Monday, December 26, 2016

Pemikiran-Pemikiran Rene Descartes


1. Rasionalisme
Rasonalisme adalah paham filsafat yang menekankan bahwa akal adalah alat untuk memperoleh dan mengetes pengetahuan, dengan kata lain akal sebagai sumber dari pengetahuan. Yang berarti mendahului atau lebih tinggi dan terlepas dari persepsi-persepsi indera.[1] Berlatar belakang seorang matematikus yang merupakan ilmu pasti dan sangat mengandalkan akalnya, Cartesius berpendapat bahwa akal adalah sumber pengetahuan, bukan bersumber pada doktrin-doktrin agama yang bersifat spekulatif, yang pada saat itu merupakan paham yang paling berpengaruh.[2] Pada masa itu lebih kita kenal dengan zaman skolastik.
Tujuan Descartes adalah untuk mendapat kejelasan tentang segala sesuatu. Dan hal itu hanya bisa dicapai menggunakan akal untuk menilai mana yang baik dan mana yang buruk, bukan yang lainnya.[3]
Dalam aliran rasionalisme pikiran bersifat pasti dan tidak seluruhnya ditentukan oleh apa yang ada di luar akal. Karena apa yang ada di luar akal dapat berubah-ubah. Seperti halnya pandangan Galilei tentang gerak benda pada ruang kosong tidak terpengaruhi oleh berat benda. Pandangan itu jauh melampaui Aristoteles dan itu bukan disebabkan oleh kualitas mata yang lebih baik atau kecepatan benda itu yang berubah akan tetapi disebabkan pengetahuan yang berbeda.[4]

2. Keraguan (Cogito)
Metode ini adalah metode yangg ia gunakan untuk berfilsafat. Descartes memulai dengan meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan. Mula-mula ia meragukan segala sesuatu yang dapat diindera. Ia meragukan badannya sendiri. Keraguan itu menjadi mungkin karena adanya pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan pengalaman roh halus.
Pada langkah awal ia dapat meragukan semua yang dapat diindera. Dari semua yang dapat diindera, ada sesuatu yang muncul. Yang selalu muncul itu adalah gerak, jumlah, dan besaran (volume). Setelah ia mengujinya, iapun dapat meragukannya.[5]
Hanya ada satu yang tak bisa diragukan lagi. Tak seorangpun bahkan iblispun tak bisa menipu kita. Apa itu ? yaitu: bahwa aku ragu-ragu (aku meragukan segala sesuatu). Aku ragu-ragu atau aku berfikir, dan oleh karena aku berfikir maka aku ada (cogito ergo sum).
Inilah suatu pengetahuan langsung yang disebut kebenaran filsafat yang pertama (primum philosophicum). Aku berada karena aku berfikir. Jadi aku ada adalah sesuatu yang berfikir, suatu subtansi yang seluruh tabiat dan hakekatnya terdiri dari pikiran dan yang untuk berada tidak memerlukan suatu tempat atau suatu bersifat bendawi. Cogito (aku berfikir) adalah pasti, sebab cogito adalah jelas dan terpilah-pilah. Ciri khas kebenaran yang dapat dipastikan adalah “jelas dan terpilah-pilah”.[6]

3. Ketuhanan
Dalam pemikirannya tentang Tuhan, Descrates memulai dengan pertanyaan benarkah ada Tuhan? Siapakah Tuhan yang ada itu?. Dari pertanyaan itu dia mulai mencari tahu sendiri tanpa berpegang pada yang lain dan menjatuhkan pertanyaan itu padam dirinya sendiri sehingga mendapatkan jawaban:
a.       Waktu saya merasa diri saya sendiriberada dalam kekurangan, saya merasa ada zat yang benar-benar sempurna. Dan ketika itu juga saya mau tidak mau harus mengakui bahwa perasaan itu ditanamkan oleh zat yang sempurna itu, yang tidak ada kekurangan sedikitpun, dan zat itu adalah Tuhan.
b.      Saya tidak dapat menjadikan diri saya sendiri. Sebab jika saya menjadikan diri saya sendiri, pastilah saya akan memberikan segala kesempurnaan pada diri saya. Karena saya tidak bisa memberi kesempurnaan itu, maka itu adalah tanda bahwa bukan saya yang menjadikan diri saya.[7]
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan segala sesuatu yang sudah jelas dan terang (terpilah-pilah) adalah benar pula. Hal ini sudah menjamin tentang adanya Tuhan, sebab mustahil bahwa gambaran-gambaran yang jelas dan terang benerang sebagaimana telah ditanamkan ke dalam jiwa kita oleh Tuhan (Tuhan sendiri merupakan kebenarannya) adalah gambaran-gambaran yang tidak jelas. Jadi adanya Tuhan itu merupakan suatu hal yang pasti.[8]

Kesimpulan
Rene Descartes adalah filosof dari`Prancis. Ia adalah seorang filosof yang bercorak renaissance. Ia juga dijuluki sebagai bapak filsafat modern dan juga filosof beraliran rasionalisme.
Rasonalisme adalah paham filsafat yang menekankan bahwa akal adalah alat untuk memperoleh dan mengetes pengetahuan, dengan kata lain akal sebagai sumber dari pengetahuan.
Inti pemikiran Rene Descartes adalah aku ragu-ragu, atau aku berfikir, oleh karena aku berfikir maka aku ada. Hal ini lebih terkenal ddengan metode cogito.
Descartes menjamin tentang adanya Tuhan, sebab mustahil bahwa gambaran-gambaran yang jelas dan terang benerang sebagaimana telah ditanamkan ke dalam jiwa kita oleh Tuhan (Tuhan sendiri merupakan kebenarannya) adalah gambaran-gambaran yang tidak jelas. Jadi keberadaan Tuhan itu hal yang pasti.
Mungkin hanya ini makalah tentang Rene Descartes yang dapat kami persembahkan. Makalah jauhlah dari kata sempurna. Karena kurangnya pengetahuan kami. Untuk itu kami mohon kritik dan saran dari para pembaca.


[1] Tim Penulis Rosda. 1995. Kamus Filsafat. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hlm.277-278
[2] Prof. Dr. Ahmad Tafsir. 2003. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hlm.128
[3] Ibid. Hlm.129
[4] Drs. M.A.W. Brouwer dan M. Puspa Heryadi, B. Ph. 1986. Sejarah Filsafat Barat Modern dan Sezaman. Bandung: Alumni.  hlm.53
[5] Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Op.Cit. hlm.129-131
[6]  Harun Hadiwijono. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius. Hlm.21
[7] Dr. Hamzah Ya’kub. 1984. Filsafat Ketuhanan.  Bandung:  Alma’arif. hlm.58
[8] Dr. A. Epping O. F. M. Dkk. 1983. Filsafat Ensie. Bandung: Jemmars. Hlm.210

No comments:

Post a Comment