Pendahuluan
Secara epistemologis, hadist dipandang
oleh mayoritas umat Islam sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah
Al-Qur’an. Sebab ia merupakan bayan (penjelas), terhadap
ayat-ayat Al-Qur’an yang masih mujmal (global), ‘am (umum)
dan yangmutlaq (tanpa batasan). Bahkan secara mandiri hadist dapat
berfungsi sebgai penetap (muqarrir) suatu hukum yang belum
ditetapkan oleh Al-Qur’an.[1]

Para ulama dahulu telah banyak mencoba
melakukan penafsiran atau pemahaman hadis yang terdapat dalam al-Kutub
al-Sittah, yakni dengan menulis kitab syarah terhadap kitab tersebut.
Meskipun demikian, upaya untuk menemukan
metode yang digunakan ulama dalam penyusunan kitab syarah hadis tersebut
hampir-hampir tidak pernah tersentuh. Namun dari beberapa metode yang
dipergunakan oleh para ulama klasik dalam menyusun kitab syarh tersebut
dapat diklasifikasikan beberapa metode pemahaman hadist, yakni metode tahlîlî, metode ijmâlî, metode muqârin dan
metode maudhû’ii.[2]
Syarah Era Klasik muncul, palingtidak dimulai
dari abad ke-6-12. hal itu momentum dengan kelahiran kitab-kitab syarah
sesuai kitab induk. Terjadinya upaya pengembangan syarah dari kitab induk ke
kitab hadis hasil ulama muta’akhkhirin, ex. Bulugh al-Maram dengan Subul
al-Salam, dll. Adapun Syarah Era Kontemporer, dimulai dari abad ke-13.
BAB II
Metodologi Pemahaman (Syarh) Hadist
A. Pengertian Metode
Pemahaman (Syarh) Hadist
1. Metode dan Metodologi
Kata “metode” berasal
dari bahasa Yunani methodos, yang berarti cara atau jalan.[3] Dalam bahasa Inggris, kata
ini ditulis method, dan bangsa Arab menerjemahkannya dengn tariqat dan manhaj. Dalam
bahasa Indonesia, kata tersebut mengandung arti: cara teratur yang digunakan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.[4] Sedangkan metodologi
berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau
jalan, logosartinya ilmu. Kata metodologi dalam Kamus Besar Bahasa
Indosesia diartikan sebagai ilmu tentang metode; uraian tentang metode.[5]
2. Pemahaman (Syarh)
Kata syarah (Syarh)
berasal dari bahasa Arab, Syaraha-Yasyrahu-Syarhan yang
artinya menerangkan, membukakan, melapangkan.[6] Istilah syarh (pemahaman)
biasanya digunakan untuk Hadist, sedangkan tafsir untuk
kajian Al-Qur’an. Dengan kata lain, secara substansial keduanya sama (sama-sama
menjelaskan maksud, arti atau pesan); tetapi secara istilah, keduanya berbeda.
Istilah tafsir (tafsir) spesifik bagi Al-Qur’an (menjelaskan
maksud, arti, kandungan, atau pesan ayat Al-Qur’an), sedangkan istilah Syarah
(syarh) meliputi hadis (menjelaskan maksud, arti, kandungan, atau
pesan hadis) dan disiplin ilmu lain.[7]
Jadi maksud dari
metodologi pemahaman (syarh) hadis ialah ilmu tentang metode
memahami hadis. Dengan demikian, kita dapat membedakan antara dua istilah,
yakni metode syarh: cara-cara memahami hadis, sementara metodologi syarh:
ilmu tentang cara tersebut. Metode yang digunakan oleh pensyarahan hadis ada
tiga, yaitumetode tahlili, metode ijmali, dan metode muqarin. Adapun
untuk melihat kitab dari sisi bentuk pensyarahan, digunakan teori bentuk syarh
bi al-ma`sur dan syarh bi al-ra’y.Sedangkan dalam
menganalisis corak kitab digunakan teori kategorisasi bentuk syarh
fiqhy, falsafy, sufy, atau lugawy.[8]
[1] Said
Agil Husain Munawwar dan Abdul Mustaqim. 2001. Asbabul Wurud.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar., hal. 24.
[2] Nizar
Ali. 2001. Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan). Yogyakarta:
Center for Educational Studies and Development (CESaD) YPI Al-Rahmah., hal. 28.
[3] Ibid.,hal. 1 atau baca Fuad Hasan dan Koentjaraningrat.
1997. Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, dalam Koentjaraningrat
(ed.), Metode-metode Penelitian Masyarakat.Jakarta:
Gramedia., hal. 16.
[4] Tim
Penyusun Kamus Pusat Bahasa KBBI. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
jakarta: Balai Pustaka. Cetakan ketiga, edisi III., hal. 740.
[5] Ibid., hal.
741
[6] Mahmud
Yunus. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah
Penafsir Al-Qur’an.,hal.
[7] Nizar
Ali., op.cit., hal 28.
[8] Nizar
Ali. 2007. (Ringkasan Desertasi) Kontribusi Imam Nawawi dalam Penulisan
Syarh Hadis. Yogyakarta., hal.
4.
Let me tell you something...
ReplyDeleteWhat I'm going to tell you may sound a little creepy, maybe even a little "supernatural"
BUT what if you could just click "Play" and listen to a short, "magical tone"...
And suddenly bring MORE MONEY into your life?
I'm talking about BIG MONEY, even MILLIONS of DOLLARS!!
Sound too EASY? Think something like this is not for real??
Well, I've got news for you..
Many times the most magical miracles life has to offer are also the SIMPLEST!!
Honestly, I'm going to provide you with PROOF by allowing you to listen to a real-life "magical money-magnet tone" I've synthesized...
(And COMPLETELY RISK FREE).
YOU just click "Play" and watch how money starts piling up around you. starting so fast, you will be surprised.
CLICK here to PLAY this mysterious "Miracle Money-Magnet Sound Frequency" as my gift to you!!