MAKNA DAN
HIKMAH HIJRAH NABI MUHAMMAD
Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillahillzi
anzalas sakinata fiqulubil mu’minin, liyadzadu imanan ma’a imanihim.
Ash-sholatu wassalamu ‘ala asyrofil ambiya-i wal mursalain. Wa’ala alihi
washohbihi ajma’in, amma ba’du. Qolallohu ta’ala fi kitabihil karim, wahuwa
ashdaqul qo-ilin, a’udzu billahi minasy syaithonirrojim.
Bismillahirrohmanirrohim.
Kepada yang
terhormat ibu hj. Munawaroh towaf selaku pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu
Dakwah dan teman-teman yang saya banggakan.
Pertama-tama
marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberi
nikmat dan karunia-Nya sehingga kita semua dapat berkumpul bersama-sama di hari
yang berbahagia ini.
Shalawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW. Yang
telah menuntun kita semua dari zaman kegelapan sampai ke zaman yang terang
benderang ini.
Hadirin kaum
muslimin wal muslimat rohimakumulloh !
Bahagia sekali
rasanya saya dapat berdiri di sini dalam rangka memberi informasi tentang kisah
hijrahnya Nabi Kita yang mulia Rasululloh Muhammad SAW. Di mana peristiwa ini
terjadi sudah seribu empat ratus tiga tujuh tahun yang silam. Lalu, kenapa
peristiwa ini penting untuk di ingat bagi kita selaku umat Islam ? karena
banyak hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa ini. Berapa banyak hikmahnya?
nah Kali ini saya akan menguraikan sedikit hikmah dari peristiwa yang sangat
monumental, yang mampu merubah paradigma peradaban kaum muslimin secara
universal, yaitu : Hijrah.
Dan kemudian
apa hikmah terjadinya peristiwa ini yaitu
1. Pengorbanan
Di ceritakan Ketika
Abu Bakar r.a mendengar kabar tentang hijrah, beliau sangat gembira dan
seketika itu juga ia membeli dua ekor unta dan menyerahkan salah satunya kepada
Rasulullah saw sebagai hadiah. Namun, Rasulullah saw menolak. Setelah Abu Bakar r.a bersikeras, maka
akhirnya Rasulullah saw setuju, bukan setuju untuk menerima tetapi setuju untuk membelinya.
Apa pelajaran
peristiwa tersebut? Pelajaran yang dapat kita petik dari hal ini adalah, bahwa
untuk mencapai sesuatu yang besar pastilah sulit, maka dibutuhkan pengorbanan
yang besar. Dengan membayar unta tersebut, Rasulullah saw mengajarkan bahwa
untuk mengabdi kepada Allah subhana wa taala, kita tidak boleh mengabaikan
kemampuan kita, selama kita mempunyai kemampuan untuk melaksanakannya maka
lakukanlah.
2. Makna Hidup
Pada saat
hendak berangkat ke Madinah, Rasulullah saw berpesan kepada ‘Ali bin Abi Thalib, untuk mengelabui kaum musyrik
dengan berbaring di kasurnya sambil berselimut. Semoga Allah subhana wa taala
merahmatinya, ‘Ali bin Abi Thalib bersedia. Dengan kesediaannya ini, ‘Ali
sebenarnya telah berkomitmen untuk menyerahkan jiwa dan raganya untuk membela
agama Allah.
Dalam hal ini
kita dapat satu hikmah lagi yaitu Hidup bukan hanya sekedar menghembuskan
nafas. Ada orang-orang yang telah terkubur, namun masih hidup, bahkan mendapat
rezeki seperti :
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ
قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ
يُرْزَقُونَ
Artinya :
“Dan janganlah
sekali-sekali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu
mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki,” [Ali Imran (3) : 169]
Sungguh, tiada
arti hidup di dunia ini bila kita tidak menyadari kewajiban-kewajiban yang
lebih besar dibandingkan apapun yang ada di dunia ini. Setiap orang yang
beriman wajib percaya dan menyadari bahwa masih ada yang lebih indah daripada
kehidupan di dunia ini.
3. Tawakkal
Ketika
Rasulullah saw dan Abu Bakar r.a bersembunyi di Gua Tsur dan pengejar mereka
telah berada di mulut gua tersebut, Rasulullah
saw menenangkan Abu Bakar yang risau sambil berkata : “Jangan kuatir dan jangan bersedih,
sesungguhnya Allah bersama kita.” Perintah hijrah datang tanpa didahului
perintah bersiap-siap melaksanakan hijrah (dalam jangka yang lama sebelum
hijrah). Karena hal itu, perintah tersebut dilaksanakan dengan
keyakinan bahwa apapun yang akan terjadi, itu adalah pilihan Allah, sehingga
tidak perlu gentar, takut, atau bersedih.
4. umat Islam
itu tidak boleh melupakan sejarah.
Seorang
indonesia pernah mengatakan “Jangan Pernah Melupakan Sejarah” atau di singkat
JASMERAH. Ada yang tau siapa tokoh tersebut? Ya benar,beliau adalah Bung Karno
sang presiden pertama. Selanjutnya, kenapa tidak bolehkita melupakan? Kenapa? Karena
sejarah itu dapat berfungsi sebagai pedoman generasi mendatang agar tidak
terpedaya oleh berbagai peristiwa yang mengakibatkan hancurnya umat di masa
lalu. Sayidina Ali karomallohu wajhah parnah berkata : “hasbul mar-u min
‘irfanih, ‘ilmuhu bizamanih” artinya : seseorang itu cukup dikatakan bijaksana,
jika ia mampu memahami sekaligus merefleksikan tanda-tanda zaman.
Pada peristiwa
hijrah, menurut realitas sejarah kita mampu menilai siapa saja pihak-pihak yang
mendapat jaminan ridlo dan kasih sayang Allah, dan siapa saja golongan yang
mendapat murka Allah. Maka dengan pengetahuan itu kita tinggal memilih untuk
mengikuti karakter orang yang selamat atau orang yang celaka. Apakah hadirin
pingin selamat ? Jika hadirin pingin selamat, dengan mengacu pada sejarah
hijrah ini mudah saja, ikutilah pola hidup dan karakter Abu Bakar Shiddiq.
Ikutilah gaya perjuangan Ali bin Abi Tholib.
Dan yang
terakhir, jika diartikan secara lebih luas, hijrah itu artinya berjalan,
bergerak, bangkit dari keadaan yang kurang baik menuju kehidupan yang lebih
baik dalam koridor Ridlo Allah SWT. Jadi, segala upaya yang dilakukan demi
mengubah perilaku menuju kehidupan yang lebih baik demi menggapai Ridlo dan
kasih sayang Allah SWT, itu dikatakan Hijrah. Maka mari kita berhijrah
kepada kebaikan.
Tentulah masih
banyak lagi pelajaran dan hikmah dari peristiwa hijrah ini. Semoga kitabisa
mengambil hikmah-hikmah lain dari peristiwa ini.
Demikianlah
uraian sederhana yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf bila ada kata-kata yang
kurang berkenan.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
No comments:
Post a Comment