I. PENDAHULUAN
Perkembangan tafsir setelah zaman nabi, sahabat dan tabi’in
adalalah abad pertengahan. Pada abad ini tradisi penafsiran al Qur’an lebih
didominasi oleh kepentingan-kepentingan politik, madzhab, atau ideologi
keilmuan tertentu, sehingga al Qur’an sering kali diperlakaukaan sekedar
sebagai legitimasi bagi kepentingan tersebut. Para mufasir pada abad ini pada
umumnya sudah diselimuti “jaket ideologi” tertentu sebelum mereka menafsirkan
al Qur’an. Akibatnya al Qur’an cenderung menjadi objek kepentingan sesaat untuk
membela kepentingan subjek(penafssir dan penguasa).
Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan,
tradisi penafsiran al Qur’an terus berkembang. Hal ini terbukti dengan
kemunculan kitab-kitab tafsir yang sangat beragam. Bahkan dari abad ke III
sampai abad ke IV H, bidang tafsir menjadi disiplin ilmu yang mendapat
perhatian khusus dari para sarjana muslim. Setiap generasi muslim dari masa
kemasa telah melakukan interpretasi dan interpretasi terhadaap al Qur’an. [1]
II. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana sejarah Pembukuan tafsir dan apa saja kitab-kitab tafsir
yang dihasilkan?
II. PEMBAHASAN
A. Sejarah pembukuan tafsir pada masa pembukuan
Pembukuan (
tadwin) tafsir terjadi pada masa akhir pemerintahan daulah Bani Umayyah atau pada
masa permulaan pemerintahan daulat bani Abasiyyah. Pada masa ini baru mengumpulkan
hadis-hadis tafsir yang diterima dari sahabat dan tabi’in. Mereka menyusun
tafsir dengan cara menyebuut ayat , lalu menyebut nukil-nukilan yang mengenai
tafsir ayat itu dari sahabat dan tabi’in. Hal ini terjadi pada abad ke II
Hijriyah. Pembukuan tafsir dimaksudkan agar al Qur’an dapat difahami maknanyaa
oleh mereka yang tidak memiliki saliqah bahasa arab lagi. [2]
Berbagai ragam
corak penafsiran muncul, terutama pada akhir masa dinasti Umayah dan awal
dinasti Abasiyah. Terlebih ketika penguasa pada masa khalifah kelima Dinasti
Abasiyyah yakni Khalifah Harun al Rasyid (785-809 M), memberikan perhatian
khusus terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, yang kemudian dilanjutkan oleh
khalifah al Makmun (813-830 M). Dunia islam pada saat itu benar-benar memeimpin
peradaban dunia . kitab-kitab tafsir diera keemasan islam inipun banyak
bermunculan ; tafsir jami’ al Bayan an Ta’wil Ay al Qur’an karya Ibn Jarir ath
Thabari (w. 923 M). [3]
Pada periode ketiga dari perkembangan tafsir adalah periode
pembukuan yang dimulai pada akhir kekhalifahan bani umayyahdan pada awal
kekhalifahan bani abbasyiyah. Pada periode ini tafsir memasuki beberapa tahap,
masing-masing mempunyai metode dan ciri-ciri yang berbeda-beda.
Tahap pertama, tafsir masih
belum dibukukan secara sistematis , yaitu disususn secara berurutan ayat demi
ayat, surat demi surat dari awal sampai akhir al Qur’an , tetapi itu hanyalah
usaha sampingan dari para ulama dalam rangka mengumpulkan hadis-hadis yang
tersebar diberbagai daerah. Karena pada waktu itu para ulama lebih
memprioritaskan terhadap hadis, sehingga tafsir hanya merupakan salah satu bab
yang dicakupnya, dan tafsir itu dibukukan dalam bentuk bagian dari pembukuan
hadis. [4]
Tokoh-tokoh yang terkenal dan memepunyai perhatian penuh terhadap
periwayatan tafsir yang dinisbatkan kepada nabi, sahabat, dan tabi’in dan juga
perhatian terhadap pengumpulan hadis nabi adalah: Yazid bin Harun As sulami (w.
117 H), Syu’bah bin al Hajjaj ( w. 160 H), Waki’ bin Jarrah( w. 197 H), Sufyan
bin Uyainah(w.198H), Rauh bin ‘Ubadah al Bisri(w. 205H), Abdurrazaq bin
Hummam(w.211 H), Adam bin Abu Iyas(w. 220H), dan ‘abn bin Humaid(w. 249 H).
Tahap kedua, muncul
beberapa ulama yang menulis tafsir secara khusus dan berusaha memisahkan antara
penafsiriran al Qur’an dari usaha pengumpulan dan pembukuan hadis serta
menjadikannyaa sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Al Qur’an ditafsirkan
secara sistematis , sesuai dengan urutan mushaf. Usaha ini dilakukan pada abad
ke III Hijriyah, dan berakhir pada abad awal ke V Hijriyah. Para ulama ; Ibnu
Majah(w. 273 H), Ibnu Jarir at Thabaari (w. 310 H), Abu Bakar bin Munzir an
Naisaburi (w. 318 H), Ibnu Abi Hakim (w. 327 H), Abusy- Syaikh bin Hibban (w.
369 H), al Hakim (w. 405 H), dan Abu Bakar bin Mardawaih(w. 410 H) dll.
Tafsir generasi ini memuat riwayat-riwayat yang disandarkan kepada
rasulullah, sahabat, tabi’ tabi’in, dan terkadang disertai pentarjihan terhadap
pendapat-pendapat yang diriwayatkan, dan penyimpulan sejumlah hukum serta
penjelasan kedudukan kata jika diperlukan.
Tahap ketiga, perkembangan
tafsir tidak berhenti pada corak tafsir bi al ma’tsur saja , tetapi berlanjut
pada perkembangan berikutnya, dimana muncul sejumlah mufasir yang dalam aktifitasnya
mulai meringkas sanad-sanad dan menghimpun berbagai pendapat tanpa menyebutkan
pemiliknya. Oleh karena itu banyak terjadi pemalsuan dalam bidang tafsir yang
mengakibatkan tercampurnya antara riwayat yang shahih dan yang tidak shahih.
Sehingga para peneliti dan pengkaji kitab-kitab tersebut beranggapan bahwa
semua riwayat yang terdapat didalaamnya adalah shahih dan menjadikannya sebagai
dumber penafsiran. Disisi lain mereka juga mulai menggunakan cerita-cerita
Israiliyat sebagai dasar penafsiran tanpa diseleksi trelebih dahulu.
Tahap keempat, pada tahap
ini ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesat , pembukuan tafsir telah
mencapai kesempurnaan, cabang-cabangnya mulai bermunculan, perbedaan pendapat
terus meningkat, masalah-masalah kalam semakin berkobar, fanatisme mazhab
semakin serius, dan ilmu-ilmu filsafat bercorak rasional bercampur baur dengan
ilmu-ilmu naqli serta setiap golongan berupaya mendukung mazhab masing-masing.
Ini semua menyebkan tafsir ternoda , sehingga para mufasir dalam menafsirkan al
Qur’an berpegang pada pemahaman pribadi dan mengarah kepada berbagai
kecenderungan.[5]
Ahli ilmu rasional hanya memperhatikan dalam tafsir kata-kata
pujangga dan fisof, seperti ; Fakhruddin Ar Razi (w. 606 H). Ahli-ahli fikih
hnya membahas soal-soal fiqih , seperti al Jassah dan al Qurtubi, dan golongan
tasawuf hanya mengemukakan makna-makna isyari, seperti Ibnu ‘Arabi.[6]
Skema pembukuan tafsir:
Tahap
|
Peristiwa
yang terjadi
|
Tokoh-tokoh
|
Abad
|
1.
|
Belum
dibukukan secara sistematis.
|
Yazid bin
Harun As sulami (w. 117 H), Syu’bah bin al Hajjaj ( w. 160 H), Waki’ bin
Jarrah( w. 197 H), Sufyan bin Uyainah(w.198H), Rauh bin ‘Ubadah al Bisri(w.
205H), Abdurrazaq bin Hummam(w.211 H), Adam bin Abu Iyas(w. 220H), dan ‘abn
bin Humaid(w. 249 H).
|
|
2.
|
Muncul ulama
yang menulis tafsir dan memisahkan penasiran dari hadis-hadis kemudian
penafsirannya sudah sistematis.
|
Ibnu
Majah(w. 273 H), Ibnu Jarir at Thabaari (w. 310 H), Abu Bakar bin Munzir an
Naisaburi (w. 318 H), Ibnu Abi Hakim (w. 327 H), Abusy- Syaikh bin Hibban (w.
369 H), al Hakim (w. 405 H), dan Abu Bakar bin Mardawaih(w. 410 H) dll.
|
Dimulai pada
abad ke III Hijriyah dan berakhir pada abad ke V Hijriyah.
|
3.
|
Muncul para
mufasir yang meringkas sanad-sanad dan menghimpun pendapat-pendapat tanpa
menyebutkan pemiliknya.
|
|
|
4.
|
Pembukuan
tafsir telah sempurna tetapi banyak bermunculan berbagai masalah.
|
|
|
B. Tokoh-tokoh
yang terlibat Pembukuan Tafsir
Pada permulaan masa Bani Abbasiyah itu terjadi uasaha-usaha untuk
mengumpulkan hadis-hadis tafsir dari umumnya hadits. Karenanya hadis tafsir
merupakan bagian dari tafsir.
Banyak ulama yang yang berusaha mengumpulkan hadits-hadits tafsir
dengan melewat ke berbagai kota, seperti yang dilakukan oleh :
(a)
Yazid
bin Harun As-Sulamy (wafat 117 H).
(b)
Syu’bah
bin Al-Hallaj (wafat tahun 160 H).
(c)
Waki’
bin Al-Jarrah (wafat 197 H).
(d)
Sufyan
bin Uyainah (wafat tahun 198 H).
(e)
Rauh
bin Ubadah Al-Bishri (wafat tahun 205 H).
(f)
Abdur
Razzaq bin Hammam (wafat tahun 211 H).
(g)
Adam
bin Abi Iyas (wafat tahun 220 H).
(h)
Abdun
bin Humaid (wafat tahun 249 H).
C. Kitab-kitab Tafsir dan Para Tokoh Tafsir
Ø Adapun tafsir-tafsir yang terkenal pada abad ke-2 Hijriyah ialah :
(1)
Tafsir
As-Suddy (127 H)
As-Suddy
menerangkan riwayat-riwayat yang disandarkan kepada Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas.
Tetapi dia ini adalah orang yang di perselisihkan. Yang meriwayatkan
riwayat-riwayatnya, yaitu bath bin Nashr, demikian juga halnya.
(2)
Tafsir
Ibnu Juraij (150 H)
Ibnu Juraij
meriwayatkan segala riwayat yang mengenai ayt, shahih ataupun dhaif.
(3)
Tafsir
Muqatil (150 H)
Muqatil banyak
sekali belajar kepada orang-orang Yahudi. Karena itu, Abu Hanifah menuduhnya
seorang yang dusta. Dan begitu pulaIbnu Mubarak tidak mempercayainya.
(4)
Tafsir
Muhammad Ibn Ishaq
Beliau ini
banyak menerima riwayat dari K’bul Ahbar.
(5)
Tafsir
Ibnu Umayyah
(6)
Tafsir
Waki’ Ibnu Jarah
Semua tafsir
ini telah hilang dibawa arus masa, tak ada yang sampai kepada kita. Dalam pada
itu, isi kandungannya telah ditampung oleh tafsir Ibnu Jarir At-Thabary (310 H)
Ø Ulama-Ulama Tafsir Abad ke-3
Hijriyah
1.
Ulama-ulama
tafsir riwayat : Al-Waqidy, Abdur Razaq bin Hamman, Abdun Ibnu Humaid, Ibnu
Jarir At-Thabary, Iishaq ibn Rohawaih, Rauh bin Ubadah, Sa’id bin Manshur, Abu
Bakar bin Abi Syaibah, Baqy ibn Mikhlad, dam bin Abi Iyas, dan saeabagainya.
2.
Ulama-ulama
tafsir dirayat : Al-Allaf (226 H), Al-Jahidl (225 H), An-Nadham (231 H)
Tafsir Jami’ul
Bayan adalah tafsir yang paling terkenal pada abad ke-3 Hijriyah. Tafsir ini
disusun oleh Ibnu Jrir At-Thabary, dan tafsir Baqy bin Mikhlad. Tetapi tafsir
yang berkembang luas dalam masyarakat adalah tafsir Ibnu Jarir At-Thabary.
Ø Tafsir abad ke-4 Hijriyah
Ciri
spesifik tafsir abad ke-4 H adalah menafsirkan Al-Qur’an dengan dirayah (bil
ma’qul) dan mengosongkan cerita-cerita israiliyat. Adapun riwayat-riwayat yang
shahih dapat diterima.
Tafsir dirayah
ini dikembangkan oleh golongan Mu’tazilah. Maka lahirlah Tfsir yang disusun
oleh Muslim Al-Asfahany(322 H). Tafsir ini bernama Jami’ut Ta’wil. Inti tafsir
ini dinukil oleh Ar-Razi ke dalam tafsirnya yang bernama Al-Muqtathaf. Diantara
pendapat Abu Muslim yang menggegerkan para ulama ialah bahwa dalam Al-Qur’an
tidaka ada nasikh mansukh.
Termasuk
tokoh tafsir dirayah pula ialah : Abu Bakar Al-Asham, Al-Juba’i, dan Ubaidillah
ibn Muhammad ibn Jarwu.
Pada abad ke-4
ini, timbul pula tafsir shufi At-Tastary, yang menysun tafsir berdasarkan
isyarat.
Ø Tafsir pada abad ke-5 Hijriyah
Diantar tafsir abad ke-5 H ialah Tafsir
Al-Kasyaf susunan Az-Zamakhsyary (467-528 H). Tafsir ini terbit pada zaman
tafsir bil ma’qul mencapai puncaknya. Az-Zamakhsyary menerangkan
rahasiabalaghah Al-Qur’an dengan sempurna. Ayat-ayat yang mengenai aqidah
beliau tafsirkan sesuai golongan Mu’tazilah yang menafsirkan Al-Qur’an dengan
aqal, namun di dalamnya terdapat pula atsar dan cerita Israiliyat yang menerangkan
asbabun nuzul.
Tafsir-tafsir
lain yang terbit pada abad ke-5 Hijriyah :
1.
Al-Wajiz
fi Tafsir Al-Qur’anul Aziz oleh Al-Wahidy (468 H)
2.
AT-Tibyan
fi Tafsiril Qur’an oleh Abu Ja’far bin Hasan At-Thusy (459 H) dari golongan
syi’ah.
3.
Tafsir
yang disusun oleh Ats-Tsa’labi (427 H). Tafsir ini penuh berita
dongeng-dongeng.
Ø Tafsir pada abad ke-6 Hijriyah
Diantaranya :
1.
Ma’alimt
Tanzil, susunan Al-Baghawi (516 H)
2.
Ahakamul
Qur’an, susunan Ibnul Araby (542 H)
3.
Tafsir
yang disusun oleh Abu Muhammad Athiyah Al-Maghraby (542 H). Tafsirnya bernama
Al-Muharrul wajiz.
4.
Zadul
Masir dan Fununul Afnan, oleh Ibnul Jauzy (597 H).
Ø Tafsir pada abad -7 Hijriyah
Diantaranya :
1.
Al-Intishaf,
susunan Ahmad Ibnu Munir Al-Iskandary (683 H). Tafsir ini di dalam bidang
aqidah telah membantah aqidah-aqidah Mu’tazilah yang dikemukakan oleh
Az-Zamakhsyari, dan dikemukakan olehnya aqidah Ahlus Sunnah Wal Jana’ah. Ahmad
Ibn Munir membantah Az-Zamakhsyari dalam beberapa soal bahasa.
2.
Tafsir
Mafatihul Ghaib (tafsir al-kabir), susunan Fahruddin At-Razi atau Al-Fakhru
Razi (605 H)
3.
Anwarui
Tanzil, susunan Al-Baidlawi (685 H). Dalam tafsir ini diterangkan i’rob,
qira’at, dan balaghah Al-Qur’an.
4.
Tafsir
Ibnul Qayyim
5.
Al-Jami’
Li ahkamil Qur’an, disusun oleh Abu Abdullah Al-Qurthubi (671 H)
6.
Al-Jam’u
wat Tafshil fi Ibda’i Ma’anit Tanzil, oleh Ibnu ‘arabi (638 H).
7.
Al-Insaf
fil Jam’i bainal Kasyifi wal Kasysyaf, susunan Ibul atsir (606 H)
Ø Tafsir abad ke-8 Hijriyah
Diantaranya :
1.
At-Tanwir
fit tanzil, susunan Muhammad Ibnu abil Qasim Ar-Rify. Kitab itu merupakan
mukhtasar dari tafsir al-kabir
2.
Madariqut
Tanzil wa Haqaiqu Ta’wil, susunan Abdullah ibnu Muhammad dan An-nasafi (701 H)
3.
Tafsir
Lubabut Ta’wil fi ma’anit Tanzil, disusun oleh Al-Hazim (725 H)
4.
Al-Bahrul
Muhith, disusun oleh Ibnu Hayyan (754 H)
5.
Ad-Durarul
Laqith Minal Bahrul Muhith, susunan Tajudin Ahmad ibnu Abdil Qadir (749 H).
Tafsir membetulkan kesalahan tafsir al-Kasysyaf Az-Zamakhsyary dan tafsir Ibnu
Athiyah
6.
Tafsir
Ibnu Katsir (774 H) . tafsir ini paling shahih periwayatannya dan bernilai
tinggai
7.
Tafsir
Samsudin al-Ashfahahny (749 H).
Ø Tafsir pada Abad ke-9 Hijriyah
Diantara tafsir
yang terbit pada abad ke-9 H ialah Tanwirul Miqyasmin Tafsir Ibni Abbas,
disusun oleh Thahir Muhammad ibn Ya’qub (817 H).
Ø Tafsir pada abad ke-10 Hijriyah
Diantarnya :
1.
Tafsir
Jalalin, disusun oleh Jlaludin Al-Mahalli kemudian di sempurnakan oleh Jlaludin
As-Suyuhi (911 H)
2.
Turjumanul
Qur’an, disusun oleh As-Suyuthi (911 H).
3.
As-Siraji
Munir. Susunan Al-Khatib Syarbiny (977 H).
Ø Tafsir pada abad ke-11, ke-12, ke-13
Hijriyah
Pada
abad ke-11, abad ke-12, abad ke-13 hijriyah, kegiatan menyusun tafsir dan ilmu
tafsir seolah-olah berhenti yaitu setelah wafatnya Imam Suyuthi pada tahun 911
Hijriyah. pada zaman setelah wafatnya As-Suyuthi, tafsir dan ilmu tafsir
seolah-olah telah mencapai puncaknya dan berhenti, dengan berhentinya kegiatan
ulama dalam mengembangkan tafsir dan ilmu tafsir. Keadaan itu berjalan sampai
akhir abad ke-13.
Tetapi walaupun
demikian ada juga beberapa ulam yang menyusun tafsir, seperti :
1.
Tafsir
Al-Jamal, disusun oleh Sulaiman ibn ‘Umar As-Syafi’i, tafsir itu merupakan
hasyiyah dari tafsir jalalain yang tafsirnya disebut Tafsir As-Shawi (1241 H).
Selain merupakan hasyiyah tafsir jalalain, As-Shawi pun mengambil dari
kitab-kitab Al-Futuhat, Al-Baidhawi, Abul Su’ud dan Al-Kasysyaf.
2.
Fathul
Qadir, disusun oleh Imam Asy-syaukani (1250 H).
3.
Ruhul
Ma’any, disusun oleh Al-Alusi (1270 H).
4.
Ruhul
Bayan, disusun oleh Ismail Haqqy.
5.
At-Tafsirul
Munir (Marah Labid), disusun oleh Muhammad Nawawi Al-Jawi.
Ø Tafsir pada abad ke-14 Hijriyah
Diantaranya :
1.
Mahanisut
Ta’wil, disusun oleh Jamaluddin Al-Qasami (1322 H)
2.
Fathul
Bayan, disusun oleh Siddiq Hasan Khan (1307 H)
3.
Tafsir
Thahir Al-Jazairi (1338 H)
4.
Tafsir
Al-Manar (tafsir Muhammad Abduh), disusun oleh muridnya bernama Sayyid Muhmmad
Rasid Ridha.
5.
Tafsir
Al-Jawahir, disusun oleh Tanthawi Al-Jauahri
6.
Al-Futhat
Ar-Rabbaniyah, disusun oleh Muhammad Abdul Aziz al-Hakim.
7.
Tafsir
Al-Maraghi, disusun oleh Musthafa Al-Maraghi.
8.
Tafsir
Al-Wadlih, disusun oleh Mahmud Hijazi.
9.
Tafsir
Al-Hadis, disusun oleh Muhammad Izzah Darwazah.
10.
Tafsir
Al-Quranul majid, disusun oleh Muhd. Izzah Darwajah.
11.
Tafsir
Fi Dhilalil Qur’an, disusun oleh Sayyid Quthub.
Dalam
pada itu, di Indonesia pun terbit nermacam-macam tafsir, seperti :
1.
Tafsir
An-Nur, susunan Prof. T.M Hasby Ash-Shiddieqy.
2.
Tafsir
Al-Azhar, susunan Prof. Dr. Hamka.
3.
Tafsir
Al-Qur’anul Karim, susunan Prof. H. Mahmud Yunus.
4.
Tafsir
Al-Furqon, susunan A. Hasan Badung.
5.
Tafsir
Al-Quranul Karim, susunan Ustadz Abdul Halim Hasan dan Zainul Arifan Abbas.[7]
IV. Kesimpulan
Pembukuan ( tadwin) tafsir terjadi pada masa akhir pemerintahan
daulah Bani Umayyah atau pada masa permulaan pemerintahan daulat bani
Abasiyyah. Pada periode ini tafsir memasuki beberapa tahap, masing-masing
mempunyai metode dan ciri-ciri yang berbeda-beda. Banyak sekali tokoh-tokoh
tafsir yang menghasilkan kitab tafsir dari periode keperiode.
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal , Mashuri
Sirojuddin dan A. Fudhali, Pengantar Ilmu
Tafsir, (Bandung: Angkasa, 1987).
Mustaqim , Abdul, Epistemologi
tafsir Kontemporer, ( Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang, 2012).
Musbikin
, Imam, Mutiara Al Qur’an, ( Madiun: Jaya Star Nine, 2014).
Shalih, Shuhbi, MembahasIlmu-Ilmu
al Qur’an, (Jakarta: Firdaus, 1990.
[1] Dr.
Abdul Mustaqim, Epistemologi tafsir Kontemporer, ( Yogyakarta: Lkis
Printing Cemerlang, 2012). Hal. 46.
[2] Drs.
Mashuri Sirojuddin Iqbal dan Drs. A. Fudhali, Pengantar Ilmu Tafsir,
(Bandung: Angkasa, 1987), hal. 109.
[3] Op.cit.hal.
46.
[4] Imam
Musbikin, Mutiara Al Qur’an, ( Madiun: Jaya Star Nine, 2014). Hal.
12.
[5] Ibid. hal. 13.
[6] Ibid.
hal. 14.
[7] Drs. Mashuri
Sirojuddin Iqbal dan Drs. A. Fudhali, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung:
Angkasa, 1987), hal. 109-114
No comments:
Post a Comment