبْد اللَّه بْن بَشَّار
)عَلَى كُلّ أَحْيَانه )
: وَأَخْرَجَ التِّرْمِذِيّ مِنْ حَدِيث عَلِيّ " كَانَ يَقْرَأ الْقُرْآن
عَلَى كُلّ حَال مَا لَمْ يَكُنْ جُنُبًا " فِيهِ دَلَالَة عَلَى أَنَّهُ
إِذَا كَانَ الْحَدَث الْأَصْغَر لَا يَمْنَعهُ عَنْ قِرَاءَة الْقُرْآن وَهُوَ
أَفْضَلُ الذِّكْر كَانَ جَوَاز مَا عَدَاهُ مِنْ الْأَذْكَار بِالطَّرِيقِ
الْأَوْلَى ، وَكَذَلِكَ حَدِيث عَائِشَة " كَانَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُر اللَّهَ عَلَى كُلّ أَحْيَانه " مُشْعِر
بِوُقُوعِ الذِّكْر مِنْهُ حَال الْحَدَث الْأَصْغَر ، لِأَنَّهُ مِنْ جُمْلَة
الْأَحْيَان الْمَذْكُورَة .
وَالْجَمْع بَيْن هَذَا
الْبَاب وَالْبَاب الَّذِي قَبْله بِاسْتِحْبَابِ الطَّهَارَة لِذِكْرِ اللَّه
تَعَالَى وَالرُّخْصَة فِي تَرْكهَا .
وَالْحَدِيث أَخْرَجَهُ
مُسْلِم وَالتِّرْمِذِيّ وَابْن مَاجَهْ .
Dari contoh di atas dapat diketahui
bahwa pensyarah, Muhammad bin Asyraf, dalam mensyarahi hadis, menggunakan
metode yang sangat ringkas. Ia tidak menyebutkan sabab al-wurud, informasi
tentang penilaian ulama’ terhadap para perawinya, pendapat-pendapat ulama’ lain
ketika memaknai hadis tersebut, dalil-dalil lain yang bisa memperkuat hadis
tersebut dan sebagainnya. Ia juga tidak menggunakan pendekatan-pendekatan
seperti: pendekatan bahasa, pendekatan historis, pendekatan sosiologis,
pendekatan sosio-historis, pendekatan antropologis, dan pendekatan
psikologis, dalam mensyarahi hadis di atas.
Contoh lainnya antara lain:
78 - أَخْبَرَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ وَالْحَارِثُ بْنُ مِسْكِينٍ قِرَاءَةً عَلَيْهِ وَأَنَا
أَسْمَعُ وَاللَّفْظُ لَهُ عَنْ ابْنِ وَهْبٍ عَنْ مَالِكٍ وَيُونُسَ وَعَمْرِو
بْنِ الْحَارِثِ أَنَّ ابْنَ شِهَابٍ أَخْبَرَهُمْ عَنْ عَبَّادِ بْنِ زِيَادٍ
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَاهُ يَقُولُ
سَكَبْتُ عَلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ تَوَضَّأَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ
فَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ
قَالَ أَبُو عَبْد
الرَّحْمَنِ لَمْ يَذْكُرْ مَالِكٌ عُرْوَةَ بْنَ الْمُغِيرَةِ
78 - حَاشِيَةُ السِّنْدِيِّ
: قَوْله ( سَكَبْت ) أَيْ صَبَبْت .
Bahkan dalam Syarah hadis di atas, hanya menjelaskan
maksud dari satu kata saja. Aspek lainnya tidak disinggung sama sekali oleh
pensyarahnya. Contoh lainnya:
101 - أَخْبَرَنَا مُجَاهِدُ
بْنُ مُوسَى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ قَالَ حَدَّثَنَا
ابْنُ عَجْلَانَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ
تَوَضَّأَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَغَرَفَ غَرْفَةً فَمَضْمَضَ
وَاسْتَنْشَقَ ثُمَّ غَرَفَ غَرْفَةً فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثُمَّ غَرَفَ غَرْفَةً
فَغَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى ثُمَّ غَرَفَ غَرْفَةً فَغَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى
ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأُذُنَيْهِ بَاطِنِهِمَا بِالسَّبَّاحَتَيْنِ
وَظَاهِرِهِمَا بِإِبْهَامَيْهِ ثُمَّ غَرَفَ غَرْفَةً فَغَسَلَ رِجْلَهُ
الْيُمْنَى ثُمَّ غَرَفَ غَرْفَةً فَغَسَلَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى
101
- حَاشِيَةُ
السِّيُوطِيِّ :
)بِالسَّبَّاحَتَيْنِ )
قَالَ فِي النِّهَايَة : السَّبَّاحَة وَالْمُسَبِّحَة الْأُصْبُع الَّتِي تَلِي
الْإِبْهَام سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِأَنَّهَا يُشَارُ بِهَا عِنْد التَّسْبِيح
KESIMPULAN
Metode ijmali adalah menjelaskan atau
menerangkan hadis-hadis sesuai dengan urutan dalam kitab yang ada dalam kutub
al-sittah secara ringkas, tapi dapat merepresentikan makna literal hadis,
dengan bahasa yang mudah dimengerti dan gampang dipahami. Syarahannya cukup
singkat dan tanpa menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki.
Metode ini mempunyai kemiripan dengan metode
tahlili dari segi sistematika pensyarahan. Perbedaannya terletak pada segi
uraian penjelasannya. Metode tahlili sangat terperinci dan panjang lebar
sehingga pensyarahnya lebih banyak dapat mengemukakan pendapat dan ide-idenya,
sedangkan metode ijmali penjelasannya sangat umum dan sangat ringkas, dan hal ini
merupakan ciri yang dimiliki kitab syarah dengan metode ijmali.
Semua metode pasti mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, begitu juga dengan metode ijmali. Kelebihan
dari metode ini yakni, ringkas dan padat sehingga dapat diserap pembacanya,
serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Namun metode ini juga mempunyai
kekurangan diantaranya yakni , menjadikan petunjuk hadits menjadi parsial,
tidak ada ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai, serta adanya
ketidak-konsisten-an terhadap metode yang digunakan.
Kitab-kitab syarah yang mengikuti
metode ini antara lain Syarh al-Suyuti li Sunan al-Nasa’i karya Jalal al-Din
al-Suyuti, Qut al-Mughtazi ‘ala Jami’ al-Turmudzi karya Jalal al-Din al-Suyuti,
‘Aun al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud karya Muhammad bin Asyraf bin ‘Ali Haidar
al-Siddiqi al-‘Azim Abadi, dan lain-lain.
No comments:
Post a Comment